Pembajakan memang menjadi suatu permasalahan sekaligus kontroversi tersendiri, selain karena Pembajakan memang berdampak buruk terhadap industri namun juga karena penikmat bajakan masih cukup banyak di Indonesia. Menurut laporan dari Vice, bahwa salah satu pedagang game di Indonesia mampu meraup keuntungan 25 Juta rupiah dari berdagang GTA V ketika awal game tersebut keluar. Kerugian akibat dari pembajakan ini baru dari satu pedagang, belum dari kerugian pendownloadan bajakan via Internet.
Hal ini yang nampaknya dirasa menjadi permasalahan bagi beberapa orang terutama pengembang game asal Indonesia. Ketika Tim Gamebrott melakukan wawancara Ekslusif dengan salah satu pengembang game di Indonesia, Mojiken Studio. Ia menyampaikan bahwa Indonesia saat ini tengah “di Ban” dalam pembuatan game di beberapa Console Next-gen. “Analisa saya yang melihat (keadaan) yang terjadi di Indonesia sendiri adalah karena maraknya pembajakan” Kata CEO Mojiken Studio Eka Pramudita. Selanjutnya ia menambahkan fakta bahwa pada masa lalu kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan game bajakan pada Console maupun platform yang mereka gunakan. Kalian bisa lihat video pada menit ke 12:08.
Hal ini yang nampaknya membuat para pemegang lisensi platform cukup berhati-hati untuk mengbulkan lisensi platform pada pengembang game di Indonesia. Mengingat Mojiken merupakan studio pertama yang berhasil merilis gamenya kedalam pasar Switch, nampaknya hal ini tak bisa dianggap remeh. Selain faktor mengenai pembajakan, alasan lain mengapa pemegang platform cukup ragu-ragu memberikan lisensi terhadap pengembang Indonesia adalah juga karena keadaan Politik Indonesia dan karena kebijakan pemerintah.
Sebuah hal yang cukup perlu perhatian khusus, dimana mungkin dari kita beranggapan bahwa membajak suatu game hanya merugikan developer besar tertentu. Namun ternyata pengembang yang tengah berjuang juga cukup terkena imbasnya.