Video game yang beredar beberapa tahun ini menunjukkan taringnya sebagai media baru yang menunjukkan bahwa video game tidak hanya sesuatu yang menyenangkan, tetapi juga memberikan beragam pengalaman baru yang unik dan terkadang sulit untuk dilupakan oleh para pemain. Beberapa judul video game yang beredar bahkan diproduksi oleh studio independent atau studio indie yang notabene tidak memproduksi game AAA, tidak jarang pemain akan mendapatkan pengalaman bermain yang berbeda daripada yang ditawarkan oleh game AAA. Studio Video Game Indie cukup terkenal dengan berbagai karakter dan ciri khasnya ketika memproduksi video game, beberapa video game yang dirilis bahkan menuai pujian dan rating yang sangat positif meskipun masih sebuah debut. Berikut studio indie yang dapat pembaca tunggu seri-seri video game yang akan dirilisnya.
Daftar isi
1. Moon Studios
Moon Studios merupakan studio dibalik seri Ori and The Blind Forest (2015) dan juga Ori and The Will of The Wisps (2020). Studio yang berpusat di Wina Austria merupakan studio indie yang didirkan oleh Thomas Mahler dan Gennadiy Korol. Meskipun studio ini merupakan studio indie, namun mereka merupakan studio yang bekerja secara langsung bersama dengan Microsoft (Microsoft’s First Party Developer) yang artinya Moon Studios dinaungi secara langsung oleh Microsoft untuk ikut serta dalam pengembangan konsol video game mereka. Seri terbaru mereka, Ori and The Will of The Wisps (2020), mendapatkan review yang sangat positif dan disebut-sebut sebagai game yang akan masuk dalam nominasi game indie pada event Game of The Year.
2. Night Schools Studio
Night Schools Studio merupakan studio video game indie yang didirkan oleh Sean Krankel dan Adam Hines, alumni dari Telltale Games dan Disney, memproduksi video game dengan menggunakan story-driven genre sebagai core gameplay mereka. Studio yang berbasiskan di California, Amerika Serikat ini merilis debut mereka, Oxenfree (2016), seri Night School Studios yang mendapatkan review positif atas cerita yang disuguhkan dan voice acting yang sangat solid. Penulis sendiri dibuat terkesima dengan pembawaan ceritanya, pilihan percakapan yang terasa halus serta beragam ending yang bisa diperoleh, membuat Night Schools Studios merilis seri mereka yang lain yang berjudul Afterparty (2020) yang juga tidak kalah menariknya.
3. Freebird Games
Studio yang berbasiskan di Kanada ini merupakan seri dibalik cerita seri video gamenya yang berjudul To The Moon (2011) dan menggunakan grafis pixel yang menitikberatkan pada cerita yang diberikan. Seri video game yang dirilisnya memiliki cerita yang dapat membuat beberapa pemainnya merasakan berbagai macam emosi yang cukup dalam, To The Moon (2011) merupakan salah satunya. Penulis merasa serinya patut untuk ditunggu bagi pemain yang menikmati jalan cerita pada sebuah video game dan bermain secara kasual. Seri terbarunya berjudul Finding Paradise (2017) akan melanjutkan petualangan Dr. Rosalene dan Dr. Watts dari seri To The Moon (2011) yang dapat menyentuh perasaan para pemain sekali lagi.
4. Toby Fox
Toby Fox merupakan developer video game indie yang hanya berisikan satu orang saja dan mulai dikenal dengan debutnya yang berjudul Undertale (2015). Banyak pemain yang sangat menyukai cerita yang diberikan serta gameplay yang cukup immersif dan soundtrack yang sangat khas, membuat pemain berharap akan adanya video game lain yang akan dirilisnya. Toby sendiri untuk saat ini masih mengerjakan serinya yang berjudul Deltarune (TBA), namun pembaca dapat memainkan versi pendeknya yang berjudul Deltarune: Chapter 1 (2018) sebagai permulaan memasuki dunia Deltarune.
5. Ozysoft Studio
Ozysoft Studio merupakan studio yang berbasiskan di Tana Paser (sebelumnya Tanah Grogot), Kalimantan Timur, Indonesia yang merilis debutnya melalui Pulang: Insanity (2020). Serinya mendapatkan respon campur atau mixed reviews di platform Steam dari pemain, dengan membawakan tema psychological horror dan berdasarkan kisah nyata, menceritakan seseorang bernama Rudy, yang terlibat dalam sebuah pesugihan yang bertujuan untuk memberikan kekayaan dan kesejahteraan bagi dirinya. Penulis merasa studio ini layak ditunggu untuk seri-seri selanjutnya, terlihat dari gameplay serta grafik yang ditawarkan cukup menggoda para pemain untuk dimainkan, terutama dengan pengangkatan kisah nyata yang pernah terjadi, membuat penulis merekomendasikan ini pada para pembaca untuk memainkannya.
6. Thomas Moon Kang
Thomas Moon Kang merupakan developer yang berisikan satu orang saja, yakni Thomas Moon Kang sendiri, yang merilis debutnya berjudul One Step From Eden (2020). Gameplay yang ditawarkan menjadi core gameplay dari seri yang dirilis oleh sang developer, mengusung Deck System dan pertarungan secara real-time, pemain akan bermain dengan menyusun serangan dengan dukungan skill-skill yang dapat mengalahkan musuh-musuh yang menghalangi tokoh utama. Cerita yang ditawarkan cukup sederhana, tapi gameplay yang ditawarkan akan membuat pemain akan penasaran serta ketagihan ketika bermain. Saran penulis adalah menggunakan controller atau joystick ketika bermain di PC untuk memaksimalkan pengalaman bermain.
7. Team Cherry
Hollow Knight (2017) merupakan judul video game yang dirilis oleh Team Cherry yang berbasiskan di Adelaide, Australia. Gameplay yang ditawarkan cukup unik, side-scrolling serta sistem pertarungan yang cukup intens. Hollow Knight (2017) dibuat oleh tiga orang yang cukup berpengalaman terdiri atas Ari Gibson, William Pellen dan Jack Vine. Menurut penulis sendiri game yang dirilis oleh Team Cherry tidak kalah menarik dengan game AAA lainnya. Hal ini diketahui dari blog mereka, sequel dari Hollow Knight saat ini tengah dikerjakan yang berjudul Hollow Knight: Silksong (TBA), menunjukkan bahwa studio game ini cukup berdedikasi dalam produksinya.
8. Team Salvato
Masih ingat dengan Doki Doki Literature Club (2017) ? Team Salvato merupakan studio dibalik pembuatan game visual novel ini. Sekali lagi, studio indie ini hanya memiliki satu orang saja yakni Dan Salvato. Berdasarkan blognya, Dan akan memproduksi game baru lagi namun dalam waktu yang belum ditentukan. Doki Doki Literature Club (2017) merupakan salah satu video game yang sangat unik, dan tentunya dengan ending yang cukup tidak terduga. Dibalut dengan visual dan soundtrack ending yang cukup menyentuh serta beragam cutscene yang tidak terduga membuat pemain sulit melupakan game satu ini.
9. Toge Productions
Studio Indie ini berbasiskan di Indonesia, berawal dari sebuah studio kecil yang bertujuan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sang developer, Kris Antroni, yang kemudian dibesarkan sebagai sebuah developer game serta game publisher yang berkembang semenjak 2009. Studio video game pada saat itu masih terbilang sangatlah asing, sampai mereka membuat sebuah game yang berjudul Infectonator, kemudian berkembang lagi dengan merilis judul My Lovely Daughter (2018), She and The Light Bearers (2019), Coffee Talk (2020) dan saat ini Studio Toge sedang bekerja sama dengan Mojiken Studio untuk menerbitkan lini serinya yang terbaru berjudul When The Past Was Around (TBA).
10. Supergiant Games
Studio yang saat ini dikenal dengan salah satu judulnya yakni Hades (2018). Berbasiskan di San Francisco, Amerika Serikat, didirikan oleh Amir Rao dan Gavin Simon. Terkenal dengan debut game pertama mereka, Bastion (2011), Supergiant Games mendapatkan review positif hingga memasuki nominasi Game Of The Year pada saat itu, membuat studio ini melejitkan namanya dengan merilis beberapa judul lain seperti Transistor (2014), Pyre (2017) dan seri terbarunya yang berjudul Hades (2018). Penulis sendiri memainkan salah satu gamenya yang berjudul Transistor (2014), yang menurut penulis gameplay yang ditawarkan cukup menarik dibalut dengan artstyle yang nyaman untuk dipandang. Penulis sendiri tertarik untuk mengikuti perkembangan studio ini melalui judul terbaru yang dirilisnya.
Itulah studio video game indie yang menurut penulis layak untuk ditunggu lini seri video game yang akan dirilisnya. Meskipun begitu, masih banyak sebenarnya studio indie yang menurut penulis sendiri memiliki keunikannya tersendiri seperti Playdead, Studio Namaapa, Studio Nomada dan lainnya. Mungkin ketika artikel ini ditulis, ada studio indie lainnya yang siap menunjukkan debutnya ke para pemain.