Pasca serangan siber yang melanda beberapa waktu silam, akhirnya BSSN ungkap bagaimana server PDN lumpuh. Konon, serangan siber tersebut dalam bentuk ransomware terbaru, membuat para ahli di bidangnya pusing tujuh keliling. Kira-kira bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ternyata Begini Kronologi Bagaimana Server PDN Lumpuh
Sebelumnya, DPR sempat memanggil Kominfo dan BSSN karena dirasa bertanggung jawab terhadap permasalahan tersebut. Wajar, mengingat banyak sekali data penduduk tanah air tersimpan pada server milik pemerintah tersebut yang menunggu untuk diselamatkan.
Berdasarkan informasi yang kami lansir dari Bisnis, Badan Siber dan Sandi Negara, BSSN ungkap kronologi dan dampak dari insiden serangan siber yang menyasar Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Pihak Badan Siber dan Sandi Negara menyebut bahwa server PDNS terdampak Brain Chiper Ransomware.
Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara BSSN, Ariandi Putra, yang menyebut bahwa insiden tersebut sebenarnya mulai terdeteksi semenjak 17 Juni 2024, tepatnya pada pukul 23:15, di mana pihak BSSN mendapati upaya penonaktifan fitur keamanan Windows Defender, sehingga memicu aksi peretasan dapat tereksekusi.
“Aksi peretasan mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pada pukul 00:54, dengan melakukan instalasi file berbahaya, menghapus file system, sampai menonaktifkan service yang sedang berjalan,” ungkap Ariandi pada Selasa (25/06) silam.
Diketahui bahwa semua file yang berkaitan dengan storage, mulai dari VSS, HyperV Volume, VirtualDisk, termasuk Veaam vPower NFS lumpuh tepat satu menit semenjak aksi peretasan tersebut terjadi, akibat dari lumpuhnya Windows Defender sebagai satu-satunya lapisan keamanan yang digunakan.
Data yang Dicadangkan Hanya Hitungan Persen
Informasi tambahan yang kami ambil dari rapat kerja antara Komisi I DPR beserta Kominfo dan BSSN baru-baru ini, diketahui bahwa ternyata data yang dicadangkan hanya hitungan persen saja.
Hal ini sebelumnya dipertanyakan oleh Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid, menyoal berapa persen data yang ter-backup di PDNS Surabaya. “Berapa persen ter-backup di Batam?,” tanya Meutya.
Hinsa Siburian, selaku Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang mengejutkan. “Hanya 2 persen dari data yang ada di Surabaya. Makanya itu tidak dinyatakan DRC (Disaster Recovery Center), hanya tempat penyimpanan data,” pungkasnya.
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait Tech atau artikel lainnya dari Bima. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.