Daftar isi
1. Perbedaan Rules Pada MSC 2018 Aerowolf VS Air Asia Saiyan
Kasus yang sempat menggemparkan jagat Esport Asia Tenggara ini memang menyita banyak perhatian gamer terutama dari fans Negeri Malaysia. Kasus ini bermula pada akhir hari ke-2 pada Tournament MSC 2018 yang diadakan oleh Revival TV dimana tim Aerowolf dan Air Asian bertengger di satu group yang sama dengan perolehan skor yang juga sama. Permasalahan timbul setelah statement panitia MSC yang menyatakan lolosnya Air Asian Saiyan karena mengacu pada rulebooks yang mereka pegang, dimana mengutamakan perhitungan kill-death agregate terlebih dahulu.
Hal yang mengejutkan datang dari Pihak Aerowolf yang dimana mereka menyanggah statement tersebut, karena jika mengacu pada Rulebooks yang “Aerowolf terima” slot lolos ada di tangan Aerowolf. Perbedaan ini nampaknya menunjukan sebuah blunder yang cukup fatal yang dilakukan oleh panitia MSC. Akhirnya dengan dibantu pihak developer Moonton akhirnya panitia mengambil keputusan yang mereka rasa “adil” untuk melakukan rematch antara Aerowolf dengan Air Asian Saiyan.
Kecewa atas keputusan panitia MSC 2018, Air Asian Sayian melalui akun Facebook resminya akhirnya memberikan statement resmi mereka dan memutuskan untuk angkat kaki dari ajang MSC 2018 dengan berat hati. Tak berhenti sampai disitu Air Asian Saiyan juga berencana untuk memperkarakan kejadian ini ke ranah hukum.
https://www.facebook.com/AerowolfProTeam/photos/a.321484588272120/543918992695344/?type=3&permPage=1
Pihak Aerowolf sendiri juga berdalih bahwa mereka hanya mengikuti isi dari apa yang tertuang dalam Rulebook yang mereka tahu. Meski begitu kerusakan nampaknya sudah terlanjut terjadi, amarah membabi buta dari fans esport Malaysia langsung ditunjukan kepada tim Aerowolf dan juga Revival TV.
2. Saling Gasak Player AOV, Kala Tournament
Poaching sendiri adalah usaha pendekatan/hasutan kepada seorang player, oleh player lain, owner atau management yang memiliki maksud perekrutan. Namun poaching sendiri baru akan disebut poaching apabila player yang dihasut itu sendiri masih berada dibawah kontrak tim lain atau terdaftar dalam Global Contract Database.
Kasus Poaching ini sendiri ternyata pernah terjadi di perhelatan Esport Indonesia, lebih tepatnya pada tanggal 22 September lalu saat ASL Season 2 melibatkan dua Tim besar di cabang game AOV yaitu GGWP.ID dan EVOS Esport. Hal ini bermula saat adanya indikasi usaha perekrutan salah satu junggle milik GGWP.ID bernama Ilham Bahrul oleh salah satu tim AOV bernama EVOS Esport.
Pihak management dari GGWP.ID lantas melaporkan hal ini kepada pihak Garena. Setelah dilakukan investigasi dan pengumpulan bukti-bukti akhirnya EVOS terbukti bersalah oleh pihak Garena dan dijatuhi hukuman verbal. Garena juga mengamandemen guna mempertegas peraturan mengenai Poaching, karena jika ada tim yang kembali terbukti melakukan pelanggaran ini, maka denda 100 Juta sudah menanti.
3. Drama Terkenal Cakar-cakaran Mobile Legend
Kasus ini sempat hangat dibicarakan oleh banyak pemain Mobile Legends. Mengingat kasus ini melibatkan dua orang top Global sekaligus veteran mobile legends, tentu tak mengagetkan jika banyak youtuber yang melirik permasalahan ini. Warpath dan Daylen dua orang top global yang sempat berjuang di satu tim yang sama yaitu Saints Indo.
Terjadi di Balai Kartini dimana saat itu sedang diadakan turnament, konflik sempat pecah mulai dari adu mulut hingga saling bertukar damage di dunia nyata. Konflik ini sebenarnya merupakan buntutan konflik-konflik lama yang sering mereka sampaikan, mulai dai cek-cok antar internal Saints.Indo sampai statement Warpath yang menuduh Daylen menggunakan Joki.
https://www.youtube.com/watch?v=eHsx2MmEtYk
https://www.youtube.com/watch?v=GBXG4hm6uik
Kasus ini akhirnya berakhir secara damai dengan kedua belah pihak membuat video statement permintaan maaf dan berkomitmen agar kejadian serupa tidak terulang.
4. Kasus Kriminal Tim Head Hunter Cabang LOL
https://www.facebook.com/TheHeadhuntersGaming/photos/a.1832532840312301/2410965159135730/?type=3&permPage=1
Tim HeadHunter memang terbilang cukup memiliki nama dan taring di ranah League of Legend dalam negeri. Selain salah satu Playernya “Cruzher” terpilih menjadi pelatih yang memimpin tim League of Legend perwakilan Indonesia untuk berlaga di Asian Game 2018 kemarin, Head Hunter juga nampaknya tak luput dari kasus drama.
Salah satu ex pemain Head Hunter yaitu Malik “FakeFriend” Abdul nampaknya terlibat suatu kasus kriminal. Melalui fanspage resmi Facebook Head Hunter, mereka secara terbuka mengumumkan pelepasan Top Laner mereka yaitu FakeFriend. Hal ini dikarenakan suatu “pelanggaran” berat yang sudah ia lakukan, kepada siapa dan pelanggaran seperti apa yang dia lakukan sepertinya tidak dijelaskan oleh Head Hunter secara detail. Namun yang jelas mereka mengisyaratkan pelanggaran tersebut sebagai kasus kriminal,
Proses selanjutnya akan diserahkan kepada pihak berwajib- The Head Hunter
Uniknya adalah kasus pemecatan ini mencuat sebulan setelah FakeFriends berlaga sebagai perwakilan Asian Games cabang League of Legends. Sungguh memilukan salah satu perwakilan indonesia harus bernasib seperti ini.
5. Potong Gaji Gara-Gara Recall Bigetron Melawan Aerowolf
Pada turnament Mobile Legend Gameprime 2018 sosok Jeel dari Tim Bigetron mencuat karena tindakan tounting yang ia lakukan kala kompetisi tersebut. Kejadian ini bermula setelah penghujung match yang dilakukan di hari pertama antara tim Bigetron vs Aerowolf. Dimana seorang Jeel tiba-tiba melakukan recall didepan base musuh secara disengaja.
Terlihat cukup sederhana namun hal ini tidak diterima oleh pihak management Bigetron yaitu timnya sendiri karena dianggap sebagai tindakan taunting yang tidak etis. Sejalan dengan ini pihak Bigetron juga melayangkan permintaan maaf secara terbuka melalui fans page mereka (sekarang sudah dihapus) dan mengumbar bahwa mereka berjanji akan “memotong gaji” Jeel akibat tindakannya ini.
Menurut laporan dari GGWP.ID banyak pihak seperti tokoh esport Andrew Tobias kurang setuju akan langkah Bigetron yang memajang foto pemain dan berencana untuk memotong gaji. Hal ini dirasa tidak cocok untuk diumbar lebih baik dilakukan secara internal.
Pihak Bigetron pun akhirnya meminta maaf dan melakukan klarifikasi lanjutan bahwa tindakan yang ia lakukan tidak sesuai. Ia juga menyesal karena terkesan lepas tangan akan kasus ini. Pihak Bigetron pun lalu menghapus postingan mengenai Jeel.