10 Kontroversi Gaming Terbesar Sepanjang Tahun 2021

Controversy

Tiada tahun tanpa kontroversi bahkan di industri video game. Dengan banyaknya game baru yang diirlis dalam 12 bulan, selalu ada saja beberapa game yang memancing perhatian bukan karena kualitas game yang baik, melainkan karena isu di balik game tersebut. Terkadang bahkan kontroversi tercipta di luar dari game yang diproduksi, dan tahun ini terdapat satu yang berhubungan dengan etika perusahaan.

Apa saja kontroversi paling heboh sepanjang 12 bulan terakhir? Kita lihat saja nanti.

1. Pelecehan Seksual di Activision Blizzard

Kasus pelecehan seksual di Activision Blizzard menjadi kontroversi terbesar tahun ini dan masih terus berlanjut hingga sekarang, sangking panjangnya, saya hanya akan memberikan cerita sekilas dari kasus ini.

Semuanya bermula dari 20 Juli, dimana badan ketenagakerjaan Kalifornia mengajukan tuntutan terhadap Activision Blizzard karena tuduhan perlakuan diskriminasi dan pelecehan seksual khususnya terhadap karyawan wanita di lingkung kerja perusahaan. Tuntutan ini menyebutkan beberapa kasus seperti kurangnya posisi pemimpin untuk wanita, gaji yang lebih kecil, pelecehan oleh staf eksekutif terhadap karyawan wanita, kurangnya aksi dari HR terhadap komplain-komplain tersebut dan hingga mencapai titik dimana muncul laporan kalau ada salah satu karyawan yang bunuh diri usai dilecehkan.

Semua tuduhan ini membuat karyawan melakukan protes besar-besar di depan kantor, meminta perlakuan dan keadilan terhadap seluruh karyawan tanpa memandang gender,ras dan orientasi seksual. Beberapa staf eksekutif yang bermasalah mulai dilepas atau mengundurkan diri satu per satu, tetapi imbasnya juga mereka yang tidak terlibat kasus juga meminta resign karena reputasi perusahaan yang semakin jatuh.

McCree dari Overwatch harus diganti nama menjadi Cole Casiddy karena nama lamanya merupakan referensi dari karyawan yang terlibat kasus pelecehan, dan banyak konten di game-game lama Activision Blizzard utamanya World of Warcraft mengalami perubahan sebagai aksi damage control.

Singkat cerita, CEO Activision Bobby Kotick diprotes oleh karyawan untuk mundur dari posisinya tak hanya karena dia dilaporkan tahu akan lingkungan kerja toxic yang ada di perusahaan dan menolak untuk melakukan aksi apapun, tetapi dia juga menjadi sosok yang selalu kontroversial di perusahaan karena gajinya yang begitu tinggi di saat perusahaan terus lakukan PHK sana sini terhadap karyawan level rendah.

Kasus masih terus berlanjut, dan artikel ini sayangnya tidak akan dapat mencakup semua progres cerita kontroversial ini. Meskipun begitu, tak dapat dipungkiri lagi kalau ini adalah kontroversi terbesar tahun ini dan mungkin bahkan dalam beberapa tahun terakhir.

2. Switch OLED Hanya Sekedar Upgrade Layar

Switch bukanlah console yang begitu kuat dari segi performa dan hardware, bahkan masih dibawah dari PS4 dan Xbox One, membuatnya tertinggal amat jauh ketika dibandingkan dengan console baru yaitu PS5 dan Xbox Series X.

Iterasi baru dalam bentuk upgrade hardware sangatlah diharapkan, dan rumor terus bermunculan apabila Nintendo tengah kembangkan semacam “Switch Pro” dengan performa mampu mengangkat resolusi 4K dan berbagai upgrade performa lain. Sayangnya yang didapatkan oleh fans jauh dair harapan tersebut.

Switch OLED diumumkan, dan ia hanyalah upgrade layar dari model sebelumnya. Model ini miliki layar lebih lebar dan juga panel OLED, dari segi hardware lain, ia masih sama. Dengan pengumuman Steam Deck di waktu yang berdekatan, Switch baru ini mendapat respon buruk dari fans dan juga gamer pada umumnya.

Steam Deck terus dinobatkan sebagai “Switch Pro” sesungguhnya sedangkan Switch OLED tak lebih dipandang sebagai cashgrab dari Nintendo yang memanfaatkan momentum console mereka masih satu-satunya saat ini yang menjadi opsi portable gaming. Kekuatan Nintendo memang berada di software, dan game first-party mereka selalu dibuat cukup untuk diangkat di hardware inferior Switch. Meskipun begitu, tetap saja mengecewakan melihat Nintendo tak ada inisiatif untuk memberi console portable yang lebih kuat agar dapat menarik lebih banyak game third-party.

3. GTA Trilogy Definitive Edition

GTA 3, Vice City dan San Andreas; tiga game GTA klasik yang menjadi kenangan indah bagi banyak gamer. Kini bayangkan ketiga game tersebut dapat kamu mainkan di platform modern dengan janji “remaster definitif”, semua fans pasti dibuat tertarik mendengarnya. Sayangnya yang didapatkan fans jauh dari produk “definitif”.

Sebagai pembuka, cukup banyak lagu yang absen pada versi ini, dari itu saja cukup untuk membuat remaster tidaklah sedefinitif yang mereka inginkan. Namun untuk memperparahnya, remaster terlihat tidak rapi dan penuh dengan masalah teknis yang membuat bermain versi ini lebih buruk dari versi lama.

Model yang kelihatan jelek dan banyak gestur yang aneh, font yang tidak profesional, suara yang tidak diperbarui kualitasnya, dan tentu saja glitch dan bug sana sini, membuat remaster ini tak lebih dari lelucon besar sampai-sampai Take-Two harus jual kembali versi lama yang sempat ditarik menyambut perilisan remaster ini.

Dengan aksi Take-Two yang agresif melawan modding sebelum dan sesudah perilisan remaster, respon dari fans sangat jauh dari memuaskan dan reputasi Take-Two semakin dibenci akibat hal tersebut.

4. Anniversary Genshin Impact

Genshin Impact sukses besar, sangat sukses bahkan hingga berhasil menghasilkan pendapatan hingga $2 milyar dalam waktu 12 bulan pertama. Dengan pendapatan sebesar ini, tentunya mereka akan berikan hadiah ulang tahun yang heboh juga bukan? yikes…

Genshin Impact pada awalnya hanya menjanjikan event ringan dimana pemain bisa dapatkan 10 Intertwined Fate yang pada dasarnya ialah kesemapatan 10 kali pull gacha. Untuk pemain Genshin dimana kesempatan mendapatkan karakter bintang lima yang diinginkan hanya 0.6%, itu jauh dari cukup bahkan untuk menyentuh pity dimana kamu diberikan kesempatan pasti untuk dapatkan bintang lima.

Hadiah yang sangat rendah ini mengundang komunitas Genshin untuk protes di internet, awalnya hanya sekedar protes di forum atau sosial media, namun kemudian merambat ke protes di halaman Playstore dari game. Dalam kurun waktu 24 jam selama hari anniversary, rating Genshin jatuh dari biasanya 4.5 ke atas menjadi sempat menyentuh angka 2.0. Google tentunya mengambil aksi melawan review bomb ini, tetapi ini hanya membuat komunitas melakukan protes dengan cara lain.

Tak dapat menyebutkan kata “anniversary” atau “reward” tanpa kena ban, komunitas di Discord resmi Genshin gunakan emote Qiqi dengan ekspresi datar sebagai simbol protes. Hal ini membuat semua channel di Discord ditumpuki dengan emote ini, membuat moderator harus aktifkan slow mode untuk mengurangi frekuensi spam.

Setelah satu malam dipenuhi pers buruk hanya karena hari ulang tahun, Genshin pada akhirnya memutuskan memberi hadiah lebih dalam bentuk 4 hari diberi pesan berisikan 400 primogem dan item tambahan lain. Pada akhirnya pemain dapatkan ekstra 1600 primogem yang setara 10 pull juga ditambah dengan beberapa item kosmetik.

5. Krisis Stok Console dan Hardware Gaming

Mulai dari tahun lalu hingga sekarang, console dan hardware PC terus mengalami krisis stok, hal ini menjadikan momentum tepat bagi para orang tidak bertanggung jawab untuk naikan harga jauh di atas MSRP.

Mau PS5, Xbox Series X, Switch atau juga GPU PC baru? Selamat mencoba karena semuanya telah direbut oleh para penimbun yang kemudian naikan harga hingga 3 kali lipat. Semua produsen dari hardware tersebut juga tidak melakukan aksi apapun untuk mengurangi tingkat penimbun ini, membuat harga terus konstan di atas batas wajar.

Ini tentunya menjadi tantangan besar bagi gamer mau itu console atau PC karena krisis chip global diprediksi dapat terus terjadi hingga tahun 2023 mendatang, membuat kita semua harus bersabar jika ingin upgrade dengan harga yang semestinya. Tetapi bahkan di tahun 2023, fenomena scalping ini belum tentu akan musnah sepenuhnya karena memang terus hasilkan uang bagi si penimbun dari mereka yang putus asa dan tak sabar.

6. Lanjutan Sidang Apple vs Epic

Tahun lalu, Epic Games membuka sistem direct payment tanpa otorisasi dari Appstore maupun Playstore untuk Fortnite, hal ini melanggar terms of service kedua platform, tetapi Apple yang lebih meresponnya dengan lebih serius. Fortnite kemudian ditarik dari kedua store, memancing Epic Games untuk membuka kasus gugatan terhadap Apple yang dipandang tidak adil dan terlalu mendorong monopoli.

Epic Games mencoba mengantagoniskan Apple lewat kampanye #FreeFortnite yang dimana mereka mendorong agenda kalau Apple adalah perusahaan rakus yang mendorong monopoli terhadap produk mereka, sesuatu yang Epic Games coba lawan lewat layanan seperti Epic Games Store untuk melawan monopoli Steam. Apple melawan kampanye tersebut dengan mematikan game dan juga akun Appstore dari Epic dan juga Unreal, tak hanya berimbas ke Epic Games, tetapi semua developer yang menggunakan Unreal Engine sebagai basis game mereka.

Satu tahun kemudian, kasus tersebut terus berlanjut hingga berkali-kali adu argumen antara kedua sisi. Namun pada akhirnya hasil yang diberikan oleh pengandilan tidak memuaskan kedua sisi. Epic Games dianggap bersalah karena jelas melawan terms of service dari Apple dan harus membayar denda dari sistem pembayaran pihak ketiga yang mereka buat untuk Fortnite, sedangkan Apple juga kalah karena harus memperbolehkan Epic Games kembali aktif di App Store berserta akses untuk Unreal engine. Pada akhirnya, tak ada pemenang dari kasus panjang kedua perusahaan dan tidak ada hasil positif juga untuk gamer.

7. Six Days in Fallujah Dihidupkan Kembali

Six Days in Fallujah sebelumnya pernah dibatalkan pada tahun 2009 silam karena topik konflik perang irak yang masih terjadi saat game dikembangkan. Namun 12 tahun kemudian, game mencoba untuk bangkit dari kubur dengan developer baru Highwire Games mencoba mengambil ahli.

Mengenal game ini diadaptasi dari perang yang dipandang sebagai war crime, masyarakat khususnya warga muslim di Amerika Serikat menolak keras game ini karena mengantagoniskan semua warga irak sebagai “prajurit jahat” dan menormalkan kekerasan perang yang memakan banyak nyawa warga tak bersalah.

Grup advokasi muslim mencoba untuk meminta Valve, Sony dan Xbox menolak perilisan game tersebut di platform mereka namun tampaknya ketiga perusahaan mengabaikan permintaan tersebut. Game saat ini masih dalam pengembangan meski memang mengalami penundaan hingga tahun 2022.

8. NFT di Industri Gaming

Non-fungible Token atau lebih dikenal sebagai NFT, mulai menjadi pembicaraan panas di dunia hiburan mulai dair musik, seni dan bahkan video game. Premis dapat menjual aset digital secara eksklusif ke orang yang berani bayar mahal mungkin menjadi hal yang terdengar positif bagi banyak seniman, namun impelementasinya penuh dengan celah yang membuatnya lebih baik dijauhi dan juga tidak ramah lingkungan karena energi yang diperlukan untuk satu transaksi NFT setara dengan konsumsi listrik rumah dalam satu bulan.

Di industri video game sendiri, NFT mulai menjadi kesempatan untuk publisher besar seperti EA, Ubisoft, Take-Two dan Square Enix untuk dijadikan monetisasi baru lewat sistem yang mereka sebut “play-to-earn”. Valve di sisi lain menjadi perusahaan gaming besar saat ini yang mengumumkan menolak keras sistem NFT dan blockchain dalam bentuk apapun, mereka juga telah hapus semua game yang miliki elemen tersebut.

Di luar dari potensi menjadi cashcow baru para publisher besar untuk meraup isi kantong gamer, aset yang dijual di pasar NFT dalam kondisi sekarang tidak pernah sesuai dengan harga yang diminta, membuat banyak orang berasumsi kalau pasar NFT tak lebih dari skema cuci uang baru.

9. Rilis Battlefield 2042

Tampaknya merilisa game yang diantisipasi banyak gamer dalam kondisi tidak siap sudah menjadi tradisi untuk EA. Battlefield 2042 menjadi contoh terbaru mereka dalam tahun ini. Setelah respon positif dari konferensi E3 dan juga demo, Battlefield 2042 menjadi perilisan game yang cukup kacau hingga menjadikannya game dengan rating user terburuk di Steam saat ini.

Tak hanya karena masalah teknis seperti server 45hz tick rate, performa game yang jelek dan penuh rubberbanding; game juga dipandang kehilangan banyak fitur yang ada di seri-seri terdahulunya mulai dari kustomisasi yang lebih terbatas, hilangnya sistem progresi profile, leaderboard global, custom emblem, community server, dan masih banyak lagi.

Perilisan Battlefield 2042 saat ini begitu kacau hingga EA harus membawa bos dari Respawn Studios dan ko-kreator Halo untuk pimpin pengembangan game tersebut.

10. eFootball 2022 Berantakan

Setelah tahun lalu hanya dapatkan season update agar dapat fokus transisi engine, Pro Evolution Soccer dari Konami kembali tahun ini dengan nama baru yaitu eFootball. Untuk debut pertamanya, eFootball sayangnya tidak membuka dengan impresi “wow” kepada penggemar sepak bola.

Game dirilis free-to-play yang membuka potensi besar agar franchise ini dapat bersaing dengan FIFA, namun dengan perilisan perdananya yang kacau, sistem gratis yang diterapkan tidak mempengaruhi apapun.

Game menjadi wadah meme pada saat perilisan, penuh animasi wajah kocak dan glitch nyeleneh membanjiri game. Resepsi dari game juga sangat buruk, menjadikannya game yang masuk ke deretan game dengan rating user terburuk di Steam sebelum disusul oleh Battlefield 2042.

Konami berusaha untuk memperbaiki kondisi game, namun kerusakan telah terjadi parah, game dipandang tak lebih sebagai lawakan gamer terhadap Konami yang semakin lama semakin melupakan pasar game premium seperti Metal Gear Solid dan Silent Hill untuk sistem yang lebih cashgrab. Perilisan update juga dipastikan tertunda hingga 2022 mendatang, membuat kondisi eFootball 2022 ini makin tidak terkendali dan membuat FIFA semakin jaya di minat penggemar sepak bola.


Baca pula informasi lainnya beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.

For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version