Celeste Review – Lebih dari Sekedar Perusak Controller

Matt makes games

Platformer merupakan genre game yang begitu sederhana. Kamu berjalan  lalu melompati beberapa platform untuk capai tujuan lalu mengulang hal yang sama hingga game berakhir. Formula gameplay ini telah ada selama puluhan tahun namun tak ada kesan membosankan dari formula ini selama didukung oleh mekanik serta desain level yang baik. Meskipun dengan formula yang terdengar mudah ini, banyak game platformer yang dibuat sesulit mungkin, namun bukan karena desain level yang sulit, namun karena artificial difficulty seperti menaruh jebakan disana-sini serta checkpoint yang jauh. Gameplay seperti ini tidak mendorong pemain untuk bermain lebih baik, namun lebih seperti menyiksa mereka untuk mengingat tiap pixel yang ada di level, membuat pengalaman bermain game tersebut jauh dari kata menyenangkan. Celeste menjadi game yang buktikan jika game platformer bisa tetap menyenangkan meskipun game benar-benar sulit karena aspek desain level yang selalu baru dan penuh tantangan tersendiri.


Gunung dengan sejuta misteri

Celeste merupakan game platformer yang sederhana, biasakan saja untuk melihat kata tersebut karena akan sering kamu temui pada review ini. Kamu bermain sebagai karakter imut bernama Madeline yang memiliki misi untuk memanjat sebuah gunung tinggi bernama Celeste namun tak pasti apa alasan dibalik misi tersebut. Yang kamu tahu hanyalah gunung ini sangat berarti untuk Madeline dan juga banyak hal aneh yang akan kamu lewati nantinya selama perjalanan menuju puncak gunung.

Semuanya berjalan lancar, kamu meloncat dari satu platform ke platform lain dengan bantuan skill memanjat yang terbatas, wall jump, serta dash jump yang hanya bisa kamu gunakan sekali di tiap lompatan dan baru bisa kamu lakukan lagi apabila kamu menyentuh tanah, masuk kedalam semacam gumpalan bola, atau mengambil kristal hijau yang terkadang disediakan oleh game.

Perjalanan Madeline awalnya terlihat lancar, namun semuanya berubah menjadi aneh setelah dia bertemu dengan doppelganger yang dia panggil sebagai Part of Me. Apabila Madeline terus diperlihatkan sebagai karakter yang imut, pemalu, dan baik hati, Part of Me menjadi semua kebalikan dari karakter tersebut – seram, sombong, dan tak peduli akan orang lain. Part of Me terus memaksa Madeline untuk berhenti melanjutkan misinya. Baginya dia hanya akan mati sia-sia apabila dia teruskan perjalanannya menuju puncak gunung Celeste karena pada dasarnya dia bukan seorang pemanjat gunung. Namun Madeline terus memaksakan diri karena ini menjadi kesempatan besarnya. Apa sebenarnya yang ada dipuncak gunung Celeste ini? Misteri tersebut terus terjawab secara perlahan semakin lama kamu bermain.


Cerita sederhana, penuh dengan karakter

Salah satu yang membuat Celeste lebih dari sekedar “platformer susah” adalah aspek naratif yang menjadi break setelah kamu mati ratusan kali mencoba selesaikan kumpulan level. Sesi naratif ini dibawa dengan sederhana yaitu via teks, akan tetapi tiap dialog yang dibawakan sangatlah menarik untuk dibaca karena penulisannya yang natural tetapi di waktu yang sama juga komikal.

Setiap karakter memiki kepribadian yang menarik dan kompleks, pembawaannya tak selalu bergantung pada dialog eksposisi namun juga lewat ekspresi wajah serta cara pembawaan dialog karakter tersebut. Karakter yang akan paling sering kamu temui adalah Theo. Dia merupakan orang lain yang ingin menuju puncak gunung sepertimu. Namun tujuannya melakukan tersebut tak lebih dan tak bukan sama seperti kebanyakan remaja sekarang ini yaitu untuk mengambil foto yang akan dia upload ke sosial media. Setiap kali kamu bertemu dengan karakter ini, kamu akan terus pelajari betapa kompleks karakter ini, hal yang sama berlaku kepada semua  karakter yang ada di game.

Cerita yang dibawakan oleh Celeste merupakan cerita yang sangat sederhana namun memiliki kesan moral yang penting khususnya akan depresi serta harga diri. Cerita yang dibawakan game juga tak hanya menjadi break setelah mengalahkan chapter tersebut, namun juga sebagai alasan kenapa kamu ingin terus bermain. Kamu didorong untuk merasa penasaran akan apa yang terjadi setelah chapter tersebut dan apa yang terjadi setelah kamu mencapai puncak gunung. Meskipun ending yang kamu dapatkan bukanlah penutup yang penuh plot twist ataupun momen dramatis, kamu akan dibuat puas akan kesimpulan cerita sederhana ini.


Visual retro dan musik yang patut diacungi jempol

Celeste mengusung grafis 16-bit untuk visual di game, sesuatu yang begitu mainstream dan klise untuk game indie seperti ini. Dan harus dibilang game terlihat “murahan” apabila sekedar dilihat sekilas, namun disaat memainkannya secara langsung, developer seakan terus perlihatkan seberapa cantik visual pixelated bisa dibuat apabila penuh dedikasi dalam pembuatannya. Level-level di game terlihat atmosferik dan memiliki ciri khas meski dengan limitasi visual ini, bahkan terlihat seperti seni tersendiri di beberapa momen khususnya pada chapter-chapter akhir. Game mungkin tak miliki grafis yang powerhouse namun tetap saja menarik untuk dilihat karena pixelwork fantastis yang berhasil diciptakan oleh developer game ini.

Untuk urusan musik, soundtrack dari Celeste disusun oleh Lena Raine, dan harus saya bilang, dia berhasil membuat saya membeli edisi soundtrack game ini. Musik yang dimiliki Celeste menjadi perpaduan antara nada melankolis serta musik catchy yang membuatmu mengangguk-angguk. Semua musik ini benar-benar mewarnai suasana yang ditampilkan oleh game. Tak ada satu musik pun yang terkesan “salah tempat”, semuanya disusun dengan pas dan tak terkesan repetitif disaat kamu kelamaan berada di level tertentu.

https://www.youtube.com/watch?v=RHb7ETOn7HM


Gameplay yang brutal tetapi fun

Gameplay dari Celeste mengingatkan saya akan Super Meat Boy, kamu dipaksa jago menguasai semua mekanik game melewati tiap rintangan mematikan yang bisa membunuhmu dalam satu hit, apabila gagal, langsung restart dari checkpoint. Akan tetapi yang membedakan Celeste dengan game tersebut adalah kamu diberikan tujuh level besar yang dibuat bercabang dan bukan 10-20 level yang dipotong satu-satu di tiap chapter. Hal ini membuat game lebih sedikit mudah akan tetapi lebih memiliki pacing yang lebih menyenangkan karena kamu bisa selalu tinggalkan beberapa level opsional apabila kamu kesulitan untuk selesaikan level tersebut. Meski dengan keberadaan level yang dibuat opsional ini, Celeste tetaplah platformer yang sulit yang akan memaksamu untuk pandai menggerakan analog di controller-mu serta melakukan timing yang pas akan kapan harus meloncat ataupun dash jump. Game punya potensi untuk merusak controller-mu mau itu karena kebanyakan memutarkan analog atau karena kamu emosi hingga membanting controller tersebut. Akan tetapi Celeste miliki kesan memuaskan disaat kamu berhasil kalahkan tantangan yang ditawarkan game.

Tiap chapter baru dari Celeste tawarkan mekanik dan tantangan baru pada desain levelnya mulai dari lumut yang tumbuh setelah kamu tijak, angin kencang yang melambatkan jalanmu apabila berlawanan dengan arah angin, hingga blob bundar yang difungsikan seperti trampolin sekali pakai. Semua tantangan baru ini membuat gameplay terus bertambah sulit, namun tidak mengurangi aspek fun dari game. Semua ini karena kontrol karaktermu yang sempurna serta restart yang cepat setiap kali kamu mati. Ya… saya tahu jika “mati terus-terusan” bukanlah sesuatu yang menyenangkan, namun dengan bantuan desain level yang baik serta payback yang memuaskan yaitu via naratif yang menarik, Celeste menjadi pengalaman bermain yang asik mulai dari detik pertama hingga detil akhir.

Celeste miliki collectable apabila kamu benar-benar tertarik untuk selesaikan game ini 100%. Akan tetapi semua ini dibuat opsional dan bisa kamu lewatkan saja apabila bagimu terlalu sulit. Sayangnya hal tersebut tak berlaku untuk B-side levels. Untuk dapatkan level rahasia di game, kamu perlu menyelesaikan semua B-side levels yang ada di game. Sesuatu yang wajar untuk game mengharuskan pemain menyelesaikan beberapa side activities terlebih dahulu sebelum mengakses level rahasia, akan tetapi Celeste tidak melakukannya dengan baik. B-side levels sangatlah brutal dan dijamin akan membuatmu terus-terusan mati, akan tetapi level rahasia yang kamu dapatkan tergolong mudah meskipun memang asik untuk dimainkan. Hal ini membuat kurangnya kepuasan untuk membuka akses level rahasia ini. Keharusan menyelesaikan B-side levels ini juga membuat keberadaan strawberry terkesan useless dan hanya menjadi penambah skor semata yang jujur saja, tidak terlalu dipedulikan oleh gamer. Ya, saya tahu jika game memberi tahu hal tersebut kepadamu jika strawberry di game sangatlah tidak penting, tetapi setidaknya dikasih semacam reward untuk pemain yang rela habiskan waktu mengambil satu-persatu strawberry ini yang biasanya ditaruh di posisi yang berpotensi membuatmu mati.


Verdict

Celeste merupakan game 2D Platformer yang sederhana namun dieksekusi dengan sangat baik. Game miliki replaybility yang besar karena level desain yang baik sekaligus interaksi karakter yang menarik. Sayangnya collectable di game ini tak memberikan apapun untuk pemain selain dari menaikkan skor dan juga level bonus yang tak begitu memuaskan untuk dimainkan setelah menghabiskan waktu banyak menyelesaikan B-side levels yang sangat brutal. Celeste membutuhkan waktu 2-3 jam untuk diselesaikan yang tergolong singkat namun dengan replaybility serta konten yang kamu dapatkan dari game ini, hal tersebut tak menjadi masalah besar. Celeste merupakan game yang sulit, namun menjadi “game sulit” yang bisa dinikmati semua gamer.

Exit mobile version