Battle Royale Milik Black Ops 4 Bisa Saja Kalahkan PUBG, Apabila Tidak Dihargai Rp 900 Ribu

blackout

Call of Duty: Black Ops 4 menjadi seri Call of Duty pertama tanpa kehadiran campaign tradisional sama sekali. Treyarch memutuskan bahwa COD tahun ini akan sepenuhnya menjadi game full-multiplayer meskipun mengambil judul “Black Ops”yang dikenal akan miliki karakter dan cerita kompleks. Sebagai pengganti dari mode campaign, Black Ops 4 hadir dengan mode Battle Royale yang diberi nama Blackout. Skeptisisme mulai menghantui fans akan keputusan ini. Treyarch dianggap telah membuang fitur yang telah menjadi tradisi franchise ini selama satu abad lebih hanya untuk mengikuti trend. Terlepas dari rasa amarah dan kekecewaan hilangnya mode campaign, bagaimana kualitas dari Blackout itu sendiri?

Setelah bermain mode ini sekitar 20 jam lebih dari saat beta hingga di versi full sekarang, saya harus katakan bahwa ini menjadi game battle-royale paling menyenangkan yang saya mainkan saat ini. Ya, formula desain, dan konsep dari Blackout pada dasarnya hanya copy-paste dari PUBG, akan tetapi ada banyak hal yang membuat mode ini jauh lebih menyenangkan untuk dimainkan dari game pelopor popularitas genre battle-royale tersebut.

Sebagai pembuka, Blackout miliki gameplay cepat khas Call of Duty. Bermain lambat, hati-hati, dan takut-takutan hanya akan membuatmu kehilangan sensasi utama dari game ini. Ya, kamu bisa saja bermain cepat dan agresif di PUBG, akan tetapi dari aspek kemulusan animasi hingga kesan memuaskan efek hitmarker setiap kali tembakkanmu mengenai musuh membuat gunplay dari Blackout jauh lebih menyenangkan dan membuatmu merasa seperti badass ketimbang gunplay PUBG yang tergolong kaku karena nuansa realistik yang game tersebut coba lakukan. Kamu mungkin melihat efek “realistik” sebagai poin plus, namun secara pribadi saya lebih mengutamakan fun ketimbang seberapa realistik sebuah game. Lagipula dengan meta pemain PUBG sekarang yang lebih dominan bermain rush ketimbang taktikal membuat Blackout sangat cocok untuk mereka karena mode ini memang didesain untuk tipe playstyle ini.

Blackout mendukung playstyle “anti-penakut” dengan gameplay cepatnya

Untuk menambah kompleksitas mode ini, Blackout dilengkapi tak hanya granat, smoke atau flashbang, tetapi juga alat-alat pembantu lain yang mengubah pola gameplay secara keseluruhan seperti Grappling hook, sensor dart, barricade, dll. Apabila kamu merasa tidak ada cover, kamu bisa gunakan barricade yang dapat menjadi cover sementaramu dan bahkan dilengkapi dengan radiasi di bagian depan yang dapat melukai musuh. Apabila musuh terlalu jauh dan ingin kamu rush, kamu bisa gunakan grappling hook untuk transportasi cepat ke arah mereka.

Game juga miliki beragam item consumable unik yang dapatkan memberi boost lebih dari sekedar regeneration dan tambah darah. Item boost seperti awareness dapat membuat pendengaranmu lebih kuat, looter yang membuat tiap objek loot bisa dilihat tembus dinding, dan lain-lain. Semua ini membuat variabel gameplay dari Blackout sangat bervariasi dan kamu punya banyak pilihan dalam tiap kondisi yang kamu hadapi.

Anda mungkin memandang saya sebagai fanboy, namun harus diingatkan bahwa saya memberikan review positif kepada game tersebut tahun lalu. Namun dengan playstyle saya yang semakin lama semakin ingin bermain agresif, bermain Blackout cukup membuat saya sulit untuk kembali ke gunplay PUBG yang memang lebih didesain untuk combat slow-pace.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Kembali ke Topik Utama

Baiklah, tampaknya saya terlalu banyak intermezzo hingga lupa maksud utama dari artikel ini, selengkapnya akan Black Ops 4 dan Blackout dapat kamu baca di review saya nanti. Maksud utama yang ingin saya ungkapkan ialah Blackout benar-benar fun tetapi sangat disayangkan mode ini harus direstriksi oleh paywall $60 (atau sekitar Rp900 ribu) untuk dapat mengakses mode ini. Dengan harga mahal tersebut, saya merasa bahwa game ini akan jauh dari ekspektasi menjadi PUBG killer atau Fornite killer yang para netizen pikirkan karena banyak dari kita pasti berpikir untuk apa membayar $60 untuk mode yang sudah terlalu mainstream dan disediakan gratis atau harga jauh lebih murah.

Blackout punya potensi tinggi untuk kalahkan PUBG atau bahkan Fortnite dengan gameplay fantastis yang dimiliki mode ini. Hanya saja hal tersebut hampir mustahil untuk terwujud dengan harga $60 (Rp900 ribu) yang Activision patok. Seperti yang kita tahu, fanbase Call of Duty lebih dominan di negara barat dan juga gamer di Asia diluar dari Jepang lebih dikuasai oleh pasar game free-to-play dan jika kalaupun bayar pasti yang harganya bisa dijangkau. Maka wajar apabila franchise Call of Duty tidak begitu booming setiap tahunnya di wilayah ini.

Sedikit pengalaman dari proses review saya selama 2 hari ini, tak jarang saya memasuki lobby yang hanya berisikan kurang dari 10 orang dan pertandingan tak pernah mulai karena hal tersebut. Tak berarti game ini “mati” layaknya The Culling, hanya saja mencari lobby di game ini layaknya mengocok dadu. Terkadang kamu dapatkan lobby yang siap untuk bermain karena sudah cukup pemain, terkadang kamu dapatkan lobby yang terjebak di limbo preparasi hingga pemain keluar satu persatu.

Yup, saya berada di lobby tanpa pemain sama sekali

Komunitas game ini masih tergolong kecil di Asia dari apa yang saya rasakan sejauh ini dan faktor penentunya tentu saja karena harga. Apabila mode ini dibuat free-to-play layaknya Fortnite atau setidaknya dijual seharga PUBG, saya yakin akan banyak yang migrasi ke game ini dan Activision hanya perlu mengurus post-launch update untuk terus membuat game ini menarik layaknya apa yang dilakukan Epic Games dan PUBG Corp pada game mereka masing-masing.

Dengan popularitas battle-royale masih berada dalam puncaknya, strategi diatas mungkin saja dapat lebih menguntungkan pihak Activision melihat orang tak akan pernah senggan keluarkan uang mereka untuk item kosmetik game selama game tersebut mereka senangi. Bisa saja dengan strategi ini Activision tak perlu lagi rilis Call of Duty tiap tahun dan beri para developer mereka sedikit nafas dan kerjakan sesuatu yang baru tanpa terkejar deadline rilis tahunan franchise ini.

Namun tentu saja hal tersebut takkan terjadi. Melihat mode ini menjadi selling-point utama dari Black Ops 4 serta Activision hingga saat ini tak mengerti istilah “game jangka panjang” karena nafsu mereka untuk rilis game COD baru setiap tahun. Tahun depan sendiri belum tentu kita akan dapatkan kembali mode semacam ini dan jikapun iya belum tentu akan sebagus yang Treyarch racik. Blackout mungkin sukses di hari pertama, minggu pertama, dan bulan pertama rilis. Namun relevansinya takkan pernah capai level PUBG ataupun Fortnite karena paywall yang halangi potensi mode ini.

Exit mobile version