Kenapa Harga VGA Mahal dan Tidak Stabil? Ternyata Ini Sebabnya!

Harga Vga

Harga Vga

Saat ini, tampaknya kita sudah boleh bersuka ria karena karena masa di mana Harga VGA meroket telah usai. Kala itu, ada banyak sekali problem, termasuk di antaranya chip shortage dan demam cryptomining yang mana akan kita kupas pada bahasan santai kali ini.

Gak usah lama-lama intro-nya, yuk kita gaskeun.

Alasan di Balik Kenapa Harga VGA Mahal

Kala itu, sudahlah Harga VGA Mahal, malah diperparah faktor eksternal lainnya di mana chip shortage dan demam cryptomining yang masih janjikan cuan. Padahal, bisa dikatakan bahwa alasan utama di balik meroketnya harga tersebut adalah demand akan komponen untuk olah visual.

Menariknya, demam akan mata uang digital tersebut hampir mulai bersamaan dengan awal dari pandemi yang melanda tanah air. Di mana pada akhir tahun 2020, cryptocurrency ambil kuda-kuda untuk kemudian naik secara tajam.

Kemudian, pada bulan dua tahun 2021, dimulailah masa di mana pandemi mulai merajalela di tanah air. Imbasnya, banyak sekali aktivitas yang dulunya dilakukan secara luring, kala itu dituntut untuk dilakukan secara daring.

Nah, dari sinilah momen krusial di balik Harga VGA mulai makin mahal. Kombinasi dari aktivitas yang menuntut kita harus lakukannya secara daring, lalu diperparah aktivitas cryptomining, sukses membuat komponen vital bernama Graphic Processing Unit (GPU) atau VGA Card, lambat-laun sirna dari pasaran.

Mulai dari kaum pelajar, dari TK sampai mahasiswa, dituntut untuk hadiri kelas secara daring. Disuruh presentasi di depan kelas? Waktu itu kita dituntut untuk lakukannya melalui Zoom atau lewat Google Meet.

Lantas, apa kabar para pekerja kantoran kala itu? Banyak sekali dari mereka yang harus bekerja dari rumah, dan tak lama kemudian muncullah istilah baru, Work From Home (WFH). Cara kerja pun sama, di mana mereka harus kerjakan apa yang jadi jobdesk mereka, namun secara daring.

Sebulan kemudian, masyarakat yang terkena imbasnya kini berbondong-bondong untuk memiliki Personal Computer (PC), entah itu dalam bentuk komputer atau laptop. Dan jelas, termasuk di antaranya komponen bernama VGA Card pun tak luput dari sorotan mereka yang dituntut untuk lakukan semuanya dari rumah.

Gak butuh waktu lama, stok dari GPU di toko offline atau online perlahan menipis, dan sukses membuat toko untuk menaikkan banderol berkat masifnya demand yang ada dan malah tak bisa terpenuhi.

Untuk kemudian, diperparah oleh ulah aktivis cryptomining yang akan kita bahas berikutnya.

Stok Makin Ghaib Berkat Demam Cryptomining

Belum puas dihadapkan kenyataan di atas, kembali kita ditodong demam cryptomining yang dirasa penulis cukup meresahkan. Salah satu alasan di balik Harga VGA Mahal adalah stok yang kian ghaib berkat demam cryptomining dan Non-Fungible Token (NFT).

Tentunya, ini adalah masalah utama yang harus dihadapi mereka-mereka yang dituntut untuk tetap produktif dari rumah, dan para pencari cuan dari cryptomining.

Masalahnya: seorang cryptominers tentu tidak hanya memiliki satu atau dua VGA Card, melainkan belasan, sampai puluhan, dan ekstrimnya ratusan bahkan ribuan GPU hanya demi passive income di tengah perekonomian yang tak menentu.

Jadi, tidaklah heran bila pada waktu itu banderol VGA Mahal, bahkan ada yang sampai tembus 50 Jutaan Rupiah per unitnya. Rasanya, ridiculous aja sih bela-belain beli komponen ini terutama di masa sulit kala itu.

Kombinasi masalah ini tentunya lahirkan kondisi ‘unik’, di mana masih ada saja orang yang mau beli VGA Card di kisaran tersebut demi tuntutan pekerjaan alias kepepet. Ya, ini adalah salah satu hal yang cukup menyebalkan bila terjadi pada diri kita.

Bahkan meski ‘kemampuan ekonomi’ seseorang masih mampu di-push sampai seekstrim ini, tentu saja akar masalah tersebut tak hanya stop sampai di situ. Tetap saja, kondisi di mana komponen yang langka dan dijuluki Chip Shortage tak sembuh dalam sekejap.

Kalau kita tanya ke distributor komponen komputer, jawabannya sama: chip shortage atau banyaknya demand.

Menariknya, dulu penulis pernah membaca post di salah satu grup komputer terbesar, dan temukan hal ini cukup sus karena modelan jual-beli manufaktur ke distributor tanah air adalah jual putus dalam jumlah besar. Tentunya, hal ini tidak sesuai klaim toko-toko yang senantiasa nantikan stok GPU dalam jumlah masif dari manufaktur terkait.

Bulan demi bulan, sampai akhirnya kita menyambut tahun 2022, namun stok GPU tak kunjung membaik, setidaknya sampai bulan ketujuh atau bulan delapan tahun ini. Di mana hal tersebut akan kita kupas pada poin berikutnya.

Kini Membaik Berkat Peralihan ke Proof of Stake

Setelah lelah terkena ombak demand dan banderol yang sama sekali tak masuk akal cukup lama, kini kita boleh bersuka ria berkat adanya peralihan ke Proof of Stake (POS). Dulunya, Proof of Work (POW) adalah acuan untuk ukur takaran cuan yang dapat diraup dari sebuah mining rig yang dimiliki.

Teman penulis sendiri memiliki mining rig berisikan setidaknya 30-an RX 580 8GB, dan 30-an RX 570 4GB, yang tentu saja termasuk ‘niat’ untuk bisa adu mekanik.

Benar, kala itu, semakin banyak VGA Card yang dimiliki, tentu makin besar pula cuan yang dihasilkan. Jadi, tidaklah heran bila bermunculan miners dadakan demi kais cuan di masa pandemi yang penuh PHK sana-sini, demi isi dompet.

Pada bulan Juli – Agustus, dialihkannya POW ke POS berhasil rontokkan banderol dari VGA Card yang benar-benar tak masuk di akal. Tentu saja ini adalah waktu yang dinantikan para gamer dan content creator supaya makin tak gabut dalam kesehariannya nge-scroll e-commerce.

Bila waktu itu sebuah RTX 3060 dibanderol di atas 10 Jutaan Rupiah, kini komponen tersebut hanya dibanderol sekitar 5-7 Jutaan Rupiah saja. Dan tentu saja, ini adalah harga sepantasnya untuk komponen yang tidak hanya ‘halal’ dipakai untuk kerja rodi menambang mata uang digital semata.

Akhirnya Kita Bisa Kembali Katakan: Mending Rakit PC

Setelah ombak cryptomining reda berkat peralihan POW ke POS yang kita bahas sebelumnya, akhirnya kini kita bisa kembali katakan Mending Rakit PC. Gak ada salahnya untuk membeli komponen yang ada saat ini yang kebanyakan ‘belum’ menyentuh MSRP, ketimbang harus sesal karena tak membelinya di saat semua serba murah.

Menurut observasi penulis, meski kini era Harga VGA Mahal telah usai, diharapkan kalian yang memiliki tabungan untuk dapat membeli komponen incaran kalian secepatnya demi minimalisir terjadinya kejadian tak mengenakkan di kemudian harinya.

Tentu, hal ini berdasarkan lompatan kemampuan VGA Card yang menurut penulis ‘gitu-gitu aja’, di mana lompatan performa sama sekali tak terasa, malahan hanya besarkan konsumsi daya.

Lalui bahasan santai ini, penulis rekomendasikan untuk mendapatkan GPU yang minimal memiliki VRAM 8GB, tentunya yang sudah GDDR6. Hal tersebut untuk antisipasi meroketnya peluncuran bermacam GPU ke depannya yang menurut penulis, masih cukup sus.


Baca juga informasi menarik lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version