Brott setelah membaca judul artikel mungkin berpikir bagaimana bisa sebuah game olahraga yang harusnya bisa dimainkan siapa saja bisa membuat sekelompok orang “triggered“? Semua ini dikarenakan oleh keputusan EA merilis kaos tim dengan tema pelangi yang ditujukan untuk para kaum LBGT, EA Sports ingin mengurangi tingkat homophobia, biphobia dan transphobia dari sepak bola dunia. Namun tampaknya mereka tak mengira jika hal ini dapat mengakibatkan game mereka terancam di-banned di negara Rusia.
Politisi di negara Rusia secara resmi meminta game sepak bola dari EA ini diperiksa oleh badan komunikasi negara karena dianggap telah mempromosikan hubungan sesama jenis yang tak hanya dianggap telah melawan hukum disana, namun juga dianggap dapat “merusak perkembangan moral serta kesehatan anak-anak”.
Show your support, get your FREE Rainbow kit in FUT now! More on the #RainbowLaces campaign: https://t.co/2NohXaloXe pic.twitter.com/xSbY9G8wAp
— EA SPORTS FIFA (@EASPORTSFIFA) November 26, 2016
Bulan lalu, Liga Inggris melenggarakan sebuah kampanye berjudul “Rainbow Laces”, dimana pemain-pemain di liga tersebut akan menggunakan kaos kaki dengan tema pelangi sebagai bentuk support kepada para pemain LBGT.
Melihat EA Sports ingin membuat game mereka serealistik mungkin dengan apa yang ada di dunia nyata ditambah lagi dengan liga Inggris adalah salah satu liga yang menjadi favorit para pemain, FIFA 17 diberikan kaos tim dengan warna yang sama yang dapat didownload secara gratis.
Walau hanya sebagai fitur kecil dan amat opsional, pemerintah Rusia merasa game tersebut telah melawan hukum disana yang telah melanggar gay maupun hubungan sexual yang tak lazim lainnya.
Konten opsional ini terancam membuat FIFA 17 di-banned atau setidaknya disensor di Rusia. Pemerintah Rusia ingin pihak developer dari FIFA 17 segera mengubah kode programming atau klasifikasi umur dari produk mereka, jika tidak game ini akan segera dilarang beredar di negara tersebut. Mereka menegaskan bahwa mereka ingin hukum dan aturan yang ada didalam negara tersebut dihormati serta dituruti.
Source: The Guardian