11 Kontroversi Gaming Terbesar Sepanjang Tahun 2020

Controversy

2020 menjadi tahun yang buruk untuk urusan duniawi, tapi menjadi tahun yang spektakuler untuk gaming. Meskipun demikian, tak ada perubahan dalam urusan jumlah kontroversi yang terjadi. Mulai dari masalah yang dihadapi streamer hingga rilis yang kacau balau, semuanya ada pada tahun ini.

Sebelum menutup tahun 2020 ini, mari kita merekap kembali kontroversi terbesar yang terjadi sepanjang 12 bulan terakhir.


1. Epic Vs Apple

Awal mula cerita: Epic Games membuka akses dimana pemain bisa membeli microtransaction Fortnite secara langsung dari Epic, tanpa perantara App Store milik Apple dimana mereka menerima 30% hasil. Tindakan yang dilakukan Epic Games ini melanggar peraturan App Store dan membuat game battle-royale andalan mereka ditarik peredarannya dari storefront. Epic tidak menerima keputusan tersebut dan menganggap Apple melakukan monopoli dan mengambil untung yang terlalu tinggi.

Puncak Kontroversi: Epic Games melayangkan gugatan ke pengadilan dan bahkan melakukan beberapa aksi lain seperti membuat iklan parodi, event in-game, dan baru-baru ini membuat kampanye #FreeFortnite dengan bantuan para influencer untuk memaki Apple. Epic Games dikritik telah memanfaatkan audiens mudanya yang tidak terlalu mengerti urusan hukum untuk menjatuhkan Apple, dan Apple sendiri merasa apa yang dilakukan dari Epic ini tak lebih dari sekedar marketing stunt di tengah popularitas Fortnite yang perlahan menurun.

Kasus masih berjalan hingga saat ini dan kondisi sekarang ialah akun dan lisensi Epic Games ditarik dari App Store tetapi Unreal Engine buatan mereka masih diperbolehkan untuk beroperasi dan digunakan oleh studio pengembang software di App Store agar mereka tidak terkena imbas dari drama kedua perusahaan ini.


2. Cyberpunk 2077: Delay, Crunch, Hingga Rilis yang Kacau

Awal Mula Cerita: Cyberpunk 2077 menjadi game paling diantisipasi tahun ini. Hype dari game terbaru CD Projekt Red tersebut terus meroket semakin dekatnya tanggal rilis, sayangnya tiap kali tanggal rilis yang dijanjikan segera tiba, developer umumkan penundaan game.

Selama satu tahun terakhir, game telah ditunda 3 kali berturut-turut. Gamer meributkan keputusan tersebut karena mereka sudah tidak sabar lagi bermain, dan media ikut meributkannya karena meski game ditunda berkali-kali, budaya crunch atau lembur berlebihan justru makin ditradisikan. Karyawan CD Projekt Red mengungkapkan bahwa lembur yang dilakukan ialah kemauan mereka sendiri, namun tak sedikit juga muncul komplain dari karyawan lainnya akan lembur yang makin tidak rasional tersebut.

Puncak Kontroversi: Game dirilis dengan penuh masalah teknis. Game dibanjiri oleh bug mulai dari yang lucu hingga yang mengganggu progres game. Versi console last-gen dari game ini disebut “unplayable” oleh banyak pemain karena texture pop-in, visual yang rendah, framerate yang tidak konsisten, dan masalah teknis lain.

CDPR umumkan bahwa patch tengah dikembangkan dan mereka meminta maaf atas kurangnya transparansi untuk versi console last-gen. Mereka juga memperbolehkan pemain untuk melakukan refund apabila tidak sabar menunggu patch yang dijanjikan. Namun mereka belum melakukan kontak dengan pihak Sony maupun Microsoft atas refund tersebut, hal ini membuat kedua perusahaan kebanjiran permintaan refund yang tidak sesuai dengan peraturan yang mereka tetapkan. Sony pada akhirnya menarik peredaran game secara total, kasus langka dan mungkin pertama kali terjadi untuk game buatan studio AAA.

Saham CDPR menurun, karyawan dilaporkan marah besar kepada manajemen yang memberi deadline tidak realistis, dan baru-baru ini CDPR dikabarkan mendapat gugatan oleh para investor karena telah memberikan ekspektasi palsu. Game masih sukses dan telah menghasilkan untung besar bagi CDPR, namun deretan kontroversi yang didapatkan studio Polandia tersebut tentu akan merusak reputasinya dalam beberapa tahun kedepan.


3. Reveal Halo Infinite yang Menjadi Bahan Tertawaan

Awal Mula Cerita: Halo Infinite menjadi game raksasa dan juga andalan utama Microsoft dalam perang console next-gen. Game FPS ini dibesar-besarkan Microsoft seakan menjadi penerus Halo yang manfaatkan segala aspek hardware dari Xbox Series X tetapi di waktu yang sama juga dapat dimainkan di Xbox One. Saat akhirnya diperlihatkan, game terlihat tidak begitu mewah dan bahkan tidak sebanding dengan game PS4 yang miliki kualitas visual lebih baik.

Puncak Kontroversi: Visual game yang mengecewakan menjadi meme selama beberapa bulan, khususnya wajah salah satu musuh yang dinamai “Craig the Brute”. Setelah feedback buruk tersebut, game batal dirilis bersamaan dengan peluncuran Xbox Series X dan ditunda hingga waktu yang belum dipastikan. Selama beberapa bulan terakhir juga game telah gonta-ganti sutradara.


4. Console Next-Gen dan Penimbun

Awal Mula Cerita: Meski pandemi berdampak besar pada perekonomian masyarakat global, minat beli PS5 dan Xbox Series X masih tetap tinggi. Memanfaatkan hype dari kedua console baru tersebut, para penimbun semakin hari semakin menggila.

Puncak Kontroversi: Semua toko kehabisan selalu krisis stok, tetapi pembagian tidak merata. Penggunaan bot membuat pembeli asli kalah oleh para penimbun. Lapak reselling dengan harga lebih tinggi pun mulai bermunculan, bagi mereka yang benar-benar tidak sabar lagi, membeli dari penimbun ini menjadi satu-satunya solusi. Naik daunnya bisnis resell oleh penimbun berimbas ke berbagai launching barang lainnya seperti graphic card, CPU, dan smartphone terbaru.


5. Harga $70 untuk Game Next-gen

Awal Mula Cerita: Pengembangan game yang semakin lama semakin naik, Take-Two mulai memasang harga baru untuk game next-gen yang dimulai dari NBA 2K21 yaitu seharga $70. Keputusan dari Take-Two akan diikuti oleh publisher besar lainnya dan memandang $70 menjadi standar baru harga game. Tentunya gamer tidak setuju melihat banyak dari publisher besar telah terapkan microtransaction dan DLC yang semakin agresif, membuat pendapatan mereka lebih dari sekedar penjualan game.

Puncak Kontroversi: Beberapa tokoh mulai berikan pendapatnya akan kemungkinan naik harga game tersebut, salah satunya Cory Barlog yang setuju kalau game dinaikan harga agar membuka developer lebih leluasa dalam kreasinya. Ia juga berpendapat bahwa lebih baik harga game dinaikan daripada berpaku pada microtransaction.

Memasuki generasi baru, Sony umumkan bahwa semua game first-party mereka nantinya akan dihargai $70 dimulai dengan Demon’s Souls Remake. Dengan perusahaan seperti Sony telah menerapkan naiknya harga game, hanya perlu menghitung waktu untuk publisher seperti Activision, EA dan lainnya mengikuti.


6. Super Smash Bros dan Predator Seksual

Awal Mula Cerita: Dimulai dari Troy “Puppeh” Wells membagikan cerita dimana ia pernah mengalami hubungan seksual dengan Cinnamon “Cinnpie” Dunson ketika ia berusia 14 tahun dan Cinnpie berusia 24 tahun. Menurut statement Puppeh, Cinnpie yang memulai, melakukan grooming, dan pelecehan terhadapnya namun baru saat ini dia berani mengekspresikannya.

https://twitter.com/PuppehSSB/status/1278335061243441157?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1278335061243441157%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.esports.com%2Fen%2Fsmash-bros-community-shocked-by-sexual-assault-and-pedophilia-accusations-104600

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Puncak Kontroversi: Tak lama kemudian, berbagai pemain pro dan tokoh di komunitas Smash Bros mendadak dihadapi dengan “cancel culture” serupa dan dituduh melakukan pelecehan seksual dan melakukan hubungan dengan para anak di bawah umur. Nairo, ZeRo dan Joey Cuellar yang merupakan founder dari EVO dituduh sebagai tersangka. Joey Cuellar ditberhentikan sebagai CEO EVO, Nairo dan ZeRo diblokir akun Twitch setelah kontroversi ini, dan beberapa pemain lainnya memutuskan diam dari sosial media usai kontroversi terjadi.


7. The Last of Us 2 vs Komunitas Gamer

Awal Mula Cerita: Setelah game diumumkan alami penundaan, beberapa minggu kemudian sebuah bocoran spoiler tersebar di internet. Spoiler ini perlihatkan siapa yang akan mati dan bagaimana jalan cerita berlangsung, hampir semua detil penting dari The Last of Us 2 dibocorkan oleh si leaker.

Puncak Kontroversi: Gamer memandang jalan cerita dari TLOU 2 terlalu “woke” dan penuh dengan unsur diversitas yang dipaksakan. Tak hanya itu, membunuh karakter favorit dan menggantikan posisinya dengan sosok baru yang dianggap terlalu “dianak emaskan” membuat gamer emosi terhadap Naughty Dog khususnya Neil Druckmann.

Meski dengan respon gamer tersebut, game mendapatkan review yang sangat positif yang di mata para gamer yang tak senang sebagai “review bayaran”. Game dibanjiri review negatif di Metacritic hingga mencapai angka yang sangat rendah. Sangking parahnya “review bombing” yang terjadi, Metacritic harus turun tangan dan menghapus ribuan review.

Hingga sekarang, komunitas gamer masih tak mau menerima sekuel ini hingga mencapai titik dimana mereka protes kepada tiap organizer yang memberikan game ini penghargaan.


8. Ubisoft dan “Karakter Wanita Nggak Laku”

Awal Mula Cerita: Ubisoft dilaporkan miliki lingkungan kerja yang toxic khususnya kepada karyawan wanita. Para atasan dituduh melakukan pelecehan seksual kepada karyawan wanita, Ubisoft terus membantah isu tersebut, namun laporan akan kasus tersebut terus bertambah setiap harinya.

Puncak Kontroversi: Sexism di kantor Ubisoft mencapai titik dimana atasan menolak ide untuk menjadikan protagonis di Assassin’s Creed ialah perempuan. Assassin’s Creed Odyssey seharusnya hanya miliki Kassandra sebagai protagonis namun atasan di Ubisoft menolaknya dan memaksa tim untuk membuat counterpart laki-laki karena ia yakin kalau “karakter wanita tak bakal laku”.

Tak hanya di Odyssey, kasus serupa telah terjadi di Origins dan Syndicate. Namun tim penulis maupun developer lainnya tak dapat melakukan apapun selain dari mengikuti perintah mereka yang miliki pangkat lebih tinggi darinya. Klaim akan kasus ini telah dikonfirmasi oleh beberapa mantan karyawan Ubisoft.


9. Dr. Disrespect Terkena Banned Mendadak oleh Twitch

Awal Mula Cerita: Streamer populer yang juga kontroversial Dr. Disrespect mendadak menghilang dari Twitch. Menurut Dr Disrespect alias Guy Beahm, ia juga bingung dan tidak tahu apa yang terjadi. Twitch juga tidak memberikan konfirmasi apapun, membuat para “drama hunter” di Youtube muncul dengan berbagai konspirasi.

Puncak Kontroversi: Diamnya kedua pihak membuat banyak bermunculan isu atas pemblokiran akun. Ada yang mengatakan bahwa Guy Beahm melakukan tindakan kriminal yang membuat dirinya harus dicabut dari Twitch dan kedua pihak tak mau membicarakannya karena situasi yang begitu serius dan sensitif untuk dibahas, ada yang mengatakan bahwa ini dikarenakan Beahm pernah membagikan teori konspirasi akan Covid-19 saat livestream, dan ada juga yang mengatakan bahwa ini tak lebih dari sekedar masalah bisnis. Twitch panik akan banyaknya streamer yang pindah ke Mixer saat itu, dan mereka mengontrak Beahm agar menjadi streamer eksklusif di Twitch. Karena Mixer diumumkan bakal ditutup, Twitch merasa tak butuh lagi dengan kontrak eksklusif tersebut dan membatalkannya lewat memblokir total Beahm dari Twitch. Meskipun teori yang terakhir ini menjadi yang paling masuk akal, itu tetaplah teori semata.

Hingga sekarang, belum ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Twitch dan Dr Disrespect, namun yang pasti ialah sang streamer telah aktif kembali melakukan siarannya meskipun sekarang harus beralih ke Youtube.


10. Cooking Mama Cookstar, Crypto-mining dan Rilis Tanpa Izin

Awal Mula Cerita: Cooking Mama Cookstar dirilis dengan penuh kecurigaan. Game yang miliki visual biasa saja tersebut membuat Switch cepat panas dan juga cepat habis baterai. Muncul sebuah teori apabila game miliki miner cryptocurrency dan melakukan operasi itu selama game dimainkan.

Puncak Kontroversi: Isu miner telah dibantah setelah dataminer mengecek satu-persatu data di game dan tidak menemukan program maupun script mencurigakan apapun, namun drama yang lebih besar pun muncul. Game ini ternyata dirilis tanpa sepengetahuan pemilik IP yaitu Office Create.

Office Create sebenarnya ingin developer untuk terus perbaiki game dan bahkan membatalkannya karena kualitas yang sangat dibawah standar, namun sang publisher yaitu Planet Entertainment tetap memaksakan untuk game dirilis. Ketahuan meluncurkan game tanpa izin, Office Create kemudian menghubungi Nintendo untuk segera menarik peredaran game dari eShop, menghentikan produksi cartridge, dan juga iklan yang disebarkan di Youtube dan Tiktok.

Planet Entertainment dikabarkan telah layangkan tuntutan kepada Office Create karena kerugian yang disebabkan, belum ada kabar terbaru dibagikan oleh kedua pihak saat ini, membuat versi fisik yang sudah terlanjur didistribusi menjadi calon game langka kedepannya.


11. Valorant Anti-Cheat 24/7

Awal Mula Cerita: Belajar dari CSGO akan maraknya cheater di game FPS kompetitif, Riot Games implementasi sistem anti-cheat yang sangat agresif bernama Vanguard. Sistem anti-cheat ini sangatlah agresif hingga mencapai titik dimana program akan otomatis aktif saat memasuki Windows dan  beroperasi pada level kernel yang merupakan tingkat akses untuk fungsi utama PC, membuat anti-cheat ini beroperasi layaknya malware.

Puncak Kontroversi: Karena cara operasinya, komunitas gamer pun protes kepada Riot Games. Banyak yang merasa bahwa program anti-cheat yang diimplementasi ialah spyware yang disamarkan sebagai anti-cheat. Melihat Riot Games dimiliki sepenuhnya oleh Tencent, publisher asal Cina, gamer takut data mereka akan dikirim dan disalahgunakan oleh pemerintahan Cina.

Yang lebih parahnya lagi, meski dengan cara operasi yang begitu agresif, Valorant masih rawan oleh Cheater, membuat implementasinya seakan tidak berguna dan hanya membahayakan privasi pemain.

Kini Riot Games berikan opsi untuk dapat mematikan anti-cheat apabila tidak diperlukan, namun untuk bermain kamu akan dipaksa melakukan restart PC terlebih dahulu.


Exit mobile version