[Opini] The Division’s Incident – Potensi Indonesia mendapatkan Serangan Bioterorisme


88

Peristiwa yang terdapat pada The Division dan The Division 2 memberikan sedikit gambaran bahwasanya negara adidaya sekalipun dapat mengalami kelumpuhan total baik dari segmen ekonomi, sosial, lingkungan maupun pemerintahan itu sendiri. Peristiwa tersebut berdasarkan dari kisah nyata yang merupakan Program Simulasi pemerintah Amerika Serikat bernama Operation Dark Winter.

Hasil yang didapat dari simulasi tersebut menghasilkan dampak yang tidak diperkirakan sebelumnya oleh pihak pemerintah. Tidak dipungkiri bahwa hal ini membuat penulis bertanya-tanya: Apakah dapat berdampak pada Indonesia? Lalu, apakah Indonesia dapat menanggulanginya? Sebelum menjawabnya, penulis akan sedikit menggambarkan awal mula dari penyebab kejadian di The Division hingga latar belakang peristiwa tersebut.

Operation Dark Winter & Directive 51

Operation Dark Winter merupakan sebuah simulasi pemerintah tingkat senior (meliputi seluruh segmen negara, ekonomi, sosial maupun pemerintahan) yang merupakan sebuah uji coba pemerintah untuk menanggulangi permasalahan terorisme yang terkait dengan senjata biologis (Biological Weapon) yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, khususnya pada kemampuan tanggapan darurat bencana (National Emergency Response). Biological Weapon yang dipilih oleh pemerintah Amerika Serikat adalah merupakan penyebaran virus Cacar atau Smallpox.

Simulasi ini juga ditujukan untuk melakukan assessment terhadap kemampuan pemerintah dalam menghadapi ancaman serangan bioteroris yang akan terjadi di saat mendatang dan menghimbau masyarakatnya untuk semakin waspada terhadap berbagai jenis serangan ini (contoh virus lain: Anthrax). Simulasi ini berlangsung selama 2 hari pada tanggal 22-23 Juni, 2001.

Meskipun virus tersebut sifatnya adalah alamiah dalam penyebarannya, namun tidak menutup kemungkinan virus, bakteri maupun bentuk mikroorganisme biologis yang lain dapat digunakan oleh para teroris yang akan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Simulasi ini juga mencoba untuk mensimulasikan bagaimana jika virus tersebut tidak terkendali? Hasil dari simulasi tersebut berakhir pada beberapa penemuan sebagai berikut:

  1. Serangan Bioteroris tersebut menghasilkan jumlah korban yang cukup besar. Hal ini juga diikuti dengan lumpuhnya lembaga-lembaga vital, adanya banyak pelanggaran terhadap aturan negara, ketegangan masyarakat (Civil Disorders), hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan mengurangi kemampuan pemerintah untuk menerapkan strategi-strategi untuk penanggulangannya.
  2. Kemampuan koordinasi antar lembaga di Amerika Serikat saat itu terhitung lemah. Hal ini dikarenakan beberapa pemimpin saat itu masih belum mengerti ciri-ciri maupun karakteristik serangan bioteroris yang dihadapinya. Seperti pendistribusian Vaksin, hal ini terkendala pada aturan-aturan yang dibuat oleh pemimpin saat itu dimana dinyatakan pembagian vaksin tidak bisa serta merta diberikan pada masyarakat namun juga perlu diperhatikan stok vaksin yang ada cukup untuk para tentara nasional di Amerika Serikat beserta pihak pemerintah yang diperlukan.
  3. Kemampuan darurat (Surge Capability) yang diperlukan pada bidang kesehatan sangat minim. Hasil simulasi tersebut diketahui bahwa pada setiap rumah sakit maupun lembaga kesehatan yang ada memiliki keterbatasan dalam menanggulangi serangan bioteroris yang ada, baik dari segi stok obat, vaksin maupun tempat penanganan. Hal ini juga sejalan dari sifat serangan bioteroris itu sendiri yang tidak dapat diprediksi dan muncul secara tiba-tiba.
  4. Pemerintah akan berhadapan dengan para awak media yang cukup besarAdanya informasi yang tersalurkan kepada masyarakat akan menjadi hal yang sangat vital mengingat masyarakat akan bergantung pada solusi yang akan diberikan pemerintah. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah.
  5. Adanya perintah untuk mengkarantina beberapa area yang terinfeksi. Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa aturan seperti distribusi makanan, obat-obatan dan segala hal yang diperlukan tidak dimengerti dengan baik. Sehingga ketika akan mengkarantina suatu area, beberapa masyarakat masih melihat tindakan tersebut kurang tepat agar mencegah terjadinya tersebarnya virus tersebut.

Gambaran simulasi ini bisa dilihat pada link berikut:

 dan gambaran ini juga diberikan oleh ubisoft dalam mempromosikan salah satu judul video game yang dirilisnya yakni The Division:

Setelah serangan ini terjadi, Presiden Bush pada tahun 2007 menandatangani Perintah Eksekutif 51 atau Executive Directive 51, yang dimana berisikan perintah apabila serangan bioteroris ini terjadi, sebuah rencana untuk menghadapai kejadian nyata dari Operasi Dark Winter, beberapa departemen maupun lembaga-lembaga keamanan yang terkait diminta untuk merespon dan bergabung untuk segera menanggulangi permasalahan ini dengan catatan adanya 5 penyebab dari hasil simulasi mulai muncul di negara tersebut dengan tujuan untuk memastikan tetap berjalannya struktur pemerintahan yang berlaku. Dalam peristiwa The Division, Perintah 51 diberlakukan ketika terjadinya serangan smallpox yang terjadi secara alamiah bukan dari serangan teroris, yang dimana tersebar melalui uang dollar Amerika Serikat pada hari belanja nasional (The Black Friday Event). Perintah ini tidak hanya berlaku ketika adanya serangan bioteroris itu sendiri, namun juga adanya wabah penyakit atau serangan virus seperti yang disebutkan oleh penulis diatas. Untuk membaca dokumen lengkap Perintah Presiden 51 tersebut bisa dilihat pada laman berikut: https://www.hsdl.org/?abstract&did=776382

Bagaimana dengan Indonesia?

Gempa di Aceh menyebabkan beberapa bangunan rusak parah. Sumber: beritasatu.com

Indonesia merupakan negara yang cukup berpotensi mendapatkan serangan bioteroris. Penulis menemukan bahwa untuk menanggulangi Serangan Bioteroris belum ada regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, namun pemerintah sudah menerapkan beberapa tindakan pencegahan seperti adanya seminar dengan Ikatan Dokter Indonesia maupun simulasi siaga kecil terhadap Pandemi Influenza. Tidak lama Indonesia mengalami berbagai bencana khususnya bencana alam, pemerintah pada tahun 2019 mulai menerapkan pendidikan bencana pada kurikulum pendidikan saat ini.

Bencana merupakan suatu hal yang tidak direncanakan kemunculannya, sebagai negara yang sangat strategis, bencana yang dihadapinya pun juga sangat banyak sekali yang berpotensi menyerang Indonesia, tidak terkecuali Serangan Bioterorisme ini sendiri yang menurut penulis sendiri tidak mudah diprediksi dan juga penanggulangannya. Aturan yang berlaku menurut Peraturan Presiden Nomer 12 Tahun 2012 hanya menyatakan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berfungsi untuk menghadapi serangan terorisme, tetapi tidak adanya pernyataan untuk menanggulangi Serangan Bioterorisme.

Serangan Bioterorisme ini merupakan bentuk serangan untuk membuat virus menjadi sebuah senjata yang kemudian disebarluaskan di suatu area yang terkait. Serangan ini juga bisa dalam bentuk terprogram yang dilakukan oleh teroris maupun secara alamiah (cth: Flu Burung). Kemungkinan besar, Serangan Bioterorisme ini merupakan salah satu penyebab adanya bencana dan juga apabila tidak ada aturan dari presiden maupun pendidikan mengenai ini sekalipun khususnya pendidikan tentang bencana. Indonesia akan sangat berpotensi untuk mendapatkan Serangan Bioteroris sewaktu-waktu nanti.


Like it? Share with your friends!

88
GideonAir

0 Comments