Apa itu Fanboy dan Kenapa Harus Kamu Hindari

fanboyisme

Pernahkah kamu berselancar di internet dan menemukan fans yang sangat antusias terhadap suatu hal dan terkadang tidak mempedulikan pernyataan orang lain tentang hal lain/fakta yang ada dan masih ngotot kalau pendapatnya tentang hal tersebut adalah yang paling benar? Kalau ya, selamat, kamu berhasil bertemu seorang “fanboy/girl”. Kata “fanboy” paling sering digunakan di komunitas gaming untuk menyindir dan menghina suatu individu karena sifat mereka yang buruk dalam komunitas tersebut.

Sebelum kita bahas lebih lanjut, kita harus tahu terlebih dahulu, apa itu fanboy? Urban Dictionary dan beberapa definisi di situs lain menjelaskan bahwa fanboy adalah seorang fans yang sangat loyal pada sebuah perusahaan video game tanpa peduli baik atau buruknya perusahaan tersebut. Namun menurut saya pribadi, fanboy adalah seseorang yang sangat arogan dan terobsesi pada suatu produk/perusahaan, ia tidak akan peduli produk/perusahaan lain dan akan sangat mudah terpicu amarah apabila ada orang lain yang menjelekkan produk/perusahaan yang ia cintai.

Apakah benar seburuk itu? Ya, pada kenyataannya image dari fanboy sendiri memang sangat buruk di komunitas. Misalnya saja beberapa fanboy produk PlayStation yang mengatakan bahwa Xbox One tidak miliki grafik sebagus PlayStation 4, mengatakan hal-hal lain seperti “Harusnya dijadiin PS4 exclusive aja, ntar kalo ke PC dibajak” atau “Gue gak pernah demen sama PS4, gamenya animu Jepang-Jepang, cuih, mending Xbox One gamenya lebih dewasa dan pas dengan selera gue”. Beberapa contoh tersebut adalah kata-kata yang “umumnya” diucapkan fanboy produk/perusahaan tertentu di komunitas game. Terkadang apabila kamu melawannya dengan berbagai fakta yang ada, mereka bakal melindunginya mati-matian. Bahkan sampai membela menggunakan delusi atau alasan yang tak masuk akal sekalipun tanpa bukti otentik terpercaya. Masih ingatkah kamu dengan kasus pembunuhan yang dilakukan fanboy NVIDIA terhadap fans AMD bulan Februari lalu? Separah itulah kira-kira fanboy cinta mati dengan produk/perusahaan idamannya. Terdengar brengsek? Ya, faktanya memang begitu.

Fanboy Russia bunuh fans AMD

Penggunaan istilah fanboy dalam perdebatan juga memiliki tata kramanya tersendiri. Mungkin hal ini cukup aneh, namun terdapat semacam “aturan” dalam penggunaan istilah fanboy ini, terlebih apabila digunakan untuk sindiran/hinaan. Penggunaan istilah fanboy di jalan yang salah seperti menyebut seseorang yang beda pendapat dengan fanboy tanpa memahami pendapatnya yang berbeda akan membuat diskusi jadi amburadul dan hanya akan berakhir dengan pertengkaran belaka.

Lalu, apa yang sebenarnya “dilindungi” oleh para fanboy ini? Seperti yang dinyatakan oleh video dari GameSpot di bawah yang mendekati fenomena ini melalui ilmu psikologi. Fanboy pada dasarnya bukan melindungi produk atau perusahaan yang sangat dicintainya, melainkan melindungi dirinya sendiri dari pendapat orang lain yang menyimpang darinya. Semua informasi negatif atau pendapat yang bertentangan dari pendirian fanboy akan diterima fanboy sebagai sebuah kegagalan pribadi. Membuat pendapat yang bertentangan dengannya menjadi sebuah “serangan” psikologis untuk dirinya sendiri. Hal ini menyebabkan adanya “perlindungan diri” oleh fanboy dari setiap pendapat yang menyimpang mengenai produk/perusahaan yang sangat dicintainya tersebut.



Apakah fanboy-isme ini terbatas pada beberapa individu saja? Tidak, fanboy-isme terjadi pada semua orang. Pernahkah kamu marah kemudian menyindir orang yang mengatakan DotA2, Nike, Android, Square-Enix, Capcom, CD Projekt RED atau CSGO jelek karena mungkin bukan seleranya atau alasan lain? Jika ya, berarti kamu juga termasuk dalam kalangan fanboy tersebut. Akui saja, kita semua pernah merasakannya dan berdosa atas hal tersebut, termasuk saya sendiri.

Lalu, bagaimana cara menghindari sifat tercela ini? Pertama tentunya adalah dengan membuka diri dan membuang jauh-jauh kebencian kita pada suatu produk/perusahaan tertentu. Kita lihat kembali apa saja sih keunggulan dari produk/perusahaan tersebut, bagaimana mereka “merubah” dunia melalui visi/misinya, bagaimana produk/perusahaan tersebut memberikan keuntungan bagi orang lain, dsb.

 

Kedua, kita harus menghargai masukan dan memahami/mengkaji terlebih dahulu pendapat orang lain yang menentang pendapat kita dibandingkan harus langsung terjun ke kesimpulan seperti “Aku benci kamu karena pendapatmu selalu bertentangan dengan aku”. Saya tidak mengatakan bahwa kamu harus setuju atas setiap pendapat orang lain yang menentangmu, namun kita setidaknya harus menerima dan memahami masukan tersebut berdasarkan fakta yang ia berikan atau kamu bisa mengkaji lebih lanjut dengan mencarinya di internet dsb.

Fanboy-isme memang suatu fenomena yang pantas kamu hindari karena tidak ada gunanya sama sekali. Menjadi seorang fanboy berarti kamu menjadi seseorang yang menutup mata akan beberapa fakta dan pendapat orang lain akan “idol” yang kamu elu-elukan. Apabila kamu menemukan seseorang yang seperti itu tanpa bisa lagi menerima masukan, atau bahkan fakta yang diberikan oleh orang lain berdasarkan data yang ada, maka sudah tidak ada lagi yang bisa kamu perbuat untuknya. Perdebatan akan tetap stagnan di situ saja, fanboy akan terus menganggap dirinya benar meski kenyataannya tidak, dan kamu literally tidak akan bisa berbuat apa-apa. Semua pendapatmu akan dipentalkan oleh fanboy tersebut bagaimanapun caranya. Solusinya? Cuekin aja, ngga ada gunanya kamu berdebat dengan seorang fanboy yang ngga mau menerima pendapat orang lain atau bahkan mencari tahu sendiri fakta yang ada dari pendapat orang lain tersebut.

Bagaimana menurutmu? Apakah kamu pernah bertemu fanboy? Atau, kamu sendiri adalah fanboy? Atau kamu punya solusi lain untuk mengobati para fanboy ini agar menjadi lebih bijak dalam berdebat di komunitasnya? Kamu bisa membaginya di komentar.

Exit mobile version