RiME : Game yang Mengajarkan Cara Berdamai dengan Kematian


60

RiME adalah game dengan genre puzzle yang dikembangkan oleh Tequila Works. Game ini dirilis untuk Microsoft Windows, PlayStation 4, dan Xbox One pada Mei 2017, dan untuk Nintendo Switch pada bulan November 2017. Game ini adalah salah satu game yang paling dinantikan di tahun 2017 lalu karena menampilkan desain ilustrasi dunia yang sangat ciamik.

Gamebrott Editorial

Perpaduan antara pencahayaan, objek, waktu semuanya sangat terasa nyata. Kisah pengembangan game ini sendiri cukup unik. Awalnya, Tequila Works mengembangkannya khusus untuk judul eksklusif Xbox Live Arcade dan Windows 8 dan menawarkannya ke Microsoft. Tetapi proposal pengembangan ditolak karena tidak sesuai dengan fitur multiplayer dan social gaming yang ditekankan oleh Xbox Live Arcade. Sampai akhirnya RiME malah bergabung dengan Sony dan akan masuk menjadi judul eksklusif PS4 mereka.

Game ini mencuri perhatian saat pagelaran Gamescom 2013 lalu saat sesi game indie PlayStation. Namun, terlepas waktu pengembangan yang berlangsung lama, RiMe tak kunjung dirilis. Untungnya, publisher Greybox dan Six Foot akhirnya berkolaborasi untuk memastikan RiME dirilis ke pasaran. Akhirnya, tahun 2016 Tequila Works berhasil mengakuisisi RiME kembali dari Sony setelah ketidakjelasan pengembangan sebelumnya.

RiME sendiri dimainkan dalam tampilan third person. Brott akan memainkan anak laki-laki yang terdampar di pulau misterius. Game ini tidak memiliki tutorial dan petunjuk sama sekali sehingga dipastikan Brott akan sedikit kebingungan di awal game. Untungnya, Brott akan dibantu oleh seekor rubah sebagai pemandu petualangan.

Brott dapat melakukan banyak hal mulai dari berlari, memanjat, membawa objek, dan mendorong atau menarik objek yang lebih besar untuk menyelesaikan teka-teki yang ada. Brott juga dapat berteriak atau bernyanyi untuk membuat patung-patung di sekitar lokasi bercahaya atau membuka pintu dalam waktu yang terbatas.

Selama permainan, Brott akan mencoba mengingat bagaimana bisa terdampar di pulau itu. Seiring berjalannya waktu, Brott akan menyadari bahwa bocah laki-laki dan ayahnya berada di laut ketika badai menghantam dan ayahnya jatuh ke laut. Bocah itu berusaha menyelamatkannya tetapi hanya bisa memegang sebagian dari bagian jubah merahnya. Bocah laki-laki itu memakai kain ini untuk mengingatnya ayahnya dan membawanya ke menara pusat.

Saat Brott menaiki menara, Brott akan mendatangi area tambahan yang masing-masing secara individual mewakili lima tahap kesedihan. Akhirnya saat mencapai puncak menara, Brott akan melihat kepergian rubah yang sudah menemanimu dari awal. Brott akan kembali ke menara pusat dan menemukan bahwa sekarang terbalik di dalamnya dan memanjat kembali menuju pulau di awal cerita.

Di akhir cerita, Brott akan menyadari bahwa ceritanya sebenarnya berasal dari perspektif sang ayah yang menceritakan anaknya yang hilang di laut. Pulau dan menara yang dijelajahi adalah bagian dari pikirannya sendiri yang muncul untuk menolak kehilangan sang anak. Ayahnya membayangkan ketika anaknya telah kembali kepadanya dengan pergi ke kamar anak laki-laki itu, memeriksa semua mainannya, dan ketika ia berbalik untuk pergi, ia melihat penglihatan anaknya dengan kain merah yang muncul di tempat tidur.

Dengan sadar, ia memeluk putranya yang langsung menghilang dan meninggalkan kain merah di tangannya. Sang ayah akhirnya pergi ke arah jendela dan melepaskan kain, tersebut untuk menerima kehilangan sang anak.

Terdapat lima  level di game ini, yaitu Denial, Anger, Bargaining, Depression, dan Acceptance. Desain level ini mengambil referensi dari model Kübler-Ross yang dikenal dengan “Five Stages of Grief” atau “Lima Tahap Kesedihan”. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh psikiater Swiss-Amerika Elisabeth Kübler-Ross dalam bukunya tahun 1969, On Death and Dying. Model ini menggambarkan perkembangan status emosional yang dialami oleh pasien yang sakit parah setelah diagnosis mulai dari penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.

Kevin Sardà Pérez selaku Designer tahu benar bagaimana merepresentasikan ide tulisan storyline yang diberikan oleh Rob Yescombe dan Raúl Rubio Munárriz selaku Writer. Di awal cerita, Brott akan menganggap bahwa bocah laki-laki ini yang telah kehilangan ayahnya, namun sebaliknya. Seiring berjalannya waktu, Brott disadarkan bahwa jalan cerita game ini menggambarkan proses emosional yang dihadapi oleh sang ayah dalam menerima kehilangan anak laki-lakinya di lautan.

Di level pertama Denial, Brott akan mengetahui bahwa sang ayah masih berada di dalam tahap penolakan yang lebih mempercayai realitas palsu lebih baik dengan masih mempercayai bahwa anaknya tidak hilang. Brott akan memainkan karakter bocah laki-laki untuk mencari sosok lelaki berjubah merah di setiap tempat. Di akhir cerita akan muncul cutscene bahwa jubah merah tersebut milik sang ayah yang menghilang di tengah badai ketika berlayar.

Di level kedua Anger, Brott ditantang bertahan hidup dari serangan burung raksasa dengan cara berlindung di bawah awan hitam yang harus dilepaskan di tiap tempat. Cutscene di akhir level menjadi jelas bahwa sebenarnya bocah laki-laki yang hilang dan sang ayah mengakui bahwa penolakan tidak dapat dilanjutkan. Ia menjadi frustrasi dan selalu mengatakan bagaimana ini bisa terjadi pada saya dan mengapa ini terjadi.

Di level ketiga Bargaining, sang ayah masih melakukan negosiasi dengan melibatkan harapan. Ia melakukan kompromi agar dapat menghindari penyebab kesedihan ini. Di level keempat Depression, sang ayah akan dihadapkan pada keputusasaan untuk mengakui bahwa anak laki-lakinya telah mati. Di level kelima, Acceptance, sang ayah sadar bahwa kematian adalah masa depan yang tak terelakkan yang dapat menimpa orang yang dicintai bahkan untuk anaknya sendiri.

RiME adalah game apik yang mengajarkan gameplay melalui proses emosional karakter. Game ini mengajarkan bagaimana cara berdamai dengan kematian seiring berjalannya waktu. Itu dia review game RiME yang pernah saya mainkan. See you at the next review!


Like it? Share with your friends!

60
Arya Adhitya

Platform main game boleh beda, tapi kita berdiri di semesta game yang sama. Ceilah.

0 Comments