Dev. Cuphead Tak Sarankan Developer Lain Ikut Gadai Rumah untuk Selesaikan Game

Cuphead

Setelah 10 tahun pengembangan, perjuangan Chad dan Jared Moldenhauer tak terbuang sia-sia dalam membuat Cuphead. Dalam waktu cepat, game telah terjual lebih dari 1 juta kopi, sebuah angka yang fantastis untuk game skala indie. Pembuatan game ini membuat Moldenhauer bersaudara relakan semua yang mereka miliki mulai dari perkerjaan tetap hingga rumah mereka. Semuanya untuk ciptakan game yang sesuai dengan visi mereka, dan hasilnya telah memuaskan tak hanya mereka saja, tapi juga gamer yang setia menunggu game ini rilis.

Kotaku yang wawancarai dua saudara ini menanyakan banyak pertanyaan mulai dari desain bos, awal mulai desain Cuphead dan Mugman, apa isi kepala dari kedua karakter, dll. Namun komentar yang paling menarik datang saat mereka ditanyai tentang kisah gadai rumah mereka untuk melanjutkan pembuatan game.

Kotaku: Saya ingat membaca tentang kalian menggadai rumai untuk biayai proyek ini. Benar-benar sebuah resiko yang besar.

Jared: Selalu ada resiko untuk apapun. Film, buku – selalu menjadi sebuah tugas yang sulit untuk memulai sebuah industri. Kami selalu lakukan apa yang kami rasa nyaman. Ketika game ini masih skala kecil, kami masih punya perkerjaan tetap. Andai saja kami tahu akan ini (gadai rumah) dari awal, kami sudah hilang semangat. Saya rasa triknya adalah mengambil langkah kecil terlebih dahulu perlahan-lahan. Yang terpenting bagi saya adalah jika kamu benar-benar semangat akan sesuatu, mulailah saja. Pikirkan momen yang tepat dan lalu perbesar proyek tersebut disaat waktunya tiba.

Chad: Ada sebuah aturan indie yang mengatakan “mulai dari yang kecil, ciptakan sesuatu yang kecil, lalu dikembangkan lagi.” Ketika saya pikirkan kembali, ini (Cuphead) hampir seperti 3 game terpisah yang kemudian kami gabungkan jadi satu. Jangan pernah kamu miliki pemikiran “Kami akan buat game, belajar studi perusahaan, lalu gadai rumah kami sekarang.” Saya takkan pernah sarankan hal tersebut. Buatlah tim kecil, jagalah perkerjaanmu, lalu pertimbangkan kembali saat game-mu mendekati selesai. Berhati-hatilah sebelum kamu buang semua uang dan waktumu.


Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak beberapa hal yang ditanyakan oleh Kotaku pada wawancara ini. Berikut beberapa yang pertanyaan dan jawaban yang menarik dari wawancara tersebut.

Kotaku: Apakah ada boss atau ide yang tak hadir ke versi final?

Jared: Ketika game masih skala kecil, kami dulunya punya kelelawar. Orang mungkin sudah melihatnya sebelumnya. Dia akan jadi semacam awal dari boss akhir tapi kami tidak selesaikan animasinya. Ketika datang hari dimana kami ingin perbesar game, kelelawar tersebut terlihat tak lagi cocok untuk dunia yang kami buat. Daripada kami paksakan diri untuk selesaikan dia, kami tinggalkan boss tersebut.

Kami juga punya konsep lain yang tak pernah kami program atau animasikan. Kami sempat terpikir akan unik jika punya boss yang kamu lawan di sebuah lembaran musik dan musik yang dimainkan adalah pola yang harus kamu ikuti. Pembuatannya menjadi semakin rumit karena lagunya perlu diubah sesuai pilihan difficulty. Kami tak terlalu mau melakukan itu.

Kotaku: Adakah boss yang kalian benar-benar senangi? Boss yang kamu lihat dan katakan “Wow, kita berhasil?”

Chad: King Dice. Kami begitu ingin mini boss didalam boss, masing-masing punya background sendiri – terdengar sangat keren di atas kertas ide. Melihat kami berhasil melakukan itu benar-benar buat kepala saya pecah.

Jared: Saya punya koneksi yang erat dengan si bajak laut. Boss itu jadi momen dimana saat saya memainkannya … saya merasa tambah yakin. Saya merasa “Ini akan jadi game bagus. Game ini adalah sesuatu yang saya bangga telah kerjakan dan buat.” Boss tersebut jadi pertanda awal bagi saya untuk merasakan proyek ini akan berjalan baik; Saya masih merasakan itu tiap kali saya memainkan boss itu.

Kotaku: Apa isi didalam Cuphead?

Chad: Kami selalu mengatakan itu adalah intisari atau nyawa mereka.

Jared: Itu bukanlah sesuatu yang benar-benar kami definisikan. Saya rasa itu hanya desain estatik saja, tapi akan aneh jika kami buat didalam cangkir tersebut cahaya merah atau semacam itu. Jadi kami langsung saja berpikir “Ya, itu nyawa mereka!”

Chad: Tak berarti nyawa mereka terbuat dari susu; didalam cangkir itu bisa apa saja. Semuanya terserah fans mau menganggap itu apa.

Selengkapnya dari wawancara ini bisa kamu baca langsung disini.

Source: Kotaku

Exit mobile version