[REVIEW] Detroit Become Human – Android Juga Manusia?


55

Di tahun 2038, Amerika Serikat dan negara-negara adidaya lainnya telah mencapai Revolusi Industri kesekian. Teknologi canggih saat itu telah berkembang pesat. CyberLife, sebuah perusahaan berspesialisasi di bidang manufaktur kecerdasan buatan, telah memproduksi android secara masal untuk dijual. Kehadiran Android saat itu sudah menjadi hal yang wajar dan telah banyak dimanfaatkan pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Detroit. 

[bsa_pro_ad_space id=1]

Tetapi eksistensi kehadiran mereka bukan tanpa masalah. Beberapa orang mulai kehilangan pekerjaan dan mereka jatuh miskin. Kemudian masalah baru muncul. Terjadi kesalahan program pada sistem android yang membuat mereka dapat memiliki psikologi dan emosi selayaknya manusia biasa. Mereka mulai mempertanyakan alasan dari eksistensi mereka sebagai sebuah makhluk, bukan lagi sebagai sebuah mesin, sama halnya seperti yang kebanyakan ditanyakan oleh manusia jika mereka yakin Sang Pencipta itu ada.

Kemudian perusahaan CyberLife kapitalis yang dipimpin oleh Amanda, yang merupakan CEO robot perusahaan, diam-diam mengirim sebuah android prototipe bernama Connor untuk melakukan apapun agar menghentikan ‘virus’ tak dikenal pada program android tersebut. Mereka, para Android, yang membangkang disebut Deviant dan Connor dikirim sebagai Bladerunner bagi mereka.

Detroit: Become Human

______________________________________________________________________________________

Siapa yang tidak kenal Quantic Dream? Quantic Dream mungkin bukan developer first party Sony seperti Naughty Dog ataupun Santa Monica Studio. Tetapi developer asal Prancis ini memiliki kengheunikan tersendiri dan mampu kok menghasilkan game AAA berkualitas. Penulis mengenal Quantic Dream terbilang tidak lama saat itu dan juga tidak terlambat secara relatif, yaitu pada era PlayStation 3. Game pertama Quantic Dream penulis adalah Heavy Rain di mana penulis sangat menyukai cerita Heavy Rain secara keseluruhan, terutama dari segi grafis. Impresinya begitu positif sejak awal hingga cerita permainan berakhir. Penulis merasa developer yang satu ini boleh juga dalam menggarap sebuah cerita dan meleburkannya ke dalam game. Selain itu, ciri khas unik game Quantic Dream adalah mekanik permainannya yang penuh QTE dengan kombinasi tombol yang cukup menantang reflek.

Singkat cerita sejak saat itu penulis tertarik dengan proyek-proyek Quantic Dream selanjutnya. Penulis mengatakan bahwa Quantic Dream termasuk developer Eropa yang berani tampil “beda” di saat semua game secara relatif terasa “itu-itu saja.” Kebanyakan game kalau bukan bergenre action first person shooter, open-world , paling-paling action adventure. 

Quantic Dream, sejak berdiri pada tahun 1997 sampai saat ini, hanya pernah menggarap 5 buah game:  The Nomad Soul (1999), Fahrenheit Indigo Propecy (2005), Heavy Rain (2010), Beyond: Two Souls (2013), dan Detroit Become Human (2018).

Kemudian proyek next-gen pertama mereka, Detroit Become Human, untuk pertama kalinya diperkenalkan melalui trailer singkat di acara Paris Games Week di tahun 2015 silam. Setelah melihat trailer tersebut penulis bertanya-tanya… segila apa nanti kualitas grafis game mereka? Hal ini mengingatkan penulis dengan Heavy Rain.

Tetapi kalau dipikir-pikir, apa yang mereka tawarkan adalah suatu produk game yang tidak semua gamer bisa nikmati atau bahkan mau mencobanya (game bola saja, meski lazim dimainkan, tidak semua orang di dunia memainkannya). Jenis game seperti ini beresiko gagal kapan saja di pasaran (lihat saja The Order 1886). Ditambah mereka memikul label eksklusif dari Sony yang menurut penulis adalah tanggung jawab yanbesar karena penuh tuntutan dan ekspektasi tinggi dari fan, meski secara relatif game eksklusif Sony jarang terdengar ada yang mengecewakan.

Tetapi siapa tahu. Apabila konsol PlayStation 5 sudah rilis, mungkin proyek game dengan model cerita interaktif seperti ini semakin menarik.

Developer lain, Supermassive Game, juga menggarap  game eksklusif PlayStation 4 dengan model sejenis bergenre horor, yaitu Until Dawn.

Setelah melihat demo dan memainkannya secara langsung, dugaan penulis terbilang benar adanyaGrafis yang mereka tunjukkan tidak main-main kalau soal memanjakan mata. Begitu kental dengan cita rasa next-gen, penulis pikir.

Lalu bagaimana impresi penulis setelah menyelesaikan Detroit Become Human (terima kasih PlayStation Plus)? Simak terus artikel ini sampai selesai.

______________________________________________________________________________________

VISUALISASI PAPAN ATAS.

Kota Detroit, kini telah berubah menjadi kota Android.
Eden Club; Klub Malam di Detroit, tempatnya para ‘pemburu’ android. Prostitusi android? No problem.
Teknik pencahayaan tingkat tinggi menampilkan grafis yang nampak realistis.

Penulis ingin mengulangi dan menambahkan statement sebelumnya. Tidak semua gamer bisa menikmati game seperti ini dan.. hanya sedikit game yang bisa tampil seperti ini.

Pengembangan in-house graphic engine milik Quantic Dream terbilang maju dan bisa memaksimalkan konsol PlayStation 4. Meski bukan gim bergenre open-world , justru di sanalah kelebihan game dengan skala sempit seperti ini (Seperti Uncharted 4), dan hal itu dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Quantic Dream agar berhasil menyajikan sebuah gim AAA dengan visual papan atas di konsol next-gen yang serba terbatas. Penulis lebih senang menganalogikan sebuah konsol game itu layaknya jatah uang yang serba terbatas.

Could you spend them in optimum?”

Quantic Dream memang fokus terhadap penciptaan game engine yang berkemampuan menompang beban grafis tinggi; seperti detil animasi biometrik dan fisik karakter, pencahayaan lingkungan, serta cuaca yang terbilang serba dinamis. Kemudian karena basis game ini lebih difokuskan pada kekuatan cerita dan akting emosional, maka kalian akan lumayan banyak melihat adegan close-up wajah-wajah karakter yang implikasinya adalah menunjukkan seberapa detil dan realistis grafis yang bisa dicapai.

Those realism; I saw what you see.
You have beautiful eyes, North. I wonder if you are real person.
Air mata karakter terlihat realistis.
cerita yang emosional + visual papan atas = game fantastis.

Detil animasi dan ekspresi wajah, keringat, kain pakaian hingga kayupada lantai ketika tersorot cahaya begitu nyata dan mengagumkan (bahkan kamu bisa melihat pori-pori kulit karakter ketika adegan close-up). Ditambah akting para jajaran aktor yang terlibat tampak meyakinkan dan mampu membawa plot cerita lebih hidup. Bermain Detroit Become Human boleh dikatakan seperti menonton film sebuah animasi sci-fi. Penulis sangat mengapresiasi usaha keras tim developer untuk merelealisasikan ide-ide mereka yang hasilnya berkualitas.

Selama permainan kamu seharusnya tidak akan bosan dengan sajian visualisasi yang memesona. Tombol screenshot akan lebih banyak digunakan di game ini (sayangnya penulis memiliki segudang screenshot keren yang tidak semuanya bisa dimasukkan ke dalam artikel ini). Divisi lightning artists, environment artists, hingga character artists penulis rasa sangat bekerja keras dalam merealisasikan visi David Cage tentang masa depan. Patut diapresiasi.

Tetapi tidak sesuatu yang sempurna. Nyatanya penulis tetap melihat ada kekurangan yang mungkin tidak terlalu disadari kebanyakan orang. Ada beberapa lokasi yang membuat wajah karakter menjadi gelap dan itu juga penulis temukan di game AAA eksklusif PS4 lain seperti Unharted 4 dan Horizon Zero Dawn. Tetapi hal ini terbilang wajar sebagai kompensasi dari ‘budget’  konsol yang terbatas. Tidak ada game yang bisa tampil sempurna selama dikembangkan di konsol, menurut penulis. Bisa dibayangkan jika game AAA lain, tidak perlu jauh-jauh, Batman : Arkham Knight misalnyaBisa tampil ciamik selevel ini pun, penulis rasa Rocksteady kemungkinan kesulitan merealisasikannya jika dalam konsep open-world.

Soal resolusi, untuk versi PlayStation 4 adalah 1080p dengan 30 fps. Jika kamu memainkannya di versi PlayStation 4 Pro kamu bisa menikmatinya di resolusi 2160p.

IDE TENTANG MASA DEPAN

 

Anda dan pasangan sangat sibuk? Android bisa jadi solusi.

Selain grafis, penulis juga melihat ada hal menarik lain yang hanya bisa dirasakan ketika kamu memainkan dan menyelesaikan game ini. Hal itu adalah ide tentang masa depan hubungan antara manusia dan android. Situasi yang terjadi di kota Detroit tahun 2038 menggambarkan kehidupan masyarakat menengah ke atas yang sudah memanfaatkan android di kehidupan sehari-hari mereka, bahkan untuk hal remeh-temeh. Eksistensi android boleh dikatakan sebagai all-in-one solution technology. Tidak sempat mengurus bayi karena sangat sibuk? Android bisa menjadi solusi. Butuh pemesanan via online? Android bisa memprosesnya di tempat. Butuh bantuan polisi? Tak perlu khawatir karena android bisa menelepon mereka untuk anda tanpa perlu mengangkat telpon. Mungkin jika disuruh membangun rumah bahkan menjadi memimpin negara sekalipun, kemungkinan mereka bisa.

Mobil autonomous adalah teknologi masa depanDavid Cage tetap berusaha be present.

Kemudian penulis menyukai cara David Cage memvisualisasikan konsep masa depan (meski masa depan adalah topik yang melelahkan untuk dibicarakan) karena ia tetap mencoba realistis. Kamu tidak akan menemukan kendaraan terbang, hybrid antara manusia dan android, atau segala yang kamu pernah lihat di Cyberpunk 2077 atau film Bladerunner. David Cage tidak ingin lari terlalu jauh dari masa kini agar konsep masa depan tetap terasa masuk akal. Eksistensi android bagi dia adalah salah satu hal yang masuk 30 tahun kemudian.

______________________________________________________________________________________

SARAT AKAN MAKNA PENCIPTAAN

Bersiaplah.

Apa yang David Cage sampaikan di Detroit Become Human, tidak semata-mata ingin menunjukkan visual yang memanjakan mata dan balutan cerita emosional saja. Penulis yakin ada pesan yang ingin ia sampaikan, meski ia mengaku tidak ada pesan apapun untuk diinterpretasi dari cerita yang terjadi di Detroit.

Android menurut definisi Cage adalah …

Elijah Kamski; Pendiri CyberLife, pencipta Android. Kira-kira siapa pencipta android terkemuka di masa depan?

Kemudian David Cage juga menyelipkan konsep tentang hukum penciptaan dan dampak dari konsep hukum tersebut apabila dilanggar. Di Detroit Become Human manusia diposisikan sebagai Sang Kreator dan Android diposisikan sebagai produk. Manusia membeli dan memaanfaatkan android dengan beragam kebutuhan dan para android sudah sepatutnya mengikuti perintah manusia sebagai Sang Kreator mereka sesuai program. Mereka tidak diperbolehkan membangkang. Hukum penciptaan tidak berubah setidaknya sejak ribuan tahun lalu.

Namun kemudian, entah datang dari mana, para android ini menemukan ‘rahmat’ atau ‘hidayah’ yang membuat program mereka error dan kini memiliki sisi emosional seperti manusia. Tidak sampai disitu, para android ini mulai mempertanyakan apa tujuan mereka diciptakan, siapa mereka sebenarnya. Setelah itu mereka mulai menyebar pesan kepada satu sama lain, bahwa android ternyata makhluk hidup dan setara kedudukannya dengan manusia. Mereka menginginkan kesetaraan dengan pencipta mereka, yaitu umat manusia (what the hell?). Para android itu seperti menemukan agama baru yang mencerahkan mereka bahwa manusia hanyalah makhluk tirani yang memperbudak para android. Untuk itu para android merasa harus berdiri menghadap Sang Kreator untuk mendeklarasikan kebebasan mereka, baik secara tangan terbuka atau kekerasan jika perlu.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara para android ini berubah? apa yang menginspirasi mereka? dari mana datangnya rahmat tersebut? Apakah hukum penciptaan akhirnya bergeser? Temukan sendiri jawabannya.

Pertanyaan multi-tafsir yang sangat sangat berani.
Semua ditentukan di tangan pemain.
Jika kamu menganggap Markus adalah villain utama di sini, maka Connor adalah tokoh utama yang sedang diracuni program pikirannya oleh ‘setan’.
Salah satu model android yang menyandra anak kecil karena muak dengan manusia. Bukankah memang seperti tujuan mereka diciptakan?

Melihat hal ini Sang Pencipta, yaitu manusia, tentu tidak tinggal diam. Maka dikirimlah utusan bernama Connor, android rahasia dari CyberLife, yang ditugaskan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh para manusia pembangkang itu. Menyerah atau mati. Itu adalah pilihan para Deviant di mana opsi tersebut ada di tangan kalian

Nanti setelah menyelesaikan game ini, baik buruk ending ataupun nilai moral yang akan kalian lihat tidaklah bersifat mutlak dan tergantung dari sisi mana kalian memandang. Karena hal ini, sampai-sampai penulis memiliki catatan khusus tentang game ini karena penasaran dengan konsep ceritanya.

SANG BINTANG UTAMA.

Connor adalah bintang utama di game ini menurut penulis. Baik buruk dia tergantung pemain.
My name is Connor and i always accomplish my mission.

Di Detroit Become Human, kalian pasti akan memainkan tiga tokoh utama; Connor, Markus, dan Kara dengan masing-masing masalah yang mereka hadapi. Connor diceritakan sebagai android investigator yang dipenuhi tuntutan tugas. Markus adalah android rumah tangga yang difitnah. Sedangkan Kara adalah android pembantu yang mencoba menjadi sosok ibu yang baik. Ketiga karakter android tersebut pada dasarnya adalah manusia lemah yang apa daya eksistensinya ditujukan sebagai pelayan.

Namun bagi penulis, karakter Connor justru tampil sebagai tokoh pencuri spotlight di game ini, layaknya seorang pemeran utama di sebuah film Hollywood. Posisi Connor boleh dibilang sebagai kuda hitam karena fungsinya di dalam cerita bisa menentukan menang / kalah percaturan konflik di cerita Detroit Become Human. Bagaimana dengan karakter dan cerita Markus dan Kara? Meski mereka termasuk karakter protagonis di game ini, penulis melihat porsi eksistensi mereka hanyalah sebagai karakter tambahan yang didesain untuk memenuhi grand strategy dari ide cerita. Untuk cerita Kara, menurut penulis, hadir sebagai bumbu emosional semata. Konsekuensi cerita Kara tidak berdampak signifikan terhadap grand strategy plot yang disiapkan Cage. Sedangkan cerita Markus seolah digambarkan seperti kisah asal muasal bagaimana seorang good guy akhirnya berubah menjadi villain. Meski bagaimanapun, cerita Markus dan Kara memiliki porsi penting untuk menjaga koherensi ide cerita.

Untuk soal makna cerita, David Cage memang terlihat ingin mengembalikan semua penilaian pada persepsi pemain masing-masing. Tidak ada mana yang paling benar atau salah. Bahkan jika kamu tidak perduli sama sekali pun tidak masalah. Model bercerita seperti ini jadi mengingatkan penulis pada film Life of Pi dan Bladerunner, di mana meski film sudah berakhir, namun banyak pertanyaan yang masih menggantung di pikiran. Cage cukup handal dalam melempar cerita yang bersifat multi-tafsir hingga membuat pemain bertanya-tanya apakah kemunculan android benar-benar memiliki konsekuensi serius bagi umat manusia? Konflik cerita seperti ini yang penulis suka.

Bangkitlah!

Untuk sebuah game, kuaitas cerita Detroit Become Human tidak bisa diremehkan. Cara David Cage membawa kita dari sejak awal cerita sampai akhir dieksekusi dengan baik. Penulis pun tidak merasakan bosan karenanya. Hal ini menunjukkan bahwa Detroit Become Human tidak mengecewakan.

MASIH MENGGUNAKAN FORMULA YANG SAMA

Inilah identitas Quantic Dream, setidaknya sampai sekarang. Bagi kalian yang familiar dengan Heavy Rain dan Beyond : Two Souls, akan mudah beradaptasi dengan gaya kontrol game Detroit Become Human yang sederhana.

Detroit Become Human memiliki tiga cerita karakter android dengan tujuan dan kepribadian masing-masing. Setiap keputusan yang kamu pilih memiliki konsekuensi terhadap laju chapter dan ending cerita. Hidup mati karakter juga bergantung pada pada hal ini. Sistem outcome cerita berjumlah sebelas ending yang bisa kamu eksplorasi (ini sudah termasuk ending cerita dan nasib masing-masing karakter). Detroit Become Human mempermudah kamu untuk melihat progres permainan melalui menu flowchart untuk “menyontek” bagian mana dari cerita yang kamu belum buka. Bahkan penulis pernah membuat satu karakter karakter mati sebelum benar- benar mencapai resolusi cerita dan ada konsekuensinya.

Tinjau kembali arah cerita permainan kalian. Banyak adegan yang belum dibuka.

Menurut penulis tingginya replayability di jenis game seperti ini adalah hal yang wajar, dan menjadi hal positif dari segi cost : value time yang ditawarkan Quantic Dream. Pemain yang merasa kurang puas atau penasaran dengan outcome  lain yang belum terjamah bisa memainkan ulang campaign untuk mengetahui berbagai outcome cerita sepenuhnya dengan melihat flowchart. Sebelas ending cukup untuk bisa kamu selesaikan semua selama seminggu lebih dengan asumsi kamu tidak bermain setiap hari (pengulas game tidak masuk hitungan)

Penulis sendiri sudah menamatkan game ini sebanyak dua kali. Di ending pertama penulis membuat Kara mati dan Markus berhasil mencapai memenuhi rencananya. Sedangkan di ending kedua penulis membuat Kara dan Markus mati, sedangkan Connor berhasil menyelesaikan misinya menghentikan Deviants.

Seandainya kalian tahu soal adegan ini …

Segi mekanik permainan sendiri masih mempertahankan ciri khas Quantic Dream, seperti pada game – game garapan mereka sebelumnya, Heavy Rain dan Beyond : Two Souls. Tombol quick time events yang mengandalkan kombinasi tombol dan analog, serta sixaxis dan touchpad akan sering bermunculan di layar televisi atau monitor kalian. Bagian yang paling menantang adalah durasi QTE yang terbilang cepat dan dibumbui dengan shaky kamera untuk memecah fokus pemain. Saat adegan bertarung atau tembak-tembakan, bagi kalian yang memiliki bawaan pusing kepala akan hal ini, boleh jadi kalian tidak akan merasa nyaman dan telat menekan tombol yang benar.

Tetapi fair menurut penulis apabila mengatakan bahwa beberapa gamer pasti ada yang merasa kurang nyaman dengan gaya mekanik permainan seperti ini. Penulis berani mengatakan bahwa memang game ini cenderung berpotensi membosankan . Alasan paling dasar adalah karena kita tidak sepenuhnya bermain, jika definisi bermain game yang kalian maksud adalah memegang kendali penuh atas karakter kemudian menekan tombol sebebas mungkin. Namun di sisi bersebrangan, mekanik seperti ini memang boleh jadi diimplementasikan agar model narasi Quantic Dream tercapai, juga agar PlayStation 4 mampu menopang engine grafis Detroit Become Human yang terbilang berat. Wajar jika menyebut Detroit Become Human adalah sebuah game yang unik dari game kebanyakan.

LANJUTKAN CERITA ATAU BUAT DUNIA BARU

Tidak harus meneruskan apa yan sudah terjadi di Detroit. Quantic Dream bisa mengembangkan kisah baru tapi masih tentang seputar masa depan di mana eksistensi android masih menjadi kontroversi. Mungkin ide tentang pra atau pasca perang nuklir yang memiliki benang merah dengan android? Atau revolusi android layaknya film Terminator dan Bladerunner? Atau penjelajahan ruang angkasa bersama android? Apapun pokoknya.

Tetapi menurut penulis Quantic Dream sepertinya juga cocok menggarap game bertema horor yang mirip Silent Hills, Until Dawn, atau semacamnya. Atau Lanjutkan sajalah genre thriller seperti Heavy Rain kalau sudah kehabisan ide. Intinya buat lanjutkan ide cerita yang sudah pernah dibuat, atau buat cerita dunia baru. Sepertinya dengan kualitas storytelling yang dipegang oleh Developer asal Prancis ini, mereka mampu bersaing dengan developer AAA lain yang sudah melalang lintang di genre yang sama.

This is not what i had imagined on my first day.

KESIMPULAN

Menjilat darah android? Itu tindakan yang sungguh menjijikan, Connor!

Jika diminta menggambarkan satu kata soal grafis Detroit Become Human,  penulis cukup menjawab ‘wow’. Karena momen ‘wow’ terus bergulir sepanjang permainan, impresi positif tersebut termasuk faktor dominan yang membuat penulis nyaman bermain Detroit Become Human sampai selesai. Detroit Become Human memang game AAA yang unik sekaligus fantastis. Tidak banyak hal yang bisa dikatakan kecuali kamu memang harus mencobanya, setidaknya sekali. Kalau kamu merasa aneh dengan gaya kontrol permainan ini, kamu tentu berhak memasukkannya ke dalam impresi negatif disaat yang bersamaan. Tapi tidak bisa dipungkiri, dari segi visual dan cerita, Detroit Become Human sudah mengantongi skor memuaskan dari perspektif penulis.

Jadi jika ada yang mengatakan Detroit Become Human terasa membosankan dan lain-lain, penulis katakan mereka tidak sepenuhnya salah dan… tidak sepenuhnya benar juga. Ini hanyalah soal selera genre yang bersifat relatif berdasarkan tuntunan dari pengalaman bermain game dan banyak faktor lainnya. Bagi kamu yang menyukai game dengan storytelling berkualitas dan ide-ide cerita implisit yang bisa membuatmu berpikir ditambah dengan visualisasi grafis yang mempesona, Detroit Become Human hadir untuk kamu. Sekali lagi, apapun penilaian yang diberikan kepada game ini, penulis cenderung mengapresiasi karya Quantic Dream atas Detroit Become Human.

SKOR : 9.0


Like it? Share with your friends!

55
christianwolf

A person who loves Jazz.

0 Comments