Permasalahan depresi memang bukan sebuah masalah yang bisa dianggap remeh, banyak dari kita menganggap depresi SAMA dengan stress. Padahal kedua hal tersebut sangatlah berbeda, dilansir dari Tempo 9 Juta orang diduga mengalami depresi. Angka tersebut bukanlah angka yang kecil, mengingat indonesia masuk kedalam urutan ke-8 tingkat bunuh diri menurut Kompas. Penyebabnya sangat beragam permasalahan lingkungan, asmara, pekerjaan dan masih banyak lagi. Tentu permasalah tersebut berbeda antara kita di negara berkembang dengan mereka yang berada di negara maju, namun problem utamanya tetaplah sama yaitu BUNUH DIRI.
Artikel ini bercerita mengenai bagaimana rumitnya gambaran keadaan ketika depresi, dan bagaimana sebuah hal yang mungkin terdengar sangat simple bisa menyelamatkan sang penulis. Derek Buck seorang penulis dari salah satu website game luar yaitu Gamesradar. Tepat jam 3 pagi sang penulis mendengar seolah ia mengatakannya sendiri “aku mau mati”.
Aku gak bisa mengatakan bahwa depresi adalah hal yang paling mengerikan yang pernah aku alami, karena aku gak bisa membandingkannya dengan pengalaman lain. Sebuah hasil dari rasa yang terpendam akibat usaha, rasa gugup ketika tak pernah berhasil,dan hal tersebut merenggut semuanya. Pekerjaan, hubungan, teman, mimpi… layaknya sebuah blackhole ia menyedot semua hal yang berarti bagimu dan menghancurkannya berkeping-keping. Depresi menghancurkan seluruh duniaku, disitulah aku bersyukur karena aku memiliki dunia yang lain.
Memang sulit membayangkan bagaimana gambaran sebuah depresi itu, kecuali kalian pernah merasakannya sendiri. Penggambaran yang coba Buck gambarkan, merupakan momen dimana ia merasa seluruh hal dalam hidupnya tak ada yang berjalan mulus. Semua terasa “sempit” seluruh ruangan terasa gelap.
Saat kalian depresi, dunia akan terasa sangat mengekang sehingga kalian merasa berada didalam sebuah lemari tanpa cahaya. Meskipun kamu tau ada apa benda disekitar kalian, kalian tak bisa melihatnya lagi seperti sedia kala. Kalian tak lagi bisa melihat apapun seperti dulu, dunia menjadi gelap, dan sempit.
Disinilah Buck merasakan perbedaan yang teramat sangat, dimana didalam game Zelda tersebut dunia yang disebut Hyrule sangatlah terang berwana dan juga dipenuhi dengan segudang harapan. Hyrule telah menjadi pelarian baginya, tempat dimana ia merasa bisa bernafas lega, tempat dimana Link selalu menyambutnya tanpa ada kesedihan diraut mukanya. Semakin dan semakin Buck mengenal Hyrule, disitulah Hyrule memberikan pelajaran untuknya.
Pelajaran yang sebenarnya bisa didapatkan dimanapun, namun pengemasan dan juga ikatan sang penulis terhadap Link dan juga dunia tersebut tak akan pernah ia dapatkan dimanapun. Sebuah pesan yang mengisayaratkan dimana di Hyrule selalu ada badai, kegelapan, namun hal tersebut tak pernah berlangsung selamanya meski sejahat apapun kegelapan tersebut, selalu ada harapan.
Yup dalam game tersebut tidak ada istilah abadi, semua yang kalian miliki, kalian cintai lambat laun pasti akan pergi meninggalkan kalian. Pedang, tameng, akan hancur bahkan kuda poni yang kalian tunggangi bisa mati. Namun kehilangan tersebut hanyalah sementara selalu ada yang menggantikan, there is always a hope. Ya.. Link kehilangan banyak teman yang sangat ia cintai dan penting baginya, namun raut sedih tak pernah membekas selamanya di muka Link.
Sang penulis merasa bahwa seluruh waktu yang ia curahkan, 300 jam yang ia gunakan untuk memainkan game ini bukanlah sebuah hal yang sia-sia. Semua usaha yang ia lakukan justru menyembuhkan dirinya sendiri, Link tak lagi menyelamatkan sang putri. Melainkan diri kalianlah yang akan menyelamatkan kalian sendiri. Ingat tidak ada yang remeh dari depresi, gak ada yang aneh dari merasa tertekan oleh dunia, hubungi hotline ini jika kalian ingin mengkonsultasikan hal yang menyakiti diri kalian 021-500-454 (Hotline Konsultasi).