Antara Chonqing Major, KUKU, Skem dan Insiden “Rasisme”

kuku skem

Belakangan ini di kancah professional atau lebih tepatnya esports Dota 2 tercoreng dengan insiden “rasisme” yang tak disangka berbuntut panjang.

Apa si yang sebenarnya terjadi mengenai insiden “rasisme” dan komunitas Dota 2 di China hingga respon pro player serta dari pihak Valve.

Insiden “rasisme” oleh Skem dan Kuku

image courtesy, DreamHack

Kembali ke turnamen DreamLeague Season 10 Minor saat compLexitymelawan Royal Never Give Up. Sang carry dari compLexity ini tiba-tiba mengetik kalimat “ching chong” ke “chat all” dimana lawan memang tim yang berasal dari China tersebut dapat membaca kalimat yang berbaru rasis ini. Kata “ching chong” ini lah yang akhirnya berbuntut panjang. Kata tersebut biasanya digunakkan udalam bahasa Inggris untuk mengejek namun cenderung lebih dekat dengan rasis untuk orang-orang yang menggunakan bahasa Mandarin atau lebih tepatnya orang China. Kejadian tersebut kemudian men-”trigger” komunitas Dota 2 bahkan menuntut agar Andrei Gabriel “Skemberlu” Ong dijatuhi hukuman atas perbuatannya tersebut. Kemudian pihak compLexity Gaming maupun Skem akhirnya meminta maaf. Namun Skem harus menanggung perbuatannya tersebut dengan dikeluarkannya dari tim.


Insiden selanjutnya adalah Kuku “KUKU Palad, yang bermain untuk TNC. Predator sebagai posisi 3 atau offlaner. Saat dirinya bermain di pub mengeluarkan kata-kata yang sama yaitu “ching chong” ke chat all.

Atas kejadian tersebut, KUKU melalui akun Weibo-nya meminta maaf atas tindakannya, dia juga mengungkapkan bahwa dirinya sedikit terpancing dengan nickname musuh yang juga “ching chong” sehingga membuatnya mudah untuk diluapkan.

Sementara dari pihak TNC. Predator juga mengeluarkan pernyataan bahwa akan memberikan sanksi maksimal atas perbutannya tersebut.

 

Apakah kasus tersebut selesai begitu saja ?

Tidak semudah itu Ferguso, buntut insiden tersebut akhirnya panjang. Bahkan turnamen major yang paling dekat juga akan digelar di China, hal tersebut berdampak kepada dua orang tersebut. Beberapa orang yang memang bergelut di industri esports Dota 2 hingga pemerintah Chongqing yang nantinya menjadi lokasi untuk untuk turnamen Chongqing Major juga bereaksi atas kejadian ini.

Diduga pemerintah kota Chonqing meminta KUKU untuk di ban dari turnamen major yang akan datang ini. Lebih tepatnya dua pro player yang terlibat dalam insiden rasisme, yaitu KUKU dan Skem. Yang menjadi masalah adalah KUKU yang saat ini masih dalam status player aktif di TNC. Predator dan mendapat invite qualifier untuk kaulifikasi regional akan seperti apa nantinya. Untuk Skem sendiri statusnya sudah tidak aktif lagi di compLexity Gaming.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Sementara itu, komentator/analis hingga pro player Dota 2 juga membenarkan hal tersebut melalui Twitter-nya masing-masing.

Respon dari komentaror/analis Dota 2 David “Godz” Parker

Respon dari Manager Forward Gaming  Jack “KBBQ” Chen

Respon dari pro player Jacky “EternaLEnVy” Mao


Di sisi lain komunitas Dota 2 China yang diwakili oleh pemain veteran yang juga menjadi founder untuk Team Aster, Xu “BurNIng” Zhilei merespon kejadian tersebut dengan mengirimkan sebuah e-mail ke pihak Valve. Secara garis besar BurNIng menginginkan tindakan tegas baik dari tim/organisasi yang masih menampung pemain dengan attitude “kurang baik” ini untuk memberikan sanksi yang tegas. Jika tidak mereka juga akan ikut bertindak mengenai kasus yang tengah terjadi ini.

Kemudain pihak Valve sendiri memberikan balasan konfirmasi kepada seluruh fans/komunitas Dota 2 di China yang secara garis besar bahwa Skem telah diberikan sanksi oleh compLexity Gaming dengan dikeluarkannya dari tim. Pihak Valve sendiri mengerti akan masalah yang tengah terjadi ini.


Konklusi

Untuk konklusinya sendiri kita mengambil titik tengahnya saja. Tindakan tersebut pada dasarnya tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Yang menjadi perhatian adalah komunitasnya itu sendiri, seperti yang kita ketahui tidak sedikit pemain Dota 2 yang “toxic”. Bahkan hampir setiap kalian bermain dan menemukan tim maupun lawan setidaknya ada orang yang bersikap toxic. Umumnya adalah mereka melakukannya dalam bentuk tulisan maupun omongan dengan melakukan “blamming” terhadap musuh maupun rekan satu tim. Setidaknya kalian menahan untuk melakukan hal-hal tersebut meskipun keadaan di lapangan saat bermain tidak sesuai dengan ekspektas. Di sisi lain, pro player disini memiliki peran yang penting dalam perkembangan Dota 2 ini bagi komunitas. Mulai dari cara bermain hingga tingkah laku yang mereka lakukan akan ditiru oleh komunitas. Jika mereka toxic hingga berujung rasis maka imbasnya juga ke arah komunitas. Baik organisasi maupun pihak-pihak yang berkaitan harus tegas untuk menindak jika ada pemainnya yang “khilaf” ini. Semoga kedepan tidak akan terjadi hal-hal seperti ini di industri esports.

Brott kurang-kurangin ya toxic-nya, apalagi toxic yang berbau rasis hingga menyakiti hati orang lain. Kalo kata Arteezy si mending “PMA” atau Positive Mental Attitude.

Exit mobile version