Dokter Tirta Beri Himbauan Soal Dampak Bermain Game, Jelaskan Plus Minusnya!

Dokter Tirta Video Game

Turnamen Dota 2 The International 10 telah banyak menyimpan momen yang cukup bersejarah untuk dikenang. Selain menjadi turnamen pertama yang dihiasi oleh 2 pemain dari tanah air, Turnamen TI tahun ini juga nampak memberi kesan penting bagi Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab disapa “Dokter Tirta”.

Keberhasilan Team Spirit keluar sebagai juara rupanya membuat nama dari sosok dokter dengan gaya bicara ceplas-ceplos ini meroket kembali. Salah satu pemain Team Spirit dengan nama “TorontoTokyo” disebut-sebut memiliki wajah yang mirip dengannya. Sebagai seorang penggemar game Dota 2 dan event TI, Ia sendiri menyadari dan ikut memberi respon terhadap hal tersebut yang alhasil, membuat dirinya viral lagi selama beberapa waktu pasca turnamen TI 10 usai.

Punya Pengalaman sebagai Gamer

Seolah membuka kembali banyak memori indah, dokter Tirta pun buka suara. Lewat video Youtube #suaratirta terkini yang telah kemarin ia unggah di channel Youtube-nya, dokter Tirta membahas banyak hal seputar kejadian di TI, pengalamannya terhadap game Dota 2, hingga yang paling menarik menilai dampak dari aktvitas bermain video game itu sendiri dari segi medis atau kesehatan.

Di video, dokter Tirta sebelumnya memang menceritakan bahwa ia dulunya gemar bermain Dota 2 sejak era Dota 1 di tahun 2007 silam. Secara pribadi, ia bermain game murni untuk mengisi waktu luang dan melampiaskan kesenangan. Meski tidak memiliki niatan untuk menjadi seorang streamer, beliau diketahui sempat bermain secara lebih rutin sejak 2010 sampai 2013 bersama dengan teman-teman dokter seangkatannya.

Dalam pertengahan video, Dokter Tirta pun mulai membahas topik yang lebih serius, yakni tentang masalah kecanduan video game. Di sana, beliau menyinggung soal fenomena kecanduan game yang kini sudah resmi dikategorikan sebagai penyakit dan kebetulan sempat secara santai berdiskusi dengan teman dokternya yang tengah meneliti suatu topik tentang “Bahaya Overdosis Gim Internet pada Fungsi Pikir” untuk pengukuhan gelar S3-nya.

Secara mendasar, Tirta menjelaskan bila penyakit game ini lebih ditujukan ketika seseorang sudah terlalu berlebihan dalam bermain. Biasanya, lebih banyak dialami oleh anak-anak kecil yang masih sedang dalam masa pertumbuhan. Ibaratnya seperti kecanduan kokain, anak-anak yang kecanduan game biasa memiliki sifat yang temperamental atau pemarah, khususnya ketika mereka dilarang bermain game dan ingin berupaya untuk menirukan karakter yang ia mainkan tersebut.

Khawatir dengan PUBG dan Free Fire ?

Dokter Tirta Beri Himbauan Soal Dampak Bermain Game, Jelaskan Plus Minusnya! 4

Dari sana, Dokter Tirta pun lalu menggarisbawahi dan menyayangkan banyaknya anak-anak di bawah umur yang memainkan game-game seperti PUBG dan Free Fire. Apalagi ketika mereka sudah punya bayangan; “Ohh… bunuh orang itu asyik ya ?” serta menyinggung keberadaan pemain dewasa di tengah-tengah mereka yang biasa melampiaskan stres dengan bertindak toxic.

Karena anak-anak tentu saja bisa berpotensi besar untuk menirukan sekaligus memproyeksikan mentalitas tersebut ke dalam dunia nyata. Seperti berkelahi dengan teman kalau semisal kalah game, hingga menunjukan sifat yang sangat pemarah ketika dilarang untuk bermain game.

Kebetulan sebagai orang tua, Dokter Tirta pun memang mengakui secara penuh untuk melarang anaknya (yang masih berusia 5 tahun) untuk memainkan kedua game yang akan unsur ”memegang senjata api” itu. Namun di satu sisi, ia tetap membiarkan buah hatinya memainkan game yang lebih dirasa aman/cocok seperti game strategi, game RPG, dan Minecraft dengan waktu yang dibatasi.

Manfaat positifnya

Dokter Tirta Beri Himbauan Soal Dampak Bermain Game, Jelaskan Plus Minusnya! 5

Disamping menjelaskan bahaya memainkan video game bila dilakukan secara berlebihan, bermain game tetap juga memiliki dampak yang positif menurutnya. Yakni apabila waktu penggunaannya bisa lebih terkontrol atau diawasi, bermain game bisa melatih perkembangan motorik seseorang. Seperti untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahasa asing (Inggris) dan meningkatkan daya respon si pemain. Sehingga beliau pun lebih menegaskan bahwa aktivitas anak dalam bermain game itu tentunya harus sebisa mungkin diawasi, terlebih dari peran orang tua.

Melalui video yang ia bawakan tersebut, Dokter Tirta di sini hanya memfokuskan bahaya kecanduan bermain game dalam konteks untuk anak-anak saja. Sedangkan pada konteks orang dewasa, ia merasa bila setiap orang yang berada pada usia-usia 17 tahun itu sudah sadar penuh dengan yang namanya resiko, berbeda dengan anak yang secara psikologis masih rawan. Sehingga tentu pendekatannya bakal lebih berbeda lagi.

Sebagai gamer, kira-kira apakah kamu cukup sepakat dengan pendapat beliau? Mengingat dalam video Dokter Tirta sendiri meyakini atau mengklaim bila himbauannya ini pasti cukup oleh banyak gamer-gamer dewasa di seluruh dunia.


Baca pula informasi beserta dengan kabar-kabar menarik lain seputar dunia video game dari saya, Ido Limando. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.

Exit mobile version