Membeli game, nyalakan platform gaming, install dan mainkan. Itulah tahapan untuk memainkan sebuah game di masa lalu. tidak ada microtransaction, tidak ada DLC, tidak ada Pre order. Cukup indah? iya dan sayangnya sudah mulai jarang terjadi di masa sekarang. Topik yang saya angkat akan membahas perkembangan industri game yang kini sistem microtransaction sudah lumrah untuk di adakan. Jika kalian sudah lama sekali berkecimpung di dalam industri game, menjadi player maupun developer mungkin akan merasakan hal ini.
Microtransaction & DLC
Microtransaction sendiri adalah sebuah sistem dimana developer game tersebut dapat memasukan fitur untuk membeli item, mata uang maupun hal lain dalam game dengan menggunakan mata uang asli. Sistem ini biasa diterapkan untuk mempermudah para pemain agar mencapai kekuatan yang diharapkan secara cepat. Namun efeknya sendiri tergantung dari gamenya, ada yang berupa kosmetik dan tidak mempengaruhi gameplay, adapun yang sebaliknya, item yang digunakan player tersebut dapat memberikan benefit lebih. Umumnya akan disebut pay to win, biasa terjadi dalam game multiplayer online. Selain microtransaction, ada pula DLC atau downloadable content. Player dapat membeli sebuah tambahan fitur, cerita maupun lainnya untuk digunakan dalam game. DLC sudah semakin marak bermunculan pada game-game besar. Walaupun tidak semua developer menerapkan hal ini, namun kehadirannya tetap membawa efek yang buruk.
Sebagai contoh game yang sukses menjual Microtransaction adalah Grand Theft Auto V. game buatan Rockstar ini dirilis pertama kali untuk play station 3 dan xbox 360 pada tahun 17 September 2013. Beberapa tahun kemudian mereka merilisnya lagi untuk konsol next gen pada era itu Play Station 4 dan Xbox One serta PC. Tentunya dengan tambahan fitur seperti first person mode dan peningkatan kualitas visualisasi. Uniknya game ini masih ramai sampai saat ini. Menurut data yang saya baca, Grand Theft Auto V masih mendominasi di urutan teratas sebagai game terlaku dan populer di kawasan eropa. Mengapa bisa begitu? trik dagang Rockstar sangat pintar, mereka sempat ingin melepas sebuah DLC cerita di mode single player, namun dibatalkan tanpa alasan dan digantikan oleh update content untuk Grand Theft Auto Online, setelah beberapa pengaturan untuk sulitnya mendapat uang, Rockstar secara tidak langsung mengarahkan para playernya terutama yang ingin instant, untuk membeli Shark Card, microtransaction untuk uang in-game yang dibeli dengan mata uang asli. Dengan cara tersebut keuntungan mereka sangat besar diperoleh. hal ini juga mulai diterapkan pada Red Dead Redemption 2 di mode Onlinenya.
Efek Pada Gamer Lain
Mungkin sebagian dari kalian akan berpikir kalau itu hak mereka untuk membeli sebuah DLC maupun Microtransaction atau tidak. Jawabannya memang itu hak mereka, namun tanpa disadari hal tersebut mempengaruhi formasi dari game-game kedepannya. Adanya peminat berarti produk yang mereka jual laku, hal ini akan terus dikembangkan sampai batas akhirnya. Player yang tidak membeli DLC dan Microtransaction pun akan merasakan efek dari hal tersebut. Sampai suatu saat, kita akan sudah terbiasa jika publisher maupun developer menerapkan cara tersebut di game milik mereka. Perubahan industri game bisa di kontrol oleh para komunitasnya sendiri. Sebagai bukti, kasus Star Wars Battlefront 2 mendapat review negatif dari berbagai player karena menghadirkan microtransaction yang berlebihan. Hasilnya? EA mengubah sistem dalam game tersebut dan kini Star Wars Battlefront 2 sudah sangat layak dimainkan kembali terlebih dengan update content yang terus diberikan.
Kesimpulannya, beberapa game yang rilis akhir-akhir ini memang sudah menerapkan hal tersebut, namun tidak semua developer melakukan hal yang sama. DLC bisa saja tidak selalu memberikan efek buruk, beberapa DLC khususnya yang menawarkan cerita lebih memang bisa menjadi pertimbangan untuk dimainkan. Kembali lagi, player juga berperan penting untuk industri game.
0 Comments