AMD vs Intel – Berbicara adu mekanik dua kubu, antara si merah atau si biru rasanya tidak akan ada habisnya. Bermacam kelebihan dan kekurangan yang dimiliki keduanya pada dasarnya harus dimaklumi karena merupakan manufaktur dengan tujuan yang berbeda.
Termasuk di antaranya peruntukan dari kedua prosesor yang diluncurkan oleh kedua manufaktur tersebut yang harus disesuaikan kembali dengan preferensi dari si konsumen. Ada yang lebih menyukai Intel, dan sebaliknya ada yang lebih memilih AMD, semua dengan alasannya masing-masing.
Pembahasan kali ini adalah menentukan siapa yang lebih baik dan worth untuk user atau konsumen secara umum di tahun 2023 versi Gamebrott.
Disclaimer:
Semua yang tertulis pada artikel ini hanyalah opini penulis, dan sama sekali tidak ada maksud untuk menjatuhkan, menyindir, atau merugikan pihak manapun. Semua hal yang dituliskan di sini dibuat untuk meningkatkan standar komponen komputer dengan patokan price to performance terbaik.
Daftar isi
AMD vs Intel, Mana yang Lebih Baik?
Sebenarnya adu mekanik antar dua raksasa ini adalah hal yang dinanti oleh semua orang. Karena bila tidak ada adu mekanik, maka kemudahan yang kita gunakan akan menjadi terpaku di satu tempat saja.
Perubahan dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik, dan pastinya menguntungkan user itu sendiri.
Komparasi Secara Performa
Adu mekanik antara dua kubu, AMD vs Intel ini tampaknya mau tidak mau harus kami mulai dengan membandingkannya secara performa. Tentunya kalian para gamer, hobbyist, dan enthusiast akan langsung paham yang akan kami maksud, yaitu peruntukan.
Intel Si Paling Gaming
Kubu biru atau Intel memang dikenal dengan kemampuannya yang tidak usah diragukan, terutama pada lini high-end. Di mana kemampuan dari prosesor high-end dari kubu biru ini senantiasa mendominasi leaderboard situs benchmark manapun.
Semenjak adu mekanik dengan rival abadinya, kemampuan dari prosesor keluaran terbaru dari Intel pun juga kian ditingkatkan. Mulai dari generasi ke-10 yang memiliki codename Comet Lake, jumlah core dan threads semua prosesor Intel pun ditingkatkan guna mengejar kemampuan rivalnya.
Tentu saja Intel tidak berpuas diri dan terus mengembangkan potensi terbaik dari resource yang dimilikinya sampai titik teratas. Salah satu kesuksesan dari kubu biru ini adalah dengan dikenalkannya generasi ke-12 dengan codename Alder Lake, yang menawarkan hybrid architecture.
Di mana pada generasi ke-12, mereka goda kehadiran dua core yang berbeda peruntukannya, yaitu Performance Core alias P-Core, dan Efficiency Core alias E-Core, yang masing-masing memiliki kecepatan yang juga berbeda sesuai dengan skenario pemakaian yang gunakannya.
Namun, semua kemampuan yang ditawarkan masih amat terbatas pada prosesor high-end saja. Cara untuk membandingkannya sedikit tricky, karena lompatan performa hanya berlaku mulai dari prosesor mid-range, contohnya i5-11600K vs i5-12600K.
Untuk performa prosesor entry-level, meski sudah generasi terbaru sekalipun, Intel terlihat mentok tanpa adanya peningkatan secara signifikan, seolah bermain aman. Untuk seri terendahnya sendiri, masih mengusung konfigurasi dual-core sampai quad-core dengan total thread dua kali lipatnya.
AMD Si Paling iGPU
Kubu merah atau AMD naik daun semenjak mereka kenalkan Ryzen. Prosesor kubu merah identik dengan kemampuan grafis terintegrasi atau iGPU yang bisa diandalkan untuk mainkan game casual, dengan core dan thread yang termasuk kompetitif pada harga yang ditawarkannya. Kasarnya, dapat kami simpulkan kubu merah lebih merakyat.
Kompetisi AMD vs Intel memang sudah dilakukan sejak dahulu kala, namun kubu merah tampak lebih nyaman dengan meluncurkan prosesor yang multifungsi, murah meriah, dan tawarkan core dan thread dalam jumlah banyak dengan harga kompetitif.
Dominasi kubu merah tampak jelas terlihat di kelas entry-level dan mid-range. Tidak heran, dikarenakan produk AMD memang menyasar mereka yang memiliki dana terbatas ketika akan merakit komputer.
Dalam beberapa kasus, prosesor high-end semacam Ryzen 7 5700X lebih disukai karena harganya yang sangat kompetitif ketimbang rivalnya di harga yang sama. Jumlah core dan thread-nya pun juga lebih banyak, dengan kemampuan yang tidak usah diragukan.
Namun, tetap saja kemampuan prosesor kubu merah mentok sampai di situ saja. Kebanyakan user hanya gunakan AMD untuk memenuhi kebutuhan komputasi yang tidak terlalu menuntut, atau memang mencari price to performance terbaik di harga yang ditawarkan.
Jadi, tidak heran bila gamer dan kreator dengan dana terbatas lebih menyukai merakit PC dengan prosesor AMD. Karena selain harganya lebih merakyat, prosesor dengan iGPU juga memiliki kemampuan olah grafis yang setara dengan GT 1030 2GB DDR5. Untuk kerja bisa, main game sekelas Genshin Impact memadai.
Komparasi Secara Value
Membahas hal yang lebih spesifik dan tentunya sensitif adalah membandingkannya berdasarkan value, khususnya kemudahan untuk lakukan upgrade bila memang memungkinkan. Biasanya, ini adalah faktor yang sering terlewat saat merakit komputer.
Intel Si Paling Upgrade
Mengajak user untuk melakukan upgrade adalah hal yang bagus, namun hanya dalam intensitas wajar. Lantas, bagaimana dengan kubu biru Intel? Menurut kacamata kami, Intel tidak terlalu baik dalam mengeksekusi hal seremeh ini. Kalau kalian mengamati taktik kubu biru, tentunya kalian langsung paham apa yang kami maksud.
Benar, lewat satu tahun, motherboard baru diluncurkan dengan fitur baru. Lewat dua tahun, luncur prosesor baru, socket baru, dengan motherboard yang wajib baru pula untuk bisa kita gunakan.
Sebagian orang mungkin tidak mempermasalahkan hal ini, jelas karena mereka memiliki dana atau memang masa bodoh. Namun, bakal lain ceritanya kalau user tersebut telah menabung sekian lama hanya untuk merasa tergarami dengan peluncuran produk yang lebih baru, dengan fitur yang lebih lengkap.
Ingin mencoba interface terbaru mungkin semacam PCIe 5.0? Ya, kamu harus membeli prosesor dan motherboard untuk dapat gunakannya. Backward compatible bakal seratus persen percuma, toh yang kita jajal adalah kecepatan dan bandwidth yang ditawarkan, bukan hanya sekadar ‘bisa’.
Pembaruan BIOS hanya sekadar memberi dukungan prosesor dengan socket sama pada motherboard yang mendukung. Kasarnya, semua fitur yang ditawarkan pada motherboard baru, hanya akan bisa kamu gunakan bila memang membelinya. Artinya apa? Benar, uang lagi hanya demi mencoba fitur baru.
Jadi, kalau secara value, kubu biru Intel akan kurang ideal untuk user yang di kemudian hari akan melakukan upgrade komponen, terutama prosesor. Karena lucu rasanya melihat uang yang kita gelontorkan harus terasa ‘sia-sia’ setelah digunakan kurang lebih selama dua tahun.
AMD si Paling Sustain?
Soal daya tahan, kubu merah bisa menjadi kandidat terbaik dikarenakan mereka memberi dukungan yang termasuk lama. Sedari awal platform AM4 meluncur pada tahun 2017, eksistensi prosesor AM4 masih menunjukkan eksistensinya bahkan sampai saat artikel ini dibuat.
Percaya atau tidak, sustainability merupakan salah satu faktor yang memberikan gamer dan kreator kemudahan bila mana mereka harus lakukan upgrade di kemudian hari setelah memiliki modal.
Jadi, tidak usah heran bila mayoritas gamer dan kreator lebih merekomendasikan untuk merakit komputer dengan prosesor AMD, karena kemudahan yang ditawarkan untuk lakukan upgrade.
Fitur yang diluncurkan pun diimplementasikan secara pasti, dan bukan hanya sekadar guyonan rutin tahunan yang memaksa user secara halus untuk melakukan upgrade bila memang ingin mencobanya.
Kami ambil contoh, B450 diluncurkan pada tahun 2018 dengan membawa fitur PCIe 3.0 dan dukungan kecepatan memori sampai DDR4 3.600MHz. Di tahun 2020, B550 meluncur, tawarkan PCIe 4.0 dan dukungan memori sampai DDR4 5.300MHz.
Walau memang membutuhkan prosesor Ryzen 3000 dan motherboard B550, namun hal tersebut justru merupakan opsi upgrade yang ‘lebih masuk akal’ ketimbang harus memaksa user untuk lakukan upgrade komponen secara menyeluruh.
Jadi, Mana yang Lebih Baik di Tahun 2023?
Sebenarnya agak sulit memberi jawaban pasti. Walau penulis memang gunakan keduanya, namun pada hakikatnya kedua raksasa ini memiliki peruntukannya masing-masing yang akan susah bila harus disamaratakan.
Di saat kita membahas AMD vs Intel, tidak ada yang lebih baik di antara keduanya, karena peruntukannya yang memang berlainan. Intel lebih andal pada lini premium-nya, dan AMD lebih menguntungkan untuk mereka yang memiliki dana terbatas.
Bila kita berbicara soal pencapaian, tentu saja kubu biru Intel memenangkan adu mekanik ini, karena mereka sudah gonta-ganti bermacam socket demi mencari mana yang terbaik untuk dijadikan pilihan. Di lain sisi, AMD hanya melempem dengan main aman di socket yang sama, dan baru gantinya setelah lewat lima tahun.
Jadi, kembali ke titik semula bahwasanya yang terbaik itu benar-benar relatif, dan akan sangat bergantung kepada pemakaian dan budget yang kita miliki. Jangan lupa, tiap kubu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Penulis
Walau memang saat ini alternatif sudah semakin banyak, namun tetap saja skenario komponen atau build tertentu harus dipertimbangkan dengan matang supaya meminimalisir penyesalan di kemudian hari.
Baca juga informasi Gamebrott menarik lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com