Momen-Momen Terbaik dari The International yang Gak Bakal Bosen Buat Kalian Tonton Lagi dan Lagi

22222222222

The International adalah ajang kompetisi tahunan dari Valve yang sudah rutin dilaksanakan dari tahun ke tahunnya. Telah banyak momen-momen yang tercipta dan pastinya beberapa dari momen tersebut mungkin masih kalian ingat betul sampai sekarang. Hadiah uang yang cukup besar, dan gengsi sebagai tim terbaik DOTA 2 dunia pastinya membuat banyak tim lebih berani untuk mencoba menggugurkan setiap lawan dengan taktik jitu mereka. Kalau kalian sudah penasaran, ini dia Momen-momen terbaik di aja The International versi Gamebrott !


Comeback Alliance Melawan Evil Geniuses

 

Memulai list ini dengan momen yang cukup menegangkan dimana saat Alliance bertemu Evil Geniuses di fase Group Stage dalam The International 6 tahun lalu. Dimana Evil Geniuses yang sudah berhasil memporak-porandakan sebagian besar base dari Alliance ingin mencoba mengakhiri permainan setelah berhasil membunuh 4 hero dari tim EG. Ternyata keputusan yang mereka ambil ini kurang tepat dan malah membuat mereka kalah. Dengan sumber damage yang bisa dibilang kurang, mereka mencoba menyelesaikan permainan dan mengabaikan Loda yang bermain Lone Druid yang punya damage yang cukup besar.

Alliance mencoba menghentikan push dari Evil Geniuses dengan susah payah, dan akhirnya berhasil berkat Multicast milik Ogre Magi dari EGM yang berhasil melumpuhkan beberapa hero dalam waktu yang lama. Sampai Ancient Throne dari Alliance berada dibawah 300 HP, mereka akhirnya bisa menyetarakan bahkan membalikan keadaan permainan dan langsung berbalik menyerang. Evil Geniuses kewalahan mempertahankan base mereka dan malah harus menerima kekalahan setelah memiliki keunggulan yang sangat besar sebelumnya.


Legendary Fountain Hook Dari Na’vi

 

Masih ingatkah kamu tentang bug yang seperti dibiarkan oleh Valve beberapa tahun lalu ? Kombinasi Fountain Hook dari Chen dan Pudge yang sangat mematikan ini dibuktikan oleh tim Natus Vincere pada laga Semi Final Upper Bracket dari The International 3 yang menjadi bahan perbincangan para penggemar DOTA 2 dimana Na’vi berhasil membalikan keadaan yang sudah tiada harapan dengan memaksimalkan Bug yang sebenarnya seperti dibiarkan oleh Valve.

Setelah mengalami early dan mid game yang bisa dibilang kurang baik, Na’vi sudah kehabisan akal dan mulai mencoba trik yang memang sudah sangat dikuasai oleh mereka terutama Dendi dan Puppey yang saat itu memainkan trik Fountain Hook. Tak disangka, trik ini malah membuka ruang yang cukup besar bagi XBOCT untuk bisa mengejar farming dari carry-carry lawan dan Na’vi mulai bisa mengimbangi permainan dari TongFu yang sudah unggul jauh sebelumnya. Alhasil, Tongfu menyerah dan Na’vi-pun lolos ke babak selanjutnya.

Meski banyak dinilai kontroversial, bug ini sebenarnya sepenuhnya salah Valve yang tidak cepat-cepat untuk memperbaikinya padahal Bug ini sudah ada cukup lama dan terkenal di kalangan para pemain DOTA. Kalau menurut kalian bagaimana ?


Evil Geniuses Mega Creep Comeback vs EHOME

 

Kalau kita main DOTA 2 sehari-hari pasti suka mengincar Mega Creep bukan ? Karena kalau sudah melawan Mega Creep pasti lawan akan kewalahan untuk menyerang balik dan harus fokus lebih banyak untuk mempertahankan base mereka. Hal ini sebenarnya juga berlaku pada laga kompatitif DOTA 2 setidaknya untuk di ajang sebesar The International, sampai pada ajang The International 6 tepatnya di Upper Bracket yang mempertemukan EG melawan EHOME.

Sudah merasa terdesak dengan serangan bertubi-tubi dari EHOME, Evil Geniuses mulai mengganti strategi dengan membeli burst damage yang instan dengan menggunakan Dagon. Tak disangka, strategi ini sangatlah efektif untuk mengatasi kondisi saat itu. EHOME nampak kebingungan saat satu persatu pemainnya terculik oleh pemain-pemain EG saat melakukan push menuju Ancient Throne walaupun mereka dalam kondisi sudah mengambil semua barak dan mengaktifkan mega creep.

Beberapa kesalahan dibuat oleh EHOME dan membuat momentum berpihak pada EG yang tidak membuang-buang waktunya lagi untuk langsung melakukan push balasan yang ternyata tidak mampu terbendung lagi oleh EHOME. Alhasil, EG berhasil mengamankan game pertama dari seri Best of 3 ini dengan membalikan keadaan saat berada dalam kondisi melawan mega creep.


Echo Slam + Ice Blast = EZ GGWP oleh E

 

Bisa dibilang kalo yang satu ini adalah momen favorit dari banyak orang, dan mungkin juga termasuk kalian. Berada dalam kondisi yang tertinggal di Game ke-4 pada Grand Final dari The International 5 saat melawan CDEC. Evil Geniuses sudah nampak kehilangan arah dan bingung harus berbuat apa sampai pada suatu momen yang tepat merekapun memberanikan diri untuk memulai agresi.

CDEC yang mencoba melakukan upaya membunuh Roshan setelah berhasil menangkap Suma1l yang sedang berada diposisi yang kurang tepat diwaktu yang salah. Tak pesimis, EG mencoba melakukan inisiatif setelah memastikan bahwa pemain CDEC berada didalam Roshan Pit. Kombinasi Ancient Apparition dan Earthshaker dari ppd dan juga Universe membalikan keadaan secara seketika dan membuat EG kembali ke bangku kendali permainan.

Hasilnya, EG berhasil menutup seri laga final dengan skor 3-1 dan berhasil meraih titel terbesar DOTA 2 yaitu Aegis of Champion dan juga uang sebesar 6 juta dollar amerika. Hal ini membuat banyak orang yang menyebut momen ini adalah momen “Echo Slam bernilai 6 Juta Dollar”


Kejutan Terbesar Team Liquid pada LGD

 

Pada perhelatan The International 3, LGD merupakan salah satu tim terkuat pada patch tersebut. Tak ada yang menyangka bahwa mereka akan kewalahan untuk bisa mencapai setidaknya 6 besar dalam The International, sebelum Team Liquid dengan permainan yang diluar dugaan berhasil memaksa mereka pulang lebih awal dari The International.

Dengan komposisi hero yang bisa dibilang sangat baik untuk teamfight. yang pastinya berbeda dengan meta yang saat itu fokus kepada push dan early gank. Namun, permainan yang sangat apik ditunjukkan oleh Team Liquid dengan berhasil memberikan perlawanan yang sangat baik untuk setiap teamfight yang terjadi. Sampai momen dimana Team Liquid sedang mencoba membunuh roshan, dan LGD datang mencoba mengagalkannya. Siren Song dari Naga Siren berhasil membuka ruang bagi LGD untuk memulai inisiasi dan mencuri Aegis. Namun respon yang diberikan Team Liquid sungguh diluar dugaan.

Alhasil, mereka berhasil memenangkan teamfight yang berlangsung disana, dan berhasil memanfaatkan momentum tersebut untuk bisa mengamankan posisi ke 7-8 didalam The International 3 dan membuat banyak orang tercengang dengan permainan yang luar biasa dari mereka.


Strategi Legendaris Puppey Melawan Naga Siren

 

Pada saat itu, tepatnya saat The International 2, Naga Siren merupakan salah satu hero yang hampir selalu dimainkan. Kemampuannya untuk bisa menjadi carry, hingga support serta potensi lategame yang sangat luar biasa membuat hero ini sangat ditakutin oleh banyak tim-tim di dunia pada masanya. Ultimate skill yang bisa mereset sebuah teamfight menjadi salah satu alasan untuk memban hero yang satu ini.

Namun tidak bagi Na’vi, dibawah kepemimpinan Puppey pada saat itu, mereka hampir tidak pernah memban Naga Siren meskipun saat melawan tim-tim asal China yang banyak orang nilai merupakan tim-tim terbaik dalam memanfaatkan Naga Siren secara penuh. Terlebih, sudah banyak tim yang mereka pulangkan dengan draft Naga Siren di babak-babak sebelumnya, hingga mereka bertemu dengan Na’vi dan semua itu dimentahkan oleh mereka.

Penempatan posisi dari Dendi sebenarnya menjadi kunci utama dari strategi ini, dengan Rubbick ia berhasil mencuri Ultimate skill dari Tidehunter dan bisa mengeluarkannya untuk membuat ruang bagi LightOfHeaven melakukan Blackhole dengan Enigma untuk memenangkan pertandingan. Ditambah sumber damage yang dimiliki Na’vi cukup besar dengan adanya Enchantress yang dimainkan Puppey serta Jugernaut oleh XBOCT. Alhasil Na’vi-lah yang berhasil melaju ke laga final duluan setelah mengalahkan IG di Winner’s Bracket Final The International 2.


El Classico of DOTA 2, Na’vi vs [A]

 

Untuk ketiga kalinya Natus Vincere berhasil menembuh Grand Finals dari The International secara berturut-turut, dan mereka kali ini harus bertemu dengan tim yang sedang naik daun pada saat itu dengan memenangkan belasan turnamen kebelakang dan juga difavoritkan juara akibat rekor tidak terkalahkannya pada babak grup. Semua orang pasti meyakini bahwa ini akan menjadi pertandingan yang paling seru dalam sejarah DOTA 2.

Ternyata hal itu betul, menjadi pertandingan grand final pertama dalam event resmi dari Valve, pertandingan Na’vi dan Alliance berlanjut hingga game ke-5 dan membuat para penonton tegang. Pertandingan di game ke-5 pun berlangsung dengan seimbang, dan tidak bisa ditentukan siapa pemenangnya. Hingga mencapai suatu waktu, dimana semua itu berakhir dengan sangat dramatis.

Saat Na’vi melakukan push di Mid, AdmiralBulldog ternyata sudah siap untuk pergi ke toplane, dan melakukan push besar-besaran dengan Nature’s Prophet yang memang merupakan hero andalannya. Chaos Knight yang dimainkan oleh Loda pun juga Teleport kebawah bersama IO yang dimainkan oleh EGM untuk melakukan push, meninggalkan S4 dan Akke untuk bertahan. Alhasil Na’vi bisa mendapatkan satu set barak, sedangkan Alliance mendapatkan 2 Rax sekaligus.

 

Tak berhenti disitu, Na’vi pun kembali mencoba menyelesaikan permainan dengan melakukan push yang intensif kedalam base Alliance, namun sekali lagi, AdmiralBulldog sudah berada dari bawah untuk mencoba menghancurkan tower-tower dalam dari Na’vi, sehingga mereka terpaksa mundur. Hingga datang percobaan ketiga dari Na’vi untuk mencoba memastikan kemenangan dengan mengambil Roshan, dimana Alliance sudah siap untuk melakukan rencananya.

Loda, EGM dan Bulldog yang sudah ada di Top Lane, masuk ke base Na’vi dan mencoba menghancurkan set barak terakhir. Hero-hero Na’vi yang berada dekat Roshan Pit pun berusaha teleport kembali kedalam base, dan disitulah S4 sudah siap untuk mengagalkan TP-TP dari mereka. Total 2 TP krusial yang ia gagalkan, membuat Na’vi kehabisan waktu untuk mencoba melakukan pertahanan.

Memaksa mereka harus menyerah kepada Alliance dengan skor 3-2, membuat mereka harus puas berada sebagai juara kedua dan kembali pulang sebagai titel finalis saja setelah tahun lalu juga dihempaskan IG. Bisa dibilang, pertandingan ini adalah salah satu pertandingan terbaik yang pernah ada di DOTA 2.


 

 

Miracle Juggernaut 10 Million Dollar Omnislash TI7

Oke, itu dia momen-momen The International yang gak akan pernah kalian bosan buat tonton terus menerus. Ingatlah kalau pastinya masih banyak momen lainnya yang mimin-mimin disini lewatkan, jadi buat kalian yang merasa tau momen-momen lain yang menegangkan juga langsung tulis aja di kolom komentar dibawah ya! Siapa tau kalau banyak, nanti kita rekapin lagi buat jadi part 2 nya!

Exit mobile version