8 Game yang Sekilas Terlihat Ceria, Namun Nyatanya Bisa Bikin Nangis

Depressing Games

Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya, itu ialah peribahasa yang sering disampaikan ketika berbicara soal kualitas, namun peribahasa ini juga dapat diartikan dalam situasi yang lain. Pernahkah kamu mendengar sebuah lagu yang terdengar ceria dan membuatmu ingin berdansa, namun arti dari lirik yang tertulis ternyata menceritakan kisah yang sedih. Video game ternyata juga miliki kasus seperti itu.

Pada list kali ini, saya akan menyebutkan beberapa game yang secara sekilas terlihat seperti game yang begitu ceria, namun ternyata menyimpan kisah yang emosional dan bahkan tragis kepada pemainnya. Tanpa panjang lebar lagi, berikut ialah game-game yang dimaksud.


1. Omori

Omori peringatkan pemain akan konten sensitif yang game akan presentasikan sepanjang cerita, namun apabila orang polos melihat game ini dari rekomendasi teman atau sekedar screenshot, mungkin akan banyak yang tertipu.

Banyak sekuen di game ini hadirkan visual warna-warni dengan karakter yang terlihat dream-like. Namun itu hanya sebagian kecil dari game. Apa yang terjadi sebenarnya di game ini merupakan salah satu kisah sedih dan dapat membuat gelisah, khususnya untuk mereka yang mengalami penyakit mental. Tanpa memberikan spoiler, Omori merupakan kisah sebuah penyesalan, depresi dan trauma. Bagi kamu yang tertarik akan game RPG turn-based dengan cerita yang sangat emosional, game ini benar-benar harus menjadi wishlist-mu.


2. Undertale

Undertale mungkin sudah tidak perlu penjelasan lagi. Game ini sudah sangat populer dalam komunitas gamer dan bahkan banyak konten game menjadi meme khususnya yang berhubungan dengan karakter Sans, namun bagi kamu yang entah bagaimana belum tahu tentang game ini, Undertale merupakan game yang menumbangkan formula klise RPG yang sudah ada sekarang.

Ketimbang sekedar membunuh musuh untuk grind XP, Undertale memberi pemain opsi untuk mengajak interaksi damai dengan musuh. Sistem ini tergolong unik di saat dimana game RPG lain memaksamu untuk membunuh musuh di hadapanmu meskipun mereka terlihat ramah. Ending game akan bergantung pada aksi yang kamu lakukan sepanjang game, dan lagi-lagi tanpa memberikan spoiler, tiap ending akan memberimu momen emosional masing-masing akan pertemanan, perspektif, dan juga bertanya-tanya akan siapa “monster” sesungguhnya.


3. Ori series

Ori miliki visual yang cerah dan penuh warna, apabila gamer baru melihat screenshot atau bahkan halaman game, mungkin kecil muncul pemikiran apabila game ini akan sangat melankoli. Ori tak perlu waktu lama untuk bermain dengan emosimu. Dalam menit pertama, game telah menghantam perasaanmu dengan interaksi kuat antara dua karakter utama dan peristiwa tragis yang menjadi awal konflik cerita. Sekuen pembuka ini diantarkan tanpa dialog antar dua karakter dan hanya narasi yang disampaikan dalam bahasa buat-buatan.

Nuansa melankoli ini tidak berakhir di awal saja, sisa dari game terus memberikan atmosfir, cerita dan musik yang terus memancing emosimu. Sekuelnya – Ori and The Will of the Wisp – tak kalah dalam tawarkan pengalaman yang serupa.


4. Mother 3

Ketika mendengar ‘Nintendo’, ekspektasi banyak orang pasti produk yang menyenangkan dan ‘sayang anak’, tetapi Mother 3 menjadi salah satu pengecualian terbesar. Game JRPG yang dirilis untuk Gameboy Advance ini memberikan kisah yang penuh dengan momen tragis terjadi pada karakter utama.

Sebuah kejutan bagi banyak fans untuk melihat Nintendo memproduksi game dengan kematian, amarah yang berujung pada balas dendam, dan bunuh diri. Game ini tak pernah dilokalisasi di luar Jepang dan bahkan tak pernah dirilis ulang layaknya game Nintendo lainnya. Sebuah keputusan yang aneh melihat Ness menjadi roster Super Smash Bros, Earthbound terus dirilis ulang, dan game eksklusif Jepang lainnya seperti Final Emblem jadul dapatkan lokalisasi di platform modern. Apakah Nintendo juga tak sanggup untuk bagikan kembali kisah tragis keluarga Ness ini ke publik?


5. The Legend of Zelda: Link’s Awakening (Major Spoiler Alert)

Game ini awalnya dirilis untuk Gameboy, namun telah dibuatkan remake untuk Nintendo Switch. Bisa dibilang versi Switch terlihat imut dan penuh dengan warna cerah, namun banyak fans yang setuju kalau Link’s Awakening ialah salah satu seri Zelda paling menyedihkan dari keseluruhan franchise.

Meski berjudul ‘The Legend of Zelda’, karakter Zelda tak ditemukan sama sekali dalam cerita Link’s Awakening. Kamu justru menemukan sosok baru bernama Marin. Pada akhir game, terungkap bahwa pulau dan semua orang yang Link jumpai sekarang tidaklah nyata dan hanyalah mimpi. Kamu ditugaskan untuk mengumpulkan 8 instrumen untuk membangunkan dirinya. Petualangan ini membuatmu terus mendekatkan diri dengan warga pulau khususnya Marin. Kamu pada akhirnya berhasil dalam misimu dan bangun ke realita. Pulau dan semua orang yang kamu temui lenyap menjadi kenangan.


6. Drawn to Life: The Next Chapter (Major Spoiler Alert)

Drawn to Life: The Next Chapter ialah game petualangan dimana kamu dapat menggambar sendiri protagonismu dengan memanfaatkan fitur touchscreen dari Nintendo DS. Gameplay game ialah sesuai ekspektasimu dari game dengan rating E (everyone), dari aspek artstyle juga game terlihat penuh warna dan terkesan seperti gambaran fantasi anak kecil.

Namun pada penghujung game, sebuah plot twist muncul dan mengubah reaksi pemain secara drastis. Terungkap bahwa petualangan yang terjadi selama ini terjadi di kepala Mike, seorang anak kecil yang dalam kondisi koma setelah mengalami kecelakaan mobil bersama keluarganya. Ending canon dari game ini berakhir bahagia dimana Mike sadar dari koma dan melihat tangis bahagia saudarimu. Namun developer juga telah muat ending kedua dalam Drawn to Life collection dimana Mike menghembuskan nafas terakhir dan ditangisi oleh sekeluarga yang mendampinginya.


7. Night in the Woods

Saya telah beberapa kali merekomendasikan game ini kepada teman dan juga pembaca disini, namun tak jarang saya mendapatkan respon kalau game ini ialah ‘game furry’ karena desain karakter anthroformofis yang diusung. Saya tak dapat memaksa jika banyak yang merasa demikian, namun bagi kamu yang tak terbutakan oleh mindset dangkal tersebut, Night in the Woods merupakan kisah sedih yang penuh dengan komentar sosial dengan eksekusi yang tidak ‘lebay’.

Game mendekatkan pada berbagai subjek serius seperti depresi, anxiety, kesepian, dan penindasan kaum kelas bawah dan menengah dalam perpektif seorang kucing bernama Mae yang baru saja dropout dari kuliahnya.

Hantaman emosional dari game ini tak datang dari momen dramatis atau konflik bombastis, melainkan lewat implikasi. Apabila kamu memainkan game dengan harapan bakal ada kisah melodrama dan romansa penuh dilema, jangan harap game ini dapat memuaskanmu. Akhir cerita game ini juga tak memberikan konklusi yang begitu jelas, akan tetapi lagi-lagi implikasinya dapat terus menghantui apabila pemain mengerti apa yang terjadi.


8. The Beginner’s Guide

Dibuat oleh kreator The Stanley Parable yang merupakan salah satu game terkocak yang pernah ada, ekspektasi gamer terhadap game kedua Davey Wreden tentu ialah mereka berharap game lucu lainnya. Namun yang mereka dapatkan justru pukulan keras di hati.

The Beginner’s Guide ialah game yang menceritakan pengalaman Davey yang menemui seorang developer game bernama ‘Coda’. Game buatan Coda selalu menarik perhatian Davey bukan karena desain level atau gameplay yang kompleks, melainkan karena sifatnya yang abstrak dan Davey merasa ada pesan yang dalam di tiap game yang ia rilis.

Saya tak mau memberikan spoiler khusus untuk game ini karena The Beginner’s Guide ialah pengalaman yang dimana spesialnya datang sekali yaitu saat kamu tak tahu apa-apa dan tak punya ekspektasi apapun. Dari segi gameplay, game kedua ini terkesan membosankan namun bagi kamu yang ingin mendengarkan cerita yang terasa personal, manuasiawi dan bahkan relateable, mungkin game ini juga dapat membuatmu menangis seperti yang saya rasakan.


Exit mobile version