7 Video Game yang Paling Mengecewakan Tahun 2019

@game mengecewakan
Sejauh ini.

Di balik rumitnya proses pembuatan video game, ada beberapa pihak dengan egonya yang hanya mementingkan penjualan dengan melakukan milking atau memerah habis potensi yang dimiliki franchise yang telah mereka beli. Beberapa dari mereka bahkan berani gelontorkan uang demi paksa developer untuk segera membuat game baru demi memenuhi keinginan mereka dan para investor. Membuatnya menjadi game yang menarik dari konsep, namun mengecewakan saat eksekusinya. Game-game tersebut biasanya punya ciri-ciri jauh dari kata usai dikerjakan, atau hadir dengan konten yang kurang menarik. Setiap tahunnya mereka sepertinya tak pernah absen untuk membanting meja para gamer yang kecewa karena tak sesuai ekspektasi. Tak terkecuali tahun 2019.

Di tahun 2019 ini kita masih menemukan beberapa game yang menjadi korban egoisme korporasi yang menurut saya kurang pantas kamu beli dan dukung karena gameplaynya yang tak sesuai ekspektasi dan tak miliki konten yang lengkap. Apa saja gamenya? Berikut 7 video game yang paling mengecewakan di tahun 2019.

Disclaimer: Angka urutan tidak menjelaskan dari yang mengecewakan hingga paling mengecewakan atau sebaliknya. List ini diurutkan secara acak.

7. Anthem


Muncul dengan konsep yang menarik, Anthem sontak menjadi bahan perbincangan di kalangan para fans. Sayang, eksekusinya yang terkesan dipaksakan EA buat produk buatan BioWare tersebut tuai kritik dan kekecewaan dari para fans. Game yang bisa dibilang cukup “sepi” konten tersebut terkesan belum selesai dikerjakan. Terlebih kisahnya yang awalnya menarik menjadi biasa saja di tengah. Belum lagi bug yang masih ada hingga detik ini. Menambah daftar hitam salah satu produk terburuk BioWare setelah Mass Effect Andromeda dirilis.

6. Days Gone


Bernaung di bawah nama “game eksklusif PlayStation 4” tentunya menjadi sebuah jaminan bahwa Days Gone akan menjadi game yang bagus dibanding game zombie open-world lain. Setidaknya dari segi cerita. Sayang, pada kenyataannya tidak begitu. Ia menjadi salah satu game paling biasa dari game eksklusif PlayStation 4 lain. Bagaimana tidak? Game ini menggunakan mekanik yang kurang lebih sama dengan beberapa game yang ada di luar sana. Kasarnya ia hanya sebatas FarCry dengan sentuhan zombie. Ceritanya yang didesain dengan cukup baik sayangnya tak bisa menutupi core gameplay yang sudah terlalu umum. Membuatnya tak lagi “spesial” mengingat ia menjadi salah satu game eksklusif PlayStation.

5. Dollhouse


Promosinya yang kurang, buat banyak orang tak mengetahui keberadaan game indie horor Dollhouse. Namun tenang, kamu tak perlu membeli bahkan memainkannya karena game ini berakhir sangat mengecewakan. Berbeda dari game horror pada umumnya, game ini tak miliki elemen horror yang seharusnya ada seperti hantu atau anak kecil yang menyeramkan. Ia hanya terbatas pada game puzzle dalam stage labirin di mana kamu akan dikejar oleh boneka raksasa, menghindari jebakan, dan lari dari serangan manekin. Levelnya yang didesain dengan sistem “procedurally generated” alias diproduksi secara otomatis dengan template yang sudah dibuat membuatnya terasa repetitif dalam enam stage yang diberikan.

4. Far Cry: New Dawn


Tak selamanya game spin-off didesain dengan baik. Far Cry: New Dawn misalnya yang muncul terlalu cepat setelah seri kelimanya. Rupanya Ubisoft memang sengaja untuk melakukan milking franchise ini agar tetap bertahan. Banyaknya bug dan warna yang mencolok buatnya tak ada yang menarik meskipun terlihat miliki open world yang cukup menyenangkan. Selebihnya? Sama saja. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan, karena game ini sangat mudah dilupakan sejak perilisannya awal tahun 2019 kemarin.

3. Left Alive


Hadir dengan banyak sekali tokoh ternama bukan jaminan bahwa game tersebut bisa jadi bagus sesuai harapan. Terlebih, ia berusaha untuk bangkitkan franchise yang telah lama diacuhkan. Ya, inilah yang dilakukan Left Alive. Mencoba hadir dengan angkat konflik dunia Front Mission di antara kejadian Evolved, ia justru berakhir tak memuaskan.

Menyewa artist ternama sekelas Yoji Shinkawa (Metal Gear Solid Series) dan Sutradara Armored Core Toshifumi Nabeshima tak jadikannya sesuai harapan. Ya, game survival dengan elemen stealth ini tak miliki mekanik yang mendukung, karena pada dasarnya sistem stealth yang susah payah mereka bangun justru mengacaukannya. Animasinya yang kaku dan lambat buatmu harus berguling untuk mempercepat larimu dan menghindari serangan musuh. Ceritanya sepenjang 10 jam mudah sekali diprediksi dan terkesan dilempar begitu saja.

2. Team Sonic Racing


Bisa lari kencang namun masih menggunakan mobil. Memang terdengar menggelikan untuk Sonic yang harus berperan seperti itu di game terbarunya Team Sonic Racing. Sayang, gamenya yang satu ini justru jatuh menjadi sebuah kekecewaan yang mendalam. Usahanya untuk menyaingi Crash Team Racing kandas berkat fokusnya pada karakter dan kustomisasi mobil dibanding harus fokus pada trek dan mekanik balapannya. Formulanya yang sangat simple buatmu akan lebih memilih Crash Team Racing dibanding game milik SEGA tersebut.

1. Wolfenstein: Youngblood


Seri Wolfenstein memang terkenal dengan kebrutalan dan ceritanya yang sarat akan politik, karakter yang menarik, dan tantangan yang sangat seru. Sayang, seri spin-offnya yang berjudul seperti judul lagu raja dangdut Indonesia tersebut jadi game paling mengecewakan di sepanjang sejarahnya. Di atas kertas, ia tak lebih dari copy-paste New Colossus dengan sedikit peningkatan dan mekanik shooting yang biasa saja. Terlebih AI-nya yang sangat bodoh membuatmu kerepotan untuk terus mengcovernya. Paksamu harus bermain bersama teman-temanmu dibanding bermain sendirian.


Itulah 7 game paling mengecewakan sejauh ini di tahun 2019. Jadi, kalian harus cukup berhati-hati dengan jebakan para korporasi tersebut agar tak jatuh dalam sebuah jurang yang pada akhirnya hanya buang-buang duit karena berlindung di balik nama besar franchisenya. Adakah game yang tak masuk list di atas? Kamu bisa mencantumkannya melalui kolom komentar di bawah. Simak artikel seperti ini lagi hanya di G|List atau Opini.

Exit mobile version