Efektifkah Usaha Membasmi Toxic Player Selama Ini?


52

[bsa_pro_ad_space id=1]

Toxic berasal dari kata berbahasa inggris yang berarti beracun. Biasanya kata tersebut menunjukan bahayanya sebuah benda karena ia mengandung sebuah racun. Menurut beberapa kamus kata berasal dari panah beracun dari bahasa yunani. Beberapa tahun belakangan ini muncul istilah yang itu toxic gamer atau ada juga yang menyebutnya toxic player. Hal itu merupakan frase baru dalam industri game dengan sebuah makna negatif tentunya. Mengingat disana terdapat kata toxic.

Kata toxic Player sendiri tidak memiliki definisi yang baku. Kadang, hal tersebut diterjemahkan sebagai pemain yang menyusahkan. Terkadang juga, hal itu ditunjukan kepada pemain yang hobi berkata kasar. Ada juga yang memaknainya sebagai perilaku dimana ketika player menang dia akan menyombongkan diri. Ketika kalah dia akan menyalahkan sesuatu selain dirinya. Ia akan menyalahkan, kawan, lawan, bahkan game itu sendiri.

Tidak sedikit pula toxic player diartikan sebagai para pemain game yang hobi melontarkan kata-kata negatif. Kata-kata tersebut yang dapat berarti makian, hinaan, perendahan, rasisme, kata-kata kotor dan mesum. Ada juga yang menghubungkannya sebagai bentuk cyberbullying dalam game. Terutama karena kata-kata negatif tersebut diarahkan kepada orang lain dan menghasilkan rasa sakit secara psikologis. Sebagaimana kasus bullying umumnya, terkadang ia berakhir kepada suatu hal yang berbahaya seperti membunuh atau melukai diri sendiri.

Toxic player yang diidentikkan dengan perkataan negatiflah yang mengarah ke cyberbullyinglah yang mungkin paling sering digunakan. Karena itu, definisi inilah yang paling patut mendapat sorotan dan pembahasan lebih. Apalagi hal ini dianggap sebagai hal biasa, tapi tetap diakui sebagai tindakan negatif,

Banyak yang menganggap kebiasaan kata-kata negatif para toxic player disebabkan untuk melepas stres karena bermain game. Apalagi bagi mereka yang kalah lantas tidak terima dan merasa harus meluapkan amarah. Banyak juga yang menganggapnya taktik menggertak lawan. Sehingga, hal tersebut dianggap normal dan sah-sah saja oleh orang pada umumnya.

Hal tersebut terbukti dari seringnya kita menemui player toxic. Mereka sering ditemui dalam sistem chat di game-game online atau multiplayer. Bahkan, ada juga yang menjadi terkenal dengan menampilkan video permainan toxicnya di media sosial, youtube dan twitch.

Terlepas dari hal tersebut, beberapa game berusaha membasmi toxic player dengan memberikan larangan terkait masalah gamer toxic ini. Rainbow six siege yang memberikan aturan ban kepada pemain yang diketahui memberikan hinaan dan rasisme secara bertahap. Dota 2, bahkan menghadirkan ban selama 6 bulan kepada toxic player.Namun, yang menjadi pertanyaan apakah berbagai ban tersebut efektif membasmi player toxic? Nyatanya mereka masih sangat banyak. Meskipun, mungkin sudah banyak kasus ban yang dilakukan oleh para perusahaan game tersebut.

Masalah lainnya yang tidak kalah serius adalah influencer toxic player. Mereka adalah orang yang membuat pengaruh toxic player makin luas. Biasanya mereka terdiri dari para gamer profesional e-sport, para streamer video game terkenal, para fans yang berdebat tanpa arah soal mana game yang terbaik, sambil merendahkan game lain.

Apalagi jika mereka memang gamer hebat dan namanya diagung-agungkan oleh beberapa orang penggemar. Sehingga, tidak heran orang-orang yang mudah terpengaruh akan mengambil contoh dari tindakan mereka. Terutama sebagai wujud peniruan dari mereka yang dianggap keren dan hebat.

Selain melakukan ban, sebaiknya para perusahaan game tersebut juga melakukan kampanye anti Toxic player. Terutama karena toxic player telah menjadi kebiasaan umum yang negatif dan perlu tindak lanjut segera agar tak menimbulkan masalah lebih besar. Terutama orang-orang yang tidak sadar dan menganggap hal tersebut sebagai sikap normal.

Banyak yang gamer yang tidak sadar akan dampak toxic player. Akibatnya mereka terus melakukan hal tersebut tanpa keinginan untuk menghentikannya. Jika seandainya mereka sadar bahwa toxic perbuatan salah, maka minimal ada langkah dari diri player sendiri untuk mencegahnya

Perlunya juga penyadaran ke masyarakat gamer secara luas bahwa masih banyak player teladan yang hebat. Mereka player yang benar-benar mengandalkan skill dan berprestasi, bukan yang hobi menyerang orang dengan perkataan negatif.

Oleh karena itu, para player yang memang menikmati game harusnya mulai sadar sendiri akan dampak buruk toxic player, karena perubahan yang baik itu mulai dari diri sendiri. Terutama jangan mencontoh mereka para toxic player, bagaimanapun terkenalnya mereka. Terutama karena, tidak ada baiknya ikut terkenal dengan citra negatif.

 


Like it? Share with your friends!

52
Aru Akasa

Penulis amatir yang menjadikan Gamebrott sebagai tempatnya latihan menulis, Akhirnya ia memberanikan diri menulis blognya yang berjudul meongeden.com

0 Comments