Group advokasi ini siap memerangi praktik microtransaction dalam video game ?
Tahun 2017 lalu merupakan tahun yang lebih penuh dengan duka dan kekecewaan bagi para mayoritas gamer. Game-game dengan ekspektasi tinggi yang rilis pada tahun lalu kebanyakan tidak cukup berhasil dalam memberikan sebuah afeksi bagi para gamers. Baik dari segi story, gameplay, port, sampai ke hal yang menjadi fokus utama dari kemurkaan para gamer, yaitu hadirnya Microtransaction.
Hadirnya microtransaction pada sejumlah game-game di tahun 2017 ini rupanya menjadi momok utama dari kekecewaan para gamers. Mulai dari microtransaction yang pertama kali diperkenalkan dalam game full price single player, Middle Earth: Shadow of War. Sampai puncaknya yang paling parah berupa pengimplementasian gacha loot boxes di Star Wars: Battlefront II. Bagi yang belum sempat tahu, Microtransaction adalah sebuah layanan untuk membeli suatu benda virtual dalam game yang biasanya kalian harus merogoh kocek dengan uang asli apabila ingin membeli benda tersebut. Benda yang dimaksud bisa berupa item eksklusif, booster, skin, dan lain-lain yang dapat memberi kemudahan untuk kalian dalam bermain.
Setelah praktik microtransaction pada Star Wars Battlefront kemarin telah menjadi sebuah bom waktu yang meledak di kalangan komunitas para gamers. Dimana sudah mulai banyak seruan-seruan untuk memboikot atau bahkan memberikan sebuah public shaming ke publisher dari game tersebut. Pada saat ini, sekarang sudah muncul sebuah gerakan sosial yang ingin memberantas dan sekaligus juga mencegah munculnya praktik-praktik “perampokan” ini di kemudian hari.
Inisiator Gerakan Sosial ini tidak pernah merasakan atmosfer kerja di dunia industri video game ?
Christopher Hansford, seorang pegawai yang bekerja di sebuah perusahaan milik pemerintahan US ini bersama dengan dua koleganya, yaitu Thomas Seifert, dan Martin Statdner mendirikan sebuah gerakan kelompok advokasi yang dinamai Consumer For Digital Fairness atau biasa disingkat menjadi CDF. Meski para pendiri dari gerakan CDF ini tidak mempunyai pengalaman dalam bidang industri video game, akan tetapi mereka dipersatukan oleh sebuah hobi mereka yang sama dan berhasrat ingin dalam menegakkan keadilan di dunia pasar digital.
Dilansir melalui situs resminya, CDF hadir secara publik dan memiliki misi sebagai berikut:
- Mendirikan sebuah organisasi CDF secara resmi agar dengan efektif memberantas unsur-unsur perjudian di dalam video game
- Mendidik dan memberikan edukasi kepada para elemen-elemen pemerintah tentang praktik-praktik anti konsumen dalam industri video game guna menumbuhkembangkan kesadaran terhadap munculnya praktik-praktik alternatif yang lebih menghormati posisi konsumen.
- Mengkampanyekan cerita-cerita dan testimoni pejuangan dari para korban yang pernah mengalami kecanduan judi di dalam video game dengan tujuan mencegah timbulnya korban yang sama di kemudian hari
- Membuat kerangka kebijakan politik yang diperlukan untuk memberikan perlindungan dalam menjamin tegaknya keadilan digital bagi semua orang beserta memutus semua sistem-sistem judi yang adiktif dan buas di dalam video game
Meski baru didirikan di tahun 2017 lalu, gerakan ini baru mulai aktif berkampanye pada awal tahun 2018. Saat ini, kelompok CDF tersebut sedang menggalang dana dan baru saja mendirikan akun Patreon beserta Twitter untuk mengkampanyekan aksi mereka di media sosial. Dana yang akan digalang tersebut nantinya akan digunakan sebagai dana pembangunan gedung resmi, manajerial organisasi, sampai ke sarana untuk bisa berinteraksi langsung dengan para elemen-elemen pemerintahan.
Wah semoga saja ya brott dengan hadirnya CDF, game-game microtransaction, loot boxes, dan sejenisnya di tahun 2018 ini bisa semakin berkurang. Sehingga tidak perlu ada drama sinetron yang aneh-aneh lagi di komunitas para gamer.