8 Game yang Dulu Dihujat, Sekarang Disenangi Banyak Gamer

Dwadawdwadwda

Dengan semakin meningkatnya kompetisi dan modal yang harus dikeluarkan untuk produksi sebuah game, semua developer dan publisher ingin game mereka berhasil dari hari pertama. Apabila periode awal game tidak sesuai ekspektasi, kecil kemungkinan game tersebut akan didukung atau juga mendapatkan sekuel.

Namun beberapa game terkadang menolak untuk “mati” begitu saja. Bahkan dengan resepsi awal buruk yang didapatkan, beberapa game masih ada potensi untuk bernasib baik. Pada kesempatan kali ini, kami akan membagikan game-game yang awalnya dihujat oleh fans, namun disenangi beberapa tahun kemudian. Berikut ialah game yang dimaksud:

Rainbow Six: Siege

Rainbow Six Siege tampil berbeda dari seri-seri terdahulunya. Dari yang dulunya game taktikal penuh realisme yang fokus akan elemen mengatur tim dan strategi briefing, Siege tampil sebagai game FPS multiplayer dengan operator yang membuat game tersebut hampir bisa dikategorikan hero-based shooter.

Resepsi awal dapat dibilang buruk. Tak hanya karena fans seri lama yang tak senang dengan direksi baru ini, tetapi juga peluncuran game yang penuh masalah teknis mulai dari server hingga dari dalam game itu sendiri. Game sempat dipandang “dead on arrival” bagi komunitasnya, namun lewat update konten konstan yang diberikan oleh Ubisoft, game tersebut terus hidup dan menjadi salah satu FPS kompetitif terbesar saat ini.

The Legend of Zelda: Wind Waker

The Legend of Zelda: Wind Waker mungkin dirilis dengan review gemilang, namun eksistensinya pada saat itu tidak disenangi oleh fans Zelda yang harapkan game Zelda yang lebih serius dan gelap setelah Majora’s Mask.

Wind Waker menjadi kebalikan dari semua yang diharapkan fans Zelda saat itu. Dari segi gameplay mungkin tetap Zelda, tetapi dari segi visual yang terlalu kartun dan “ceria” dibandingkan seri sebelumnya, fans memprotes dan mengkutuk game ini. Twilight Princess bahkan langsung diumumkan tak lama kemudian sebagai respon Nintendo terhadap resepsi buruk dari gamer terhadap Wind Waker, menjadikan momen pengumuman Twilight Princess salah satu momen paling memorable di sejarah E3.

Namun belasan tahun kemudian, fans mulai perlahan mengapresiasi Toon Link dan petualangannya hingga mungkin lebih banyak yang menyukai game ini dibandingkan Twilight Princess yang sempat dihebohkan dulu. Pada akhirnya, fans sadar kalau gameplay tetaplah yang terpenting daripada realisme dan kedewasaan sebuah game.

Diablo 3

Diablo 3 sempat menjadi game paling diantisipasi pada tahun 2013 lalu. Namun saat rilis, game menuai banyak kritik pedas dari pemainnya. Keharusan online untuk bermain bahkan untuk solo, server yang bermasalah karena kepenuhan pemain, beberapa mekanik yang terlalu dipermudah, serta gaya visual yang terlalu “kartun” dan dianggap melenceng dari tema gothic yang ada di dua game terdahulunya membuat Diablo 3 berubah dari yang paling diantisipasi menjadi paling kontroversial.

Namun lewat update konstan serta satu ekspansi yang perbaiki sebagian masalah di game utama, Diablo 3 perlahan menjadi game yang mulai diterima oleh fans. Memang mungkin Diablo 2 masih menjadi favorit, namun hingga sekarang game tersebut masih aktif dimainkan dan aktif diperbarui oleh Blizzard, membuat game tersebut game ARPG untuk dimainkan selagi menunggu game keempat muncul.

No Man’s Sky

Peluncuran No Man’s Sky menjadi salah satu peluncuran paling kontroversial yang pernah ada. Banyaknya janji yang tidak hadir serta gameplay yang tak sekeren yang dihebohkan membuat game dan developernya terus menuai protes, kritik, sindiran dan bahkan ancaman kematian oleh gamer.

Hello Games yang diam total sejak perilisan game menambah buruk situasi, membuat mereka dianggap melarikan diri dengan uang yang dihasilkan dari janji palsu selama pers.

Namun selagi mereka diam dari media, ternyata Sean Murray dan timnya tidak meninggalkan game begitu saja. Lewat update besar secara konstan, No Man’s Sky perlahan menjadi game yang dijanjikan atau bahkan melebihi visi awal mereka. Memang benar taktik hype mereka sangatlah buruk dan tidak dapat dimaafkan begitu saja, namun setidak-tidaknya mereka mencoba untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat ketimbang melarikan diri layaknya kebanyakan game gagal lainnya.

Deadly Premonition

Deadly Premonition ialah game yang tergolong unik. Game ini dirilis di tahun 2010 tetapi visual terlihat seperti game PS2. Jalan cerita tidak masuk akal dan dialog yang diucapkan tiap karakter khususnya si karakter utama terus membuat pemainnya mengangkat alis. Dari segi gameplay juga game ini sangatlah kaku, bahkan mungkin lebih kaku dari Resident Evil 4 yang rilis 6 tahun sebelum game ini. Wajar apabila game mendapatkan rating buruk oleh banyak media game dengan deskripsi yang baru saja saya jelaskan.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Namun meski dengan semua hal buruk yang saya jelaskan, game dari Hidetaka “SWERY” Suehiro dan Access Team ini menjadi cult classic dan disenangi oleh banyak orang. Game ini juga masuk dalam banyak daftar “best worst game” oleh media atau juga Youtuber. Apa sebenarnya daya tarik dari game ini? Semuanya balik ke selera masing-masing, namun banyak yang menganggap game ini miliki banyak ide menarik, tetapi eksekusinya yang kurang matang. Dari segi cerita juga meski banyak yang “nggak jelas”, masih tetap menghibur oleh dialog humor yang terkadang garing dan terkadang memang lucu. Singkat cerita, Deadly Premonition mungkin banyak masalah dan limitasi, namun tetap menghibur bagi banyak orang mau itu secara ironi atau tidak.

Final Fantasy XIV

Sebelum menjadi game MMO yang diterima sangat baik secara kritis dengan free trial sampai level 60 lengkap dengan ekspansi Heavensward. Final Fantasy XIV pertama kali rilis pada tahun 2010 dan langsung dicap sebagai MMO terburuk yang pernah dirilis. Kombinasi masalah server dengan banyaknya elemen yang hilang untuk genre MMO membuat banyak gamer menghidari bermain game ini dan kembali ke World of Warcraft atau game MMO populer lain.

Square Enix bisa saja berhenti berharap dengan game tersebut, mematikan server dan move on ke proyek lain. Namun kesempatan kedua diberikan dengan harapan dapat memperbaiki semua kesalahan di versi sebelumnya.

Naoki Yoshida, staf yang sebelumnya terlibat dalam seri Dragon Quest mengambil ahli produksi. Pengembangan game kemudian diulang total, banyak elemen di game dan cerita juga telah diubah sesuai dengan feedback dari pemain di versi pertama. Pada tahun 2013, game dirilis kembali sebagai versi 2.0. Memperbaiki semua masalah di versi sebelumnya, menambahkan banyak fitur yang sebelumnya tidak ada dan juga memperkuat aspek cerita yang selalu menjadi aspek terkuat dari franchise ini ternyata lebih dari cukup untuk melupakan gamer akan betapa problematik versi awal game.

8 tahun kemudian, Final Fantasy XIV berhasil menjadi game MMO terbesar saat ini dengan beberapa ekspansi telah dirilis dan jutaan pelanggan setiap bulannya.

Street Fighter V

Setelah suksesnya Street Fighter IV yang dirilis ulang berkali-kali, wajar apabila saatnya berpaling ke sekuel baru. Namun sayangnya sekuel kelima ini tidak mendapatkan resepsi positif serupa layaknya game keempat.

Game kelima dipandang terlalu minim konten dan penuh masalah di mode online khususnya netcode yang menjadi salah satu daya tarik di game keempat, membuat banyak yang lebih memilih ke game lama ketimbang lanjut mainkan game kelima tersebut.

Memperbaiki masalah tersebut, Capcom mulai terus perbarui game. Dimulai dengan memperbaiki masalah netcode, kemudian mulai menambahkan story mode, level baru, dan baru berpaling ke DLC karakter.

2 tahun kemudian mereka merilis Arcade Edition lalu lanjut dengan Champion Edition di tahun 2020 yang menjadi edisi definitif saat ini dengan 4 tahun konten yang telah ditambahkan Capcom serta game yang jauh lebih rapi dari apa yang diberikan pada tahun 2016 lalu.

Fortnite

Sebelum menjadi game battle-royale terbesar saat ini, Fortnite bermula sebagai game co-op survival atau yang saat ini dikenal sebagai mode “Save the World”. Singkat cerita, mode tersebut dipandang terlalu membosankan dan tidak terlalu memberikan pengalaman unik dibandingkan game-game zombie yang sudah ada bahkan dengan fitur “building” yang dijadikan gimmick utama.

Pada tahun 2017, Epic Games mencoba untuk banting stir game yang telah dianggap sebagai “game gagal” tersebut. Mereka menambahkan mode battle-royale yang dipopulerkan oleh PUBG namun dengan sentuhan mereka sendiri.

Lewat perpaduan promosi yang agresif dan juga update konten yang frekuensinya jauh lebih aktif ketimbang game sebelah, 4 tahun kemudian Fortnite menjadi salah satu game terbesar saat ini dan bahkan bisa dibilang menjadi “tempat promosi interaktif” dengan banyaknya kolaborasi dengan media lain mulai dari game, film, dan sesekali artis.

Exit mobile version