11 Video Game yang Sisipi Budaya Asia – Part 2

Game Asia 2

Keragaman negara Asia yang unik tentu menjadikan video game takkan membosankan. Terlebih ia tak habis untuk “diperah” sebagai setting yang menawan. Bahwa di balik kemodernisasi, terdapat tradisi yang harus terus lestari.

Jepang, Tiongkok, dan Korea paling sering disorot untuk perwakilan negara Asia dalam video game. Namun tak sedikit developer yang masukkan budaya Asia lain dalam setiap karyanya. Menjadikan persaingan tak hanya dikuasai oleh mereka yang berada di Asia Timur saja, namun juga Tenggara dan Selatan.

Sebelumnya kami telah memberikan sekitar 10 video game yang sisipkan budaya Asia di bagian pertama yang mungkin sudah tak asing di telinga kalian. Di bagian kedua, kami mengeksplorasi lebih dalam beragam game dengan budaya Asia yang lain.

Apa saja video game yang sisipi budaya Asia tersebut? Kami telah merangkumnya dalam 11 video game yang sisipi budaya Asia part 2. Penasaran? Yuk langsung saja simak artikel di bawah.

11. Metro Series (Russia)

Russia sebenarnya gabungan antara Asia dan Eropa. Ini karena wilayahnya yang sangat luas terbentang di benua Asia dan Eropa. Metro menjadi salah satu game yang berikan gambaran budaya Russia yang diadaptasi dari salah satu kota aslinya namun dimodifikasi sedemikian rupa. Player juga akan bisa menemukan budaya minum, senjata khasnya AK-47 hingga Dragunov, dan tentu saja bahasa Russia di sepanjang gamenya.

10. Genshin Impact (Tiongkok, Jepang)

Genshin Impact jelas menjadi salah satu game yang hadirkan budaya Asia. Tak hanya karena gamenya dibuat oleh developer asal Tiongkok yang jelas bakal memasukkan budaya Tiongkok, mereka juga hadirkan budaya lain seperti Jepang di update terbarunya. Tak hanya nama kota, bangunan, dan karakter, gaya animenya juga menjadi salah satu bukti perpaduan budaya tersebut.

9. Far Cry 4 (Nepal/India)

Beralih ke Far Cry 4, kita dibawa ke sebuah dataran fiksi Nepal/India yang dikuasai oleh Pagan Min. Sebenarnya agak membingungkan karena kedua negara ini dicampur jadi satu dan bahasa India juga menjadi salah satunya. Tak banyak memang yang Ubisoft masukkan. Namun beragam bangunan hingga karakter sudah cukup membuat kita memahami bahwa developer asal Prancis tersebut membawa erat budaya Nepal/India di dalam gamenya. Kamu bisa menemukan kuil, patung, serta beragam alat ritual khas Nepal/India yang terpampang di Far Cry 4. Tak hanya itu, senjata Khukuri khas Nepal serta bahasa Hindi juga menjadi salah satu campurannya. Hal ini sempat diprotes oleh orang Nepal karena percampuran kedua budaya.

8. Sleeping Dogs (HongKong)

Jika budaya tradisional umumnya jadi sorotan utama, maka di Sleeping Dogs budaya modern dan megahnya kota HongKong diadaptasi dengan sangat baik oleh para developernya. Kamu akan melihat bagaimana gamenya sendiri terlihat bak film mafia HongKong dengan ciri khas kota sempit, polisi yang menyamar, judi, hingga pembunuhan maupun kerusuhan antar geng. Beberapa ilmu bela diri dan bangunan khas juga tak lepas diadaptasi di sini.

7. PlayerUnknown’s Battlegrounds (Vietnam)

PlayerUnknown’s Battlegrounds mungkin tambahan yang cukup aneh dalam daftar ini, namun kalau kamu memperhatikannya dengan sangat baik di salah satu mapnya yakni Sanhok, maka kamu tahu bahwa ia merupakan adaptasi kondisi geografis Vietnam bagian pedesaan ala zaman perang. Sanhok miliki desa kecil di tengah hutan yang menjadi ciri khas Vietnam, ragam bangunannya yang terbuat dari kayu, jerami, hingga bambu membuat budaya tersebut meresap dengan sempurna dalam gamenya.

6. Homefront: The Revolution (Korea Utara)

Sebenarnya Homefront: The Revolution bukanlah sebuah gambaran nyata kejamnya Korea Utara, namun fakta bahwa ia bersetting dengan melibatkan Korea Utara sebagai musuh utama menjadi sebagian kecil budaya yang diadaptasi. Gamenya simplenya gambarkan bagaimana jika Korea Utara memenangkan perang dunia dan menguasai semuanya. Berikan gambaran bahwa negara diktator tersebut akan memusnahkan semua pembelot yang berani melawan mereka. Beberapa bahasa Korea baik terucap secara lisan maupun tulisan akan sering dijumpai di sini.

5. Kena: Bridge of Spirits (Indonesia)

https://www.youtube.com/watch?v=Zt4iVc54_uA

Baru rilis beberapa hari yang lalu, Kena: Bridge of Spirits sederhananya merupakan game action adventure dengan “rasa” ala Dark Souls di battlenya melawan bos. Namun hal yang membuatnya menarik adalah bagaimana musiknya yang dikomposisikan oleh sanggar seni cudamani asal Bali yang sebelumnya juga pernah garap musik film Disney, Raya and the Last Dragon. Tentu saja budaya Bali melekat erat dalam setiap alunannya. Menariknya, Kena, tokoh utama gamenya yang juga diisi suaranya oleh orang Indonesia, Dewa Ayu Dewi Larassanti sempat masukkan beberapa kalimat berbahasa Indonesia dalam gamenya.

4. Devotion (Taiwan)

Sempat alami kontroversi heboh karena dinilai “menghina” Presiden Tiongkok, Xi Jin Ping, Devotion ditarik dari pemasaran dan mereka publish sendiri di toko digitalnya. Gamenya sebenarnya menceritakan budaya Taiwan di tahun 80-an dan problematikanya. Bahwa “pengobatan alternatif” juga sempat menjadi polemik yang bawa mereka terpuruk di masa lalu.

3. Call of Duty Black Ops Cold War (Vietnam)

Call of Duty Black Ops Cold War angkat perang dingin di tahun 1980-an. Player akan perankan seseorang bernama Bell yang ditugaskan di beragam wilayah salah satunya adalah Vietnam. Di Vietnam, Bell akan menyergap markas sederhana dengan bangunan khas desa mereka dan taktik bersembunyi di balik sawah padi. Hutan yang rindang membuat musuh yang telah terbiasa dengan wilayahnya terasa sangat mematikan.

2. Tekken Series (Thailand, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan)

Sebenarnya Tekken membawa banyak sekali budaya di setiap karakternya via ilmu bela diri. Namun beberapa karakter seperti Bruce, Jin, Heihachi, Xiaoyu, Lei, Yoshimitsu, Baek, hingga Hwoarang menjadi beberapa yang representasikan budaya Asia.

Bruce sendiri miliki ilmu bela diri Muay Thai dari Thailand, sementara Jin dan karakter Jepang lain termasuk Paul yang aslinya adalah orang Amerika representasikan Karate, Yoshimitsu Ninjutsu, Baek dan Hwoarang Taek Wondo. Semua gerakan diciptakan dengan meniru gerakan aslinya meskipun terdapat beberapa yang memang dimodifikasi untuk buat aliran orisinal.

1. Ragnarok Online (Thailand, Tiongkok, Korea Selatan, Indonesia, Jepang, Malaysia)

Ragnarok Online menjadi salah satu juara untuk memasukkan budaya Asia dalam gamenya. Jika kamu memperhatikannya dengan baik, beberapa nama kota dan wilayah diambil dari proyek besar Asia saat mengembangkan gamenya. Amatsu misalnya yang menjadi kota adaptasi Jepang kuno yang dilanjut oleh Gonryun/Kunlun dari Tiongkok, Louyang (Tiongkok), Malaya (Malaysia), Payon (Korea Selatan), Ayothaya (Thailand), dan tentu saja Dewata (Indonesia).

Semua dibuat dengan kedepankan ciri khas masing-masing negaranya. Payon misalnya yang merupakan kota lahir dari job TaeKwon miliki ragam wilayah dan monster yang diambil dari budaya Korea Selatan, misalnya saja Sohee hingga Dokebi. Sementara Ayothaya miliki bangunan layaknya kastil emas yang menjadi ciri khas Thailand. Nama Ayothaya sendiri diambil dari kota dengan nama yang sama yang ada di Thailand.


11 video game di atas memang masih belum semuanya, namun setidaknya ia bisa memberikan gambaran bagaimana budaya Asia diadaptasi dalam video game. Mungkin kami hanya terlalu berkutat pada Asia Tenggara dan Timur, namun kami juga sempat masukkan negara hybrid seperti Russia dan Asia Selatan seperti India dalam daftarnya. Kamu yang mengetahui lebih banyak tentu bisa menambahkannya melalui kolom komentar di bawah.

Ingin membaca artikel seperti ini lagi? Kamu bisa mengunjungi laman G|List kami untuk tahu apa saja yang ada di industri ini yang mungkin belum pernah diceritakan sama sekali melalui berita atau yang lain.

Exit mobile version