Eropa Akan Memberi Label Khusus untuk Game yang Menggunakan Microtransaction

rgrdgd

Microtransaction atau in game purchase kini memang menjadi ladang panen bagi para pengembang game dan publisher namun menjadi jebakan ranjau bagi para gamer. Eropa, sebagai salah satu benua dengan tingkat populasi gamer tertinggi pun sempat dipusingkan dengan model bisnis yang bahkan diadaptasi di game-game full price. Badan Rating Game Eropa (PEGI) bahkan telah mem-ban lootbox  dari beberapa game seperti Overwatch, CS:GO, Forza 7, dll.

Dan untuk mengatasi hal tersebut PEGI akhirnya mengeluarkan peraturan dimana semua game digital yang didistribusikan di wilayah Eropa harus menyertakan “Peringatan” yang memberitahu para pemain bahwa mereka akan membeli game dengan microtransaction di dalamnya. Hal ini sendiri dianggap sudah efektif bagi PEGI untuk memperingati para gamer yang akan membeli gamenya, namun “Peringatan” tersebut hanya tertera untuk mereka yang membeli  secara digital sedangkan untuk game fisik masih sangat rentan terhadap resiko “terjebak” di game dengan microtransaction.

Terlebih lagi mayoritas para pembeli dari game fisik ini adalah para orang tua yang membelikan game untuk anaknya via thegamer. Sehingga akhirnya mereka kini mengeluarkan label khusus untuk game fisik, yang akan menginformasikan para pembelinya terutama para orang tua bahwa game yang mereka beli terdapat microtransaction. Hal ini sendiri didasarkan dari hasil riset dari IPOS yang menunjukkan bahwa 2 dari 5 orang tua di Eropa memiliki anak yang sudah pernah melakukan transaksi dalam game. Dan 8 dari 10-nya memiliki sistem yang memberitahu mereka berapa banyak anak-anak mereka bisa menghabiskan uang untuk game.

Logo in-game purchase yang akan dipasang oleh PEGI

Manajer Direktur dari PEGI – Simon Little juga mengatakan “Melihat deskripsi sederhana pada packaging game yang mereka (Orang tua) akan beli akan memicu refleks mereka untuk memperhatikan lebih jauh gameplay apa yang ditawarkan oleh gamenya. Sehingga diharapkan bahwa kasus seperti anak-anak yang menghabiskan kartu kredit orang tuanya lewat pembelian dalam game tidak terjadi lagi kedepannya. Menurutmu apakah Indonesia membutuhkan peringatan semacam ini untuk para orang tua?

Exit mobile version