Activision Blizzard dan juga Take-Two baru-baru ini ungkap keuntungan yang mereka raup selama menerapkan model bisnis microtransactions pada game garapannya. Dilansir dari gamespot.com, keuntungan yang didapatkan oleh Activision Blizzard dari microtransactions yang mereka sebut sebagai sebagai “in-game net bookings” hingga akhir tahun atau tanggal 31 Desember kemarin mencapai angka 3.37 miliar dolar.
Hal ini membuat Activision Blizzard jadi salah satu publisher game terbesar dunia. Apalagi mereka juga saat ini merupakan pemilik perusahaan King Digital Entertainment yang terkenal lewat game-game mobile penuh akan microtransactions seperti Candy Crush. Namun bukan hanya game mobile saja, Call Of Duty: Modern Warfare yang juga menerapkan sistem Battle Pass menjadi kunci kesuksesan Activision Blizzard hingga dapat meraup keuntungan sebegitu besarnya.
Beralih ke Take-Two, perusahaan yang menyebut model bisnis microtransactions-nya sebagai “recurrent consumer spending” yang terdiri dari virtual currency, add-on content, dan in-game purchases tersebut memperoleh kenaikan pendapatan sebanyak 15 persen pada kuartal terakhirnya. Total pendapatan yang mereka peroleh dari microtransactions ini sekitar 344,137,000 dolar. Tentu saja faktor utama yang jadi pendorong kesuksesannya adalah Grand Theft Auto Online.
Intinya dari segi konsumen khususnya para gamer, microtransactions seringkali menjadi sebuah model bisnis yang sangat merugikan sekaligus mengancam ekosistem gaming di masa depan. Namun dari segi bisnis, harus diakui bahwa pihak pubisher menerapkannya karena memang mendatangkan keuntungan yang begitu besar.
(Sumber : gamespot.com)
Baca juga artikel video game menarik lain dari Yandi Nurdiansyah.