Direktur Cuphead Tidak Masalah Game nya Harus Delay, Selama Staf Developer Tetap Sehat

Direktur Cuphead Tidak Masalah Game Nya Harus Delay

Direktur Cuphead tidak masalah game nya harus delay selama semua staf dari developer-nya tetap sehat secara fisik dan mental. Itu karena menjaga kesehatan baik secara fisik maupun mental tentunya sangat perlu untuk para developer maupun pekerja di industri kreatif lainnya. Apabila kesehatan mereka terganggu tentunya hasilnya juga tidak akan terlalu memuaskan.

Mungkin itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa developer Cuphead menyatakan bahwa mereka tidak masalah bahwa game nya harus di-delay, selama staf nya tetap sehat secara fisik dan mental.

Direktur Cuphead Tidak Masalah Game nya Harus Delay

Informasi ini kami peroleh melalui wawancara Maja Moldenhauer selaku direktur dari game Cuphead bersama IGN, yang menyatakan bahwa prioritas utama mereka adalah untuk memperhatikan kondisi dari para staf nya.

Maja Moldenhauer

Moldenhauer menyatakan bahwa tujuan utama dari tim mereka adalah tetap menjaga semua staf nya tetap bahagia, terutama setelah pandemi COVID – 19 yang akhirnya mengakibatkan DLC game nya harus delay beberapa kali.

Moldenhauer juga menyatakan bahwa ini adalah sebuah video game, dimana kesehatan mental harus dikedepankan, berapa pun waktu yang harus diambil untuk para staf nya dirinya tidak masalah. Jika memang perilisan gamenya harus lebih lama, dirinya tidak peduli.

Budaya ini dikatakan oleh Moldenhauer adalah hasil dari sejarah para staf nya di perusahaan sebelumnya yang tidak mereka dapatkan, seperti saling menghormati, cinta, dan dukungan kepada satu sama lain.

Itulah mengapa, DLC The Delicious Last Course yang awalnya ditargetkan untuk rilis pada tahun 2019, akhirnya delay sampai tanggal 30 Juni 2022. Karena Maja Moldenhauer ingin menghindari budaya crunch serta pandemi COVID – 19 yang memang memaksa para developer untuk bekerja secara WFH.

Budaya Crunch yang Sering Terjadi Kepada Beberapa Perusahaan Game

Pernyataan Moldenhauer bisa dikatakan cukup ‘menampar’ beberapa perusahaan terutama para developer game yang seringkali melakukan budaya crunch ataupun memaksa para staf nya untuk segera menyelesaikan gamenya sesuai tanggal rilis.

Budaya crunch yang cukup sering terjadi

Crunch sendiri merupakan lembur wajib yang dilakukan oleh developer game sebagai salah satu cara untuk menghemat biaya produksi, dan dalam satu minggu mereka dapat bekerja dalam 65-80 jam dalam waktu yang lama, dan seringkali tanpa kompensasi.

Jangan mengira bahwa developer besar yang sudah jelas dengan jam kerja mereka akan lebih jarang melakukan crunch terhadap para staf nya, karena malahan yang sering tersorot adalah para developer besar yang mungkin kita tidak sangka – sangka.

Sebut saja Rockstar yang ternyata melakukan budaya crunch untuk game Red Dead Redemption 2 mereka sampai 100 jam per minggu, atau Naughty Dog untuk game The Last Of Us 2 mereka, dan tentunya masih banyak lagi.

Memang tidak bisa dibilang bahwa para developer yang melakukannya itu 100% salah, karena mereka juga perlu menepati janji kepada investor maupun konsumen yang sudah melakukan pre-order gamenya dan beberapa alasan lainnya.

Jadi bagaimana menurut kalian? Apakah setuju dengan pernyataan Maja Moldenhauer? Namun dengan risiko gamenya akan banyak melakukan delay untuk menjaga kondisi staf nya? Atau sebaliknya? Dimana game akan dirilis dengan tepat waktu walau harus ‘sedikit’ mengorbankan kesehatan mereka?


Baca juga informasi menarik lainnya terkait berita game atau artikel lainnya dari Khrisnanda. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version