Sekuel merupakan bukti bahwa game pertama sukses dan studio tentu ingin melanjutkan kesuksesan tersebut dalam jangka panjang lewat game terusan. Membawa kembali konsep yang telah ditetapkan di game sebelumnya lalu menambah fitur baru atau setidaknya perbaiki masalah yang dikritik fans mungkin menjadi aksi paling masuk akal ketika membangun sebuah sekuel, tetapi tak jarang developer mengambil aksi riskan agar franchise mereka dapat terus relevan di tengah kompetisi industri game yang semakin sengit.
Berikut adalah 9 sekuel riskan yang berhasil selamatkan franchise yang meredup:
Daftar isi
1. Fallout 3
Dibeli oleh Bethesda, studio yang dikenal akan franchise The Elder Scrolls ini mengambil direksi yang jauh berbeda dari dua game pertama. Meskipun banyak menjaga ciri khas dari Fallout mulai dari atmosfir hingga lore, Todd Howard dan timnya memutuskan untuk mengubah perspektif game dari isometrik menjadi first-person/third-person layaknya The Elder Scrolls. Tak hanya itu, banyak mekanik dari seri terdahulu dibuat lebih sederhana untuk mempermudah para pendatang baru.
Apapun pendapatmu tentang direksi baru yang diambil Bethesda ini, kamu harus akui bahwa Fallout 3 menjadi awal dari popularitas mainstream Fallout. Apabila tidak berada di tangan Bethesda, besar kemungkinan franchise RPG post-apocalyptic tersebut tidak sebesar sekarang.
2. Tomb Raider (2013)
Keputusan untuk merombak total franchise berbuah manis. Banyak fans direksi baru yang lebih gelap, dewasa dan realistik ini. Lara Croft tidak lagi terkesan seperti gimmick marketing semata untuk membuat para lelaki terpukau. Dirinya kini dipresentasikan lebih realistik dan rapuh, akan tetapi tetap pertahankan jiwa badass dengan caranya sendiri.
Kesuksesan reboot tahun 2013 membuat Tomb Raider versi modern ini dapatkan dua sekuel pada tahun 2015 dan 2018. Hal tersebut mungkin takkan terjadi apabila developer tak mau mengambil resiko dan merombak total franchise kesayangan mereka.
3. Deus Ex: Human Revolution
Setelah Invisible War, franchise masuki fase hiatus diakibatkan para desainer utama seperti Warren Spector, John Romero dan Harvey Smith meninggalkan Ion Storm. Pada tahun 2005, Eidos memutuskan untuk menutup studio dan nasib dari franchise ini menjadi tanda tanya besar selama beberapa tahun.
Franchise pada akhirnya dibangkitkan kembali oleh Eidos Montreal dibawah arahan Square Enix. Deus Ex: Human Revolution dirilis pada tahun 2011 dan berhasil membangkitkan kembali relevansi brand Deus Ex. Meskipun game pertama masih dipandang sebagai yang terbaik, mayoritas gamer puas dengan sekuel ketiga karena atmosfir dan gameplay stealth yang penuh dengan sistem baru menarik. Sekuel keempat – Deus Ex: Mankind Divided dirilis pada 2017 dan dapatkan resepsi yang lebih negatif dibandingkan Human Revolution, tetapi potensi sekuel baru masih terbuka untuk kedepannya.
4. Rainbow Six: Siege
Rainbow Six Vegas merupakan awal franchise ini dirombak total oleh Ubisoft. Game dibuat lebih fokus pada aksi linear dan sistem cover ketimbang infiltrasi pelan dan hati-hati yang seri sebelumnya perkenalkan. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen mainstream khususnya dengan pasar console yang lebih dominan. Vegas berserta sekuelnya berhasil mencapai visi tersebut tetapi popularitas game meredup dengan banyaknya FPS lainnya yang siap saingi Rainbow Six.
Dengan Call of Duty menjadi game terhangat di generasi ke-7 console, banyak developer mencoba untuk mereplika game terbitan Activision itu dan Ubisoft menjadi salah satunya. Rainbow Six: Patriost diumumkan pada tahun 2011 silam, game terlihat terlalu sinematik dan scripted, banyak fans merasa bahwa game tidak berhak memegang nama “Rainbow Six”. Proyek Patriots pada akhirnya dibatalkan dan Ubisoft merombaknya menjadi game multiplayer taktikal yang terinspirasi dari Counter Strike.
Rainbow Six Siege bisa saja menjadi akhir yang buruk untuk franchise ini, tetapi dedikasi tinggi Ubisoft memperbarui game dengan konten baru setiap musim, game berhasil menarik perhatian banyak orang, bahkan mereka yang awalnya skeptis dengan konsep baru Rainbow Six ini.
5. Doom (2016)
Musik yang tetap metal, gameplay yang tetap brutal, desain level yang tetap terbuka, dan juga mekanik glory kill yang begitu memuaskan membuat Doom 2016 begitu asik untuk dimainkan.
Doom 4 sebenarnya sempat dikerjakan oleh Id Software, tetapi pengembangan game dibatalkan dan diulang dari awal setelah dianggap sangat melenceng dari tradisi Doom. Ketimbang mengikuti trend yang sedang hangat, Id Software fokus pada apa yang membuat game klasik sangat ikonik dan menambahkan berbagai hal baru yang masih sejalan dengan identitas Doom.
Doom 2016 dipandang sebagai salah satu FPS modern terbaik saat ini, kini kita hanya dapat menunggu apakah Doom Eternal dapat melebihi game pendahulunya.
6. Mortal Kombat
NetherRealm Studios ditunjuk sebagai developer baru untuk Mortal Kombat. Ketimbang bermain-main dengan mekanik dan konsep ambisius, mereka justru banting setir untuk kembali ke formula lama game yaitu perspektif 2.5 dimensi. Tentu saja keberhasilan Mortal Kombat racikan NetherRealm tidak sekedar datang dari kacamata nostalgia semata. Game tawarkan campaign sinematik yang tergolong sangat langka untuk game fighting. Beberapa kritikus memuji aspek ini dan mengatakan bahwa tiap cutscene game terkesan seperti menonton film.
Fondasi baru Mortal Kombat hingga saat ini masih dipertahankan oleh NetherRealm. Game saat ini telah miliki 2 sekuel baru dan Mortal Kombat 11 saat ini sering dilombakan oleh berbagai turnamen Esports.
7. Donkey Kong Country
Berbeda dengan game arcade-nya, Donkey Kong Country miliki dunia baru, kumpulan karakter baru, gaya visual baru dan jadikan Donkey Kong sebagai karakter protagonis. Tak hanya itu, game ini transisikan genre franchise menjadi game platformer berbasis level layaknya Mario. Tanpa eksistensi game ini, Donkey Kong mungkin akan dilupakan begitu saja oleh Nintendo, takkan menjadi salah satu IP penting mereka dan yang pasti ialah tidak akan masuk di Super Smash Bros,
8. Hitman (2016)
Hitman baru dirilis pada 2016, kembali ke akar dengan gameplay stealth yang tawarkan kebebasan pada pemainnya serta opsi tanpa senjata lebih dihargai ketimbang frontal. Sayangnya game dibuat secara “episodik” karena publisher menganggap direksi tersebut merupakan trend terhangat saat ini. Performa penjualan game awalnya tidak begitu baik, tetapi game terus menarik perhatian fans lama dan pemain baru setelah versi lengkap dirilis pada 2017.
Square Enix putus kerja sama dengan Io Interactive tak lama setelah edisi komplit Hitman dirilis. Untungnya Io Interactive berhasil pertahakan hak milik Hitman, membuat mereka independen untuk proyek sekuel selanjutnya. Meskipun sempat dihadapi masalah finansial setelah terpisah dair Square Enix, setidaknya Hitman kembali pada formula “jaya”-nya.
9. Metroid Prime
Metroid Fusion tetap pertahankan perspektif 2D tetapi struktur gameplay amatlah berbeda dari seri pendahulunya. Game miliki desain yang lebih linear dan fokus aksi dibandingkan eksplorasi di map luas dan bercabang yang telah khas dari franchise Metroid. Tentunya ini dikarenakan limitasi hardware, maka fans sedikit memaklumi keputusan ini tetapi di waktu yang sama game tidak meninggalkan kesan memorable apapun dan bahkan terlupakan beberapa tahun kemudian.
Sedangkan untuk Metroid Prime sendiri, seri ini tampil dengan konsep yang sangat riskan dan bisa saja memancing amarah penggemar berat Metroid apabila hasilnya tidak baik. Dikembangkan oleh Retro Studios, Metroid Prime usung perspektif first-person, perspektif gameplay yang Nintendo sendiri belum pernah telusuri sebelumnya. Meskipun dengan sudut pandang baru ini, atmosfir dan keseluruhan gameplay masih miliki vibe Metroid. Rasa skeptis fans akan direksi baru yang diambil studio barat tersebut seketika musnah karena game perpaduan FPS dan eksplorasi kash Metroidvania ternyata lebih cocok ketimbang diekspektasi.
Metroid Prime telah miliki dua sekuel sejauh ini. Franchise telah masuki tahap hiatus kembali untuk saat ini, tetapi game keempat tengah dikembangkan kembali oleh Retro Studios setelah sebelumnya sempat berada di tangan Bandai Namco selama beberapa tahun.