8 Game Remake/Remaster yang Tuai Respon Buruk dari Fans Versi Lama

Bad Remake

Remake, remaster, reimagining, rerelease, semuanya mungkin miliki definisi masing-masing tetapi tetap memiliki dua tujuan: 1) Mengeksploitasi rasa nostalgia dan kangen pemain terhadap game klasik favoritnya. 2) Menjadi kesempatan kedua untuk memperbaiki kekurangan dari versi original yang mungkin disebabkan oleh keputusan yang kurang tepat atau limitasi console saat game itu rilis.

Namun bagaimana jika kesempatan kedua yang diberikan justru membuat game lebih buruk dari versi lamanya? Pada artikel kali ini kami akan membahas 8 remake dan remaster yang dikritik oleh banyak gamer karena berikan pengalaman bermain yang tak sebagus sebelumnya. Tanpa panjang lebar lagi, mari kita lihat saja game apa yang dimaksud:


1. Goldeneye 007 Reloaded


Goldeneye 007 menjadi kasus langka dimana game yang diadaptasi jauh lebih populer ketimbang filmnya sendiri. Game yang dikembangkan oleh Rare Studio di tahun 1997 ini menjadi game favorit banyak gamer di masanya karena tawarkan gameplay FPS yang langka untuk console saat itu khususnya console Nintendo, musik yang ikonik, serta multiplayer yang dukung hingga 4 pemain di satu layar.

GoldenEye 007 Reloaded garapan Eurocom dan Activision justru mengubah game klasik ini menjadi clone Call of Duty. Di luar dari beberapa level yang mirip dengan versi original, keseluruhan mekanik dan set-pieces yang ditawarkan versi Reloaded ini hanya sekedar mengkopi Call of Duty yang tengah di puncak popularitasnya.

GoldenEye 007 Reloaded mungkin dapatkan resepsi positif dari para kritikus saat itu, namun banyak yang mengabaikan game ini dan bahkan lupa akan eksistensinya sedangkan versi N64 yang digarap oleh Rare masih memegang status klasik.


2. Super Mario 64 DS


Super Mario 64 hingga saat ini masih disebut sebagai salah satu game terbaik yang pernah ada. Game tersebut menjadi game revolusioner yang berhasil membangun blueprint akan bagaimana membangun game platformer 3D. Bahkan jika kita lupakan peran Super Mario 64 terhadap industri game, game tersebut tetap tawarkan level yang menyenangkan, mudah diingat, dapat diselesaikan dengan ratusan cara dan sangat replayable.

Super Mario 64 DS jauh dari kata “game buruk”, tetapi banyak fans yang tidak senang dengan remake ini dan lebih memilih bermain versi original. Sebagai pembuka, Super Mario 64 DS dirilis di platform yang tidak punya analog sama sekali. Bermain game 3D Mario tanpa analog terkesan kaku, membuat pergerakan di versi remake ini jauh lebih sulit dari seharusnya.

Remake ini juga telah ubah banyak hal. Penambahan Wario, Luigi dan Yoshi menjadi perubahan terbesar di versi ini dan meskipun memang tawarkan perspektif baru yang menarik pada gameplay, banyak yang juga tidak begitu senang dengan perubahan ini karena kamu harus terus-terusan ganti karakter untuk mainkan level tertentu, membuang kebebasan yang ditawarkan pada versi lamanya menjadi lebih scripted karena level didesain spesifik agar tidak dapat diselesaikan oleh satu karakter yang sama.


3. TMNT: Turtle in Time Reshelled


Genre beat-em-up menjadi genre populer di era mesin SNES, Sega Genesis dan Arcade, dan TMNT: Turtle in Time menjadi salah satu yang difavoritkan. Miliki gameplay pukul yang memuaskan, musik yang catchy, dan tentu saja fanservice untuk penggemar dari TMNT, wajar apabila game keluaran 1991 ini dibuat remake belasan tahun kemudian. Sayangnya remake tersebut tidak berikan kenangan manis serupa.

Dikembangkan oleh Ubisoft dan dirilis pada tahun 2009, TMNT: Turtle in Time Reshelled ialah remake enhanced yang tawarkan visual baru dan remix musik baru. Meski terjual baik, resepsi dari remake ini tidak sepositif versi original. Banyak yang mengkritik gaya visual baru terlihat datar, kurangnya replay value, serta kontrol yang lebih kaku dari versi lama.


4. Double Dragon II: Wander of the Dragons


Double Dragon II: Wander of the Dragons ialah remake dari game arcade keluaran 1988 yang dikembangkan oleh studio asal Korea, Gravity. Dirilis untuk Xbox 360 di tahun 2011, remake ini peroleh skor negatif dari seluruh media yang sempat menulis review untuk game tersebut. Semua kritikus saat itu setuju bahwa remake ini beri nama buruk terhadap versi original yang disenangi oleh banyak penggemar arcade. Kontrol yang buruk, visual yang jelek, sistem combat yang lebih kaku, menjadi highlight dari remake buruk ini.

Double Dragon II: Wander of the Dragons meraih skor 17 di Metacritic, membuat remake ini berada di posisi 16 game Xbox 360 dengan skor terendah di website tersebut. Remake ini juga telah dinobatkan ke dalam daftar game terburuk yang pernah ada oleh Gamesradar dan beberapa media besar lainnya.


5. Warcraft III: Reforged


Warcraft III menjadi game yang temani banyak gamer PC tahun 90-an dulu. Tak hanya itu, game ini juga menjadi fondasi dari DOTA dan League of Legends yang keduanya masih populer hingga saat ini. Ketika Blizzard pertama kali umumkan bahwa mereka tengah kembangkan remake dari game RTS klasik tersebut, tentu fans ekspresikan hype mereka. Namun antusias tersebut seketika musnah ketika game dirilis.

Tak hanya meraih resepsi buruk, Warcraft III: Reforged juga mengundang banyak kontroversi di sepanjang awal tahun 2020. Di mulai dari visual yang terlihat outdated dan tak undang rasa “wow” para fans, cutscene yang alami downgrade, hingga peraturan dimana karya custom game menjadi hak miliki Activision Blizzard, semua ini menjadikan remaster ini diprotes dan ditertawakan oleh netizen. Pers dari remaster ini sangatlah buruk hingga mencapai titik dimana user score di Metacritic mencapai 0.5, menjadikan Warcraft III: Reforged game dengan user score Metacritic terendah selama beberapa bulan.


6. Flashback


Di tengah popularitas game petualangan seperti Prince of Persia dan Another World, Flashback mencoba berikan gameplay serupa dengan kedua game tersebut namun dalam latar dan perspektif futuristik. Game keluaran 1992 tersebut diterima baik oleh para kritikus dan berhasil menangkan beberapa penghargaan.

Karena permintaan fans yang tinggi, Vector Cell membujuk Ubisoft untuk membuat remake dari game klasik tersebut. Dirilis di tahun 2013, resepsi dari remake ini berbalik dengan apa yang didapatkan versi original. Flashback Remake dicap sebagai game buggy dengan gameplay yang terlalu dimudahkan serta penuh dengan desain baru yang membuat fans lama menggelengkan kepala. Resepsi yang buruk serta penjualan yang sedikit, Vector Cell tutup operasi tak lama setelah perilisan game ini.


7. Dungeon Keeper


Dungeon Keeper Mobile menjadi game paling kontroversial di tahun 2014 silam. Remake dari game strategi klasik tahun 1997 ini mengubah total kebebasan dan kreatifitas yang ditawarkan versi original menjadi neraka freemium yang dimana tiap akses game diblokir oleh paywall yang harus kamu bayar dengan microtransaction.

Kritikus dan gamer banjiri game ini dengan review negatif. Jim Sterling dari The Escapist menyebut remake ini sebagai “kanker di industri game” karena kerakusan EA mengisi microtransaction ke dalam game. Peter Molyneux, kreator dari versi original, sebut remake mobile tersebut jauh dari visi yang ia miliki di versi original, dan ia merasa menyesal tak terlibat dalam pembuatan remake tersebut.


8. Silent Hills HD Collection


Meski Team Silent telah dibubarkan, franchise Silent Hill tetap harus dilanjutkan. Konami mulai menunjuk satu per satu studio barat untuk lanjutkan nama seri game horor andalan mereka, namun tak ada satu pun yang dapat berikan game dengan resepsi sebaik buatan Team Silent.

Ketika Konami mencoba merilis kompilasi 3 game pertama untuk generasi Xbox 360/PS3, sang publisher menunjuk Hijinx Studio untuk perbarui ketiga game klasik ke format HD. Sayangnya rintangan besar harus dihadapi oleh tim developer. Source code dari ketiga game tidak disimpan oleh Konami, maka Hijinx Studio harus membangun ulang banyak porsi game. Berbeda tim developer, berbeda pula eksekusinya, dan hasil dari Hijinx Studio terlihat jauh berbeda dari versi original.

Remaster Silent Hill 2 menjadi yang paling banyak dikritik dari kompilasi HD ini. Efek kabut yang lebih minim dianggap telah membuang atmosfir ikonik dari versi original, pengisi suara di game diganti total dan fans merasa versi lama lebih baik meskipun pengisi suara baru terdengar lebih profesional. Secara keseluruhan, kompilasi ini dianggap lebih buruk dari versi original dan fans suarakan kekecewaan mereka akan kompilasi HD tersebut hingga saat ini.


Exit mobile version