Budaya Kerja Toxic Buat Ubisoft Miliki Resiko Besar Kehilangan Talentanya

Assassin’s Creed II
Tempat kerja yang tidak baik membuat para karyawan Ubisoft meninggalkannya.

Membangun usaha dari nol hingga mendapatkan karyawan cukup banyak memang menjadi tanggung jawab yang besar bagi beberapa pemilik usaha. Menjaga mereka agar tetap betah adalah salah satu misi utama yang wajib dilakukan. Namun selama beberapa bulan terakhir, sepertinya hal ini tak terjadi pada Ubisoft.

Lingkungan kerja mereka yang toxic atau penuh dengan persaingan dan pergaulan tak sehat antar staff dan atasan membuat banyak kasus yang selama ini dipendam, dibocorkan oleh beberapa korbannya.

Ini diakui Ubisoft di Universal Registration Document yang menjelaskan bahwa mereka miliki resiko besar untuk kehilangan banyak talenta terbaiknya karena kebiasaan buruk para karyawannya.

Dokumen tersebut sebut secara detil bagaimana Ubisoft mengalami masalah untuk memperkerjakan talenta baru karena banyaknya kasus tidak menyenangkan di lingkungan kerjanya. Ubisoft menjelaskan bahwa resiko kegagalan untuk mendapatkan talenta baru dalam kategori “tinggi”.

Tak hanya itu saja, mereka juga jelaskan bahwa pertengahan Juni 2020 lalu Ubisoft didera tekanan dari luar dan dalam perusahaan demi “membersihkan” budaya toxic kantornya. Hasilnya? Banyak orang meninggalkan kantornya karena para atasan tak mau mendengarkan komplainnya.

Ubisoft mengaku telah meracik solusi untuk mengurangi budaya toxic termasuk di dalamnya pelecehan. Beberapa di antara solusi tersebut adalah pelatihan tentang pelecehan, seksisme, dan pembuatan jabatan baru yakni VP of Global Diversity and Inclusion. Namun mereka tidak bisa menjamin bahwa solusi tersebut akan bisa menghapus budaya toxic di lingkungan kerja mereka.


Baca lebih lanjut tentang Ubisoft, atau artikel video game Jepang dan non-mainstream lain dari Ayyadana Akbar.

For japanese games, jrpg, shooter games, game review, and press release, please contact me at: author@gamebrott.com

Exit mobile version