Lootboxes, Lika-Liku Si “Kotak Pandora” Industri Video Game


62

Sekarang masih menjadi topik yang sangat panas panasnya dibicarakan oleh banyak developer dan menjadi pisau tajam bagi para publisher game, lootboxes. Beberapa negara bahkan menyertakan undang undang unttuk melarang beredarnya game yang mengimplementasikan unsur lootbox didalamnya. China, Australia, Belanda dan Belgia telah mengatur regulasi dari sistem lootboxes. Di China sendiri, jika sebuah game memiliki sistem loobox maka para puiblisher harus menyertakan persentase dari items items yang ada didalamnya.

Its Popular

Kepopuleran lootbox awalnya dimulai oleh Game Overwatch. Di Overwatch jika kalian naik level maka kalian bisa mendapat 1 lootbox secara cuma-cuma atau bisa dengan cara lain yaitu membelinya di store yang sudah disediakan didalam game. Isi dari lootbox tersebut juga bermacam macam mulai dari, skin senjata,skin character,victory pose,character line, dan juga gesture. Memang semua yang ditawarkan didalam lootbox overwatch hanyalah sekedar item cosmetic, tetapi sebuah cosmetic masih akan mempengaruhi gaming experience yang dirasakan oleh para pemain.

Moshi-moshi, Amukan Masa Datang!

Kemudian munculah Star Wars Battlefornt 2. Game yang dirilis pada tahun lalu yang menuai banyak sekali kritik mulai dari para gamers, pemerintahan dan para pebisnis. SWBF 2 mengimplementasikan sistem lootboxes yang dianggap oleh para player sebagai “Pay to Win”. Selain itu mereka juga sangat jengkel karena selain harus membeli game dengan harga full price (60$) masih banyak karakter yang terkunci dan harus di grind, setidaknya dibutuhkan 40 jam playtime hanya untuk membuka sebuah karakter pada awal perilisan game ini. Kemudian banyak keluhan dari mereka yang membeli deluxe edition karena Darth Vader yang seharusnya sudah playable di awal permainan ternyata masih terkunci dan harus dibeli menggunakan in game currency dimana mereka harus grinding terlebuh dahulu.

Akhirnya pada akhir 2017 EA menurunkan harga dari karakter karakter tersebut sebesar 75% tetapi dengan liciknya mereka juga menurunkan jumlah Currency yang kita dapatkan dalam satu Matchmaking. Selanjutnya pada awal tahun 2018 EA menutup sementara sistem microtransaction mereka sampai pemberitahuan selanjutnya. Dalam masa penutupan sistem microtransaction ini EA membuat semua items hanya untuk cosmetic only dan tidak memberikan player advantage. Tetapi bagai nasi sudah menjadi bubur, kontroversi yang disebabkan oleh EA ini juga memberikan dampak berkepanjangan yang selanjutnya juga diusut secara hukum di beberapa negara yang kemudian berujungnya pada pembatasan dan perlegalan lootbox untuk game game mendatang.

Saham EA juga sempat turun sebesar 2.5% setelah kejadian tersebut. Hal ini mengakibatkan beberapa investor dan juga petinggi EA harus angkat kaki. Sangat disayangkan sekali karena pada awalnya EA sudah menjanjikan sebuah pengalaman bermain SWBF2 yang akan lebih baik daripada seri pendahulunya, tetapi nyatanya hal inilah yang membawa EA menjadi perusahaan yang paling dibenci oleh para gamers pada saat ini. Dan di dalam kasus ini sepertinya tidak ada pihak yang diuntungkan selain EA sendiri (yang pada akhirnya juga terkena imbasnya) seperti Fans berat Star Wars, Gamers Investor dan pegawai EA sendiri.

Tapi Lootbox Gak Selalu Gagal Kok

Lootboxes sudah mulai diimplementasikan di berbagai video game saat ini karena dengan hal itulah sang publisher bisa mendapatkan uang saku lebih dibandingkan hanya dengan merilis gamenya saja. Tetapi tetap saja masih banyak publisher dan developer diluar sana yang bersikukuh untuk memberikan sebuah paket lengkap  tanpa embel embel Microtransaction ataupun lootbox.

Valve memberikan sebuah contoh bagaimana mereka bisa sangat sukses dalam hal microtransaction. Didalam game dota 2 dan Counter Strike Global Offensive, Valve selalu mengeluarkan serian lootbox baru pada setiap season. Kemudian jika sudah mendekati Turnamen berskala internasional yang mereka adakan, valve juga akan mengeluarkan lootbox limited yang hanya bisa dibeli oleh para pemilik season pass atau battle pass. Contohnya saja Dota 2 pada The International 8 kemarin Valve mampu menggelontorkan prizepool sebesar $25.532.177 atau setara dengan Rp. 369.750.604.269 hanya dari hasil microtransaction selama beberapa bulan saja.

Verdict

Kesimpulannya adalah jika sang publisher bisa memanfaatkan lootbox dengan baik tanpa harus merugikan banyak pihak, maka mereka akan mendapatkan sebuah income pasif . tetapi jika mereka salah mengambil langkah, tidak dipungkiri akan ada lebih dari satu kubu yang akan mencoba untuk mengkritik dan juga menjatuhkan.


Like it? Share with your friends!

62
ODA

Easily i'm a speedrunning scene Fans since 2012 and still following it til today

P.S Do not stalk my Twitter Please

0 Comments