Call of Duty: Black Ops Cold War unjuk bagaimana raytracing berperan dalam gamenya.
Dari sekian banyak game yang memanfaatkan teknologi raytracing, Call of Duty: Black Ops Cold War mungkin menjadi iterasi selanjutnya yang mengadaptasi teknologi tersebut. Setidaknya setelah engine baru Infinity Ward rampung dibuat dan telah diimplementasikan di Modern Warfare. Namun sepertinya pengaplikasian raytracingnya mendapatkan arah yang berbeda dibanding game milik Infinity Ward tersebut.
Ini ditunjukkan melalui trailer baru Call of Duty: Black Ops Cold War di mana Treyarch pamerkan bagaimana raytracing diimplementasikan dalam gamenya. Meskipun sekilas nampak terlihat tidak biasa, namun teknologi tersebut mampu berikan atmosfir tersendiri untuk setiap adegannya.
Dengan pengaturan kamera yang tepat dan pemilihan adegan yang cukup pas, beberapa adegan dalam trailer Call of Duty: Black Ops Cold War nampak seperti adegan yang sering dipamerkan di trailer film box office. Terlihat cukup natural, meskipun pada beberapa adegan masih miliki warna yang nampak seperti buatan.
Call of Duty: Black Ops Cold War akan bawa player untuk jelajahi perang dingin awal tahun 1980-an. Player akan bertemu dengan beberapa figur historis yang umum diceritakan di buku sejarah. Beberapa tempat dan situs ikonik yang juga terlibat dalam perang dingin juga akan bisa dikunjungi. Misalnya saja Berlin Timur, Vietnam, Turki, markas Soviet, dan yang lainnya.
Call of Duty: Black Ops Cold War rencananya akan dirilis tanggal 13 November 2020 di PC, PlayStation 4, dan Xbox One. Gamenya juga direncanakan untuk dirilis di PlayStation 5 maupun Xbox Series X di masa datang.
Baca lebih lanjut tentang Call of Duty: Black Ops Cold War, atau artikel video game Jepang dan non-mainstream lain dari Ayyadana Akbar.
For japanese games, jrpg, shooter games, game review, and press release, please contact me at: author@gamebrott.com