Tidak bisa dipungkiri bahwa RPG atau Role-playing Game merupakan salah satu genre permainan terpopuler dalam industri video game. Dimana sesuai namanya, role yang berarti peran, pemain akan memerankan suatu karakter dalam sebuah setting cerita dan cenderung diberi kebebasan dalam mengelola perkembangan karakter tersebut selama permainan berlangsung.
Namun kamu mungkin juga mengetahui bahwa ada genre lain yang bernama JRPG atau Japanese RPG. Walau memang mudahnya dipahami sebagai game RPG yang dibuat di negara Jepang, RPG yang berasal dari barat dan RPG yang berasal dari negeri bunga sakura tersebut ternyata menghadirkan pendekatan permainan yang berbeda.
Selain hadirnya sistem leveling dan kebebasan dalam pengelolaan karakter sebaga elemen utama, terdapat beberapa aspek-aspek kental tersendiri yang dimiliki masing-masing dari kedua genre ini, seperti karakter yang dimainkan, mekanisme permainan, battle system, pembawaan cerita dan beberapa hal lainnya.
Hal-hal tersbut kemudian menjadi sebuah tren yang secara tidak langsung membedakan game RPG dan JRPG. Maka dari itu, dibawah ini kamu bisa melihat 5 hal yang membedakan game RPG yang dibuat di barat dan RPG yang dibuat di Jepang.
Catatan: Perlu diketahui bahwa tidak ada penjelasan resmi akan perbedaan dari kedua genre ini. Poin-poin dibawah ini sepenuhnya merupakan observasi terhadap tren-tren dari konten yang tersedia dalam game RPG barat maupun JRPG.
Daftar isi
1. Pembawaan Cerita
Dari yang dulunya hanya penceritaan dengan alur linear, kini semakin banyak game-game yang menghadirkan alur cerita bercabang dan lebih kompleks, dimana hal tersebut cenderung disesuaikan dengan gaya permainan pemainnya. Storytelling kemudian menjadi aspek vital dalam RPG maupun JRPG.
RPG barat cenderung fokus pada aksi ketimbang narasi, bahkan dialog penting antar karakter cenderung disisipkan dalam cutscene. Serial Dragon Age misalnya, dialog singkat antar karakter tetap muncul saat permainan berlangsung, namun saat masuk plot penting, dialog antar karakter terjadi dalam sebuah cutscene.
Berbeda dengan JRPG yang bisa dikatakan fokus pada narasi dengan hadirnya kotak dialog setiap melakukan interaksi dengan karakter lainnya, sehingga secara tidak langsung JRPG juga menghadirkan elemen visual novel dimana heavy reading menjadi elemen yang juga ditonjolkan dalam genre tersebut. Sedangkan cutscene hanya dimunculkan bila ada adegan penting seperti adegan pertarungan.
JRPG cenderung menghadirkan cerita yang lebih dramatis yang dapat menggugah emosional para pemainnya, seperti Final Fantasy VII: Crisis Core misalnya.
2. Sang Protagonis
Aspek lain yang membedakan RPG dan JRPG adalah sang protagonis atau karakter utamanya. JRPG cenderung menghadirkan karakter ‘siap saji’, atau yang berarti kamu akan langsung memainkan sesosok karakter yang telah disiapkan developer beserta dengan cerita-cerita yang akan ditempuh oleh sang karakter.
Hal ini yang juga secara tidak langsung membuat JRPG masih kental akan menghadirkan alur cerita yang cukup linear. Misalnya game Atelier Sophie: The Alchemist of the Mysterious Book yang menghadirkan sosok gadis imut nan lucu bernama Sophie sebagai sang protagonis, dimana dalam permainannya kamu cukup mengelola perkembangan sang karakter dan mengikuti alur cerita yang disajikan.
Jika JRPG cenderung menghadirkan karakter ‘siap saji’, game RPG barat cenderung menghadirkan fitur yang memperbolehkanmu membuat karakter sendiri dari nol. Mulai dari mendesain sendiri penampilannya, hingga menentukan gaya permainannya. Kamu mungkin melihat hal ini melalui game Skyrim, dimana pada awal permainan kamu akan masuk pada menu pembuatan karakter sebelum melanjutkan petualangan.
Bisa dikatakan bahwa RPG barat cenderung lebih unggul dalam menghadirkan kebebasan dalam mengelola perkembangan karakter ketimbang JRPG.
3. Pengaruh Budaya
Masih berhubungan dengan dua poin sebelumnya, tidak bisa dipungkiri bahwa kedua genre ini sangat dipengaruhi oleh budaya masing-masing negara pembuatannya. Mulai dari karakter-karakternya, hingga pembuatan latar ceritanya.
JRPG mungkin terlihat sangat terpengaruh dari budaya Anime yang sangat populer di seluruh penjuru dunia. Karakter 2D ataupun 3D dengan rambut beragam warna, berisikan gadis-gadis imut nan lucu berpakaian seksi dan berdada besar, kemudian latar tempat yang sangat kental dengan elemen fantasi yang diluar logika (kastil di atas awan ataupun dimensi lain), dan alur cerita yang cenderung menyelamatkan dunia dari kuasa kegelapan atau kehancuran.
Berbeda dengan RPG yang nampaknya begitu kental akan gaya abad pertengahan, dimana latar pada The Lord of The Rings dengan hadirnya ras selain manusia (orc dan elves), penggunaan armor dan senjata ala abad pertengahan, serta mahluk-mahluk mitologi seperti naga cenderung menjadi inspirasi utama dalam game-game RPG barat. Plotnya sendiri cenderung tidak berskala besar dan lebih personal, seperti menyelamatkan kerajaan ataupun sekedar menyelamatkan orang yang disayang.
Walupun berelemen fantasi, latar dalam RPG barat cenderung tetap melakukan pendekatan yang realistis dengan menghadirkan elemen-elemen modern seperti permasalahan politik. Seperti serial The Witcher misalnya, selain membasmi monster-monster, Geralt of Rivia sebagai karakter utama juga kerap terjebak diantara politik antar kerajaan selama permainannya.
JRPG juga nampaknya lebih berani dalam menghadirkan fanservice didalam gamenya untuk menggaet para pemain pria kesepian.
4. Mekanisme Permainan
Cerita yang dihadirkan juga secara tidak langsung mempengaruhi mekansime permainan. Misalnya, RPG barat cenderung menghadirkan game Open World penuh lokasi-lokasi yang bisa dijelajahi, namun disaat yang bersamaan, terdapat juga side quest atau aktivitas lain yang bisa dilakukan di berbagai lokasi tersebut
Mekanisme permainan dalam RPG barat didesain penuh dengan aktivitas sampingan yang memberikan EXP ataupun equipment baru untuk mengembangkan karakter, dan aktivitas-aktivitas tersebut terkadang secara tidak langsung juga memperkaya cerita utama dalam permainan, bahkan beberapa diantaranya dapat mempengaruhi ending dari game itu sendiri.
JRPG dengan kecenderungan ceritanya yang linear juga secara tidak langsung menghadirkan latar tempat yang lebih kecil seperti dungeon, kota ataupun tempat-tempat lainnya dengan aksesibilitas yang terbatas. Aktivitas sampingan dalam JRPG cenderung menjadi terbatas dalam menghadirkan backstory dan lebih fokus dalam memberikan reward yang bermanfaat untuk mengembangkan sang karakter. Hal ini juga membuat game-game JRPG terkesan perlu melakukan grinding untuk memperkuat karakternya.
Seperti dalam game Final Fantasy XII misalnya, dimana kamu dapat berburu monster-monster langka untuk mendapatkan EXP tambahan, Gil (mata uang dalam serial Final Fantasy) atau bahkan mendapatkan senjata langka. Beberapa hunt bahkan lebih sulit daripada boss akhir dalam game Final Fantasy XII.
RPG barat fokus pada eksplorasi open world agar para pemainnya dapat melakukan progress secara perlahan dan menikmati tiap konten yang dihadirkan secara maksimal.
5. Sistem Pertarungan
Aspek satu ini mungkin yang paling menonjol dalam membedakan game RPG barat dengan JRPG. Kamu mungkin tidak asing lagi dengan istilah turn-based, yang berarti pemain dan musuh yang dihadapi akan saling menyerang secara bergantian. Sistem pertarungan secara bergantian ini populer diimplementasikan dalam game-game JRPG, seperti serial Persona dan serial Dragon Quest misalnya.
Berbeda dengan RPG barat yang cenderung berkutat pada sistem pertarungan action-based, misalnya hack-and-slash seperti Diablo ataupun Darksiders, atau bisa juga game-game shooter seperti serial game Fallout ataupun serial game Borderlands.
Namun seiring perkembangannya, turn-based yang mungkin terdengar membosankan dan lambat, semakin kesini semakin inovatif daripada sekedar menunggu giliran untuk menyerang. Seperti hadirnya status-status seperti STR, AGI, DEX yang akan mempengaruhi seberapa cepat sang karakter untuk menyerang lebih dulu daripada musuh, atau combo antar karakter yang dapat menghasilkan serangan yang lebih keren dan tentunya lebih mematikan.
Perbedaan sistem pertarungan ini sendiri dipengaruhi oleh platform gamenya, dimana RPG barat selalu didesain dengan PC sebagai platform utamanya, dan JRPG didesain untuk konsol karena preferensi bermain orang Jepang (via Fandom).
Poin-poin diatas ini mungkin sudah cukup mewakili fitur-fitur utama dalam game yang menjadi pembeda antara game RPG barat dengan JRPG. Namun perlu diingat bahwa ini hanyalah perbedaan tren dari kedua genre tersebut dan tidak ada peraturan resmi terkait hal ini.
Sekarangpun banyak game dari kedua genre tersebut yang tidak mengikuti poin-poin yang telah penulis kemukakan diatas. Serial Dark Souls misalnya, game yang dibuat oleh developer From Software yang berasal dari Jepang ini justru memiliki ciri khas layaknya RPG barat. Begitu juga sebaliknya, game seperti Divinity: Original Sin garapan Larian Studios asal Belgia ini juga menghadirkan sistem pertarungan turn-based dalam gamenya.
Genre RPG sendiri juga kini berkembang dan seringkali menjadi sub-genre dalam sebuah permainan. Seperti game God of War (2018) misalnya, walau memang genre utama yang ditonjolkan adalah action-adventure, terdapat elemen RPG yang kental dalam game ini, seperti hadirnya skill tree dan pengelolaan equipment yang bisa dipakai oleh Kratos maupun Atreus.
RPG dan JRPG tentu memiliki keunikan dan keunggulannya masing-masing, nah, apakah kamu sebagai gamer lebih gemar dengan genre RPG dari barat atau JRPG dari Jepang atau suka keduanya? Yuk, share pengalamanmu di kolom komentar!
Baca juga informasi menarik lainnya terkait game RPG atau artikel keren lainnya dari Andy Julianto.