Hobi manusia itu ada banyak sekali macamnya; dari yang menguntungkan sampai tak menguntungkan sekalipun. Namun, kegiatan yang biasa dilakukan untuk mengisi waktu luang ini tak tutup kemungkinan mampu mengisi kehampaan hidup seseorang.
Salah satu hobi yang digandrungi para geek adalah hobi mechanical keyboard. Hobi seperti apa sih ini? Artikel ini berisi first impression pertama saya, penulis Gamebrott, sebagai pemula di dunia per-keyboard-an dan bagaimana saya bisa mencelupkan kaki ke dalamnya.
Daftar isi
Hobi Mechanical Keyboard, Racun yang Bikin Ketagihan
Sebagai content writer di Gamebrott, tentu saya menghabiskan waktu selama 8 jam penuh untuk membagikan informasi berupa artikel—yang artinya, seperempat hari saya dihabiskan di depan PC untuk mengetik.
Selain menulis di Gamebrott, terkadang saya juga kembali menyalakan laptop untuk menulis hal lain ketika pulang ke rumah. Berulah jika merasa burn out atau mentok ide, saya beranjak bermain game sampai ngantuk.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa saya banyak bersentuhan dengan keyboard selama seharian penuh.
Awal Mula Terjun Ke Dunia Mechanical Keyboard
Terimakasih kepada keyboard laptop saya yang mendadak rusak. Entah permasalahan ada di mana, tiba – tiba saja benda itu tidak berfungsi sama sekali. Sebagai orang yang hidupnya tak lepas dari kegiatan ketik – mengetik, tentu ini membuat saya frustasi berat—seperti kehilangan belahan jiwa.
Akhirnya, berangkatlah saya untuk berkonsultasi dengan salah seorang penulis Gamebrott yang lebih sepuh soal perkomputeran. Tak begitu ingat secara detil bagaimana ia menjelaskan permasalahannya, yang saya ingat pasti hanyalah solusi terbaik yang ia berikan.
Beli keyboard mekanik aja!
Mas Bima, Penulis Senior Gamebrott.
Awalnya saya hanya “ah elah!” karena saya tahu Mas Bima memang suka memperbanyak anggota di sekte keyboard mechanical yang ia gandrungi. Jadi, sarannya tak saya indahkan waktu itu.
Alasan lain mengapa saya masih belum melirik karena jari saya mungkin gak akan terbiasa dengan keyboard – keyboard lain selain keyboard bawaan laptop itu sendiri.
Namun, entah setan mana yang membuat hati saya tergerak untuk mencari “keyboard mechanical” di kolom pencarian toko oren. Langsunglah bermunculan segala rekomendasi dan sugesti dari toko online tersebut yang memberikan tampilan keyboard mechanical yang memanjakan mata alias gemoy – gemoy!
Dari sinilah sebenarnya saya mulai tergerak untuk mencari tahu sedikit – demi sedikit.
Ternyata Banyak Jenisnya!
Perlu ditekankan, saya ‘baru mencari tahu‘, belum terjun sepenuhnya. Ibaratkan kata, masih lihat – lihat bentuk airnya saja dari kejauhan. Setidaknya memakan waktu selama 1 minggu untuk saya berpikir membeli mechanical keyboard seperti saran Mas Bima, atau saya keluarkan uang ke Service Center untuk memperbaiki keyboard di laptop bawaan.
Sebagai TMI saja, hampir separuh karyawan Gamebrott menggunakan mechanical keyboard seperti halnya Mas Bima. Dan setelah saya perhatikan baik – baik dengan mata dan telinga, ternyata mechanical keyboard ini ada banyak macamnya!
Entah itu dari jenis keycaps dan tentunya jutaan jenis switch yang sangat berpengaruh pada kualitas keyboard seseorang. Setidaknya, itulah dua inti paling dasar yang harus saya pahami untuk bisa mengantarkan artikel ini.
1. Royal Kludge (RK) 61Plus
Isenglah saya izin mencoba keyboard milik Mas Bima. Sensasi saat menekan setiap keys terasa jauh berbeda dengan yang selama ini saya rasakan di keyboard laptop. Rasanya berbeda dengan keyboard yang selama ini saya coba; baik di laptop atau keyboard di warnet yang saya datangi.
Barulah Mas Bima menjelaskan bahwa segala sensasi yang saya rasakan ini tergantung dari Switch dan Keycaps yang digunakan. Tak hanya sensasi saat mengetik, suara yang dihasilkan pun tak kalah menarik perhatian saya.
Keyboard milik Mas Bima sedikit lebih bersuara namun suaranya lebih redam. Lebih ke suara ‘klak klak klak klak‘ yang satisfying banget pokoknya! Kalo kata Mas Bima sih, kibornya memang sengaja dibuat redam karena orangnya gak suka dengan keributan walau orangnya suka cari ribut.
Mas Bima menjelaskan bahwa ia menggunakan switch Gateron Milky Yellow dan keycaps jenis CSA. Ia menghabiskan sekitar *tebak nominal* untuk build keyboard minimalis ini.
Padahal ini cuma Gateron Milky Yellow yang murah. Gimana pas nyoba switch yang lebih mahal? mau dibawain?
Wow, sepuh banget Mas Bima.
2. VortexSeries VX5 Pro
Saya percaya, beda kepala beda pula build keyboard-nya. Puas mengotak atik keyboard Mas Bima, saya pindah gangguin Dek Benu. Otot jari saya sudah ekspektasi akan merasakan sensasi yang sama namun ternyata berbeda banget!
Setelah saya tanya, Benu menjelaskan bahwa keyboardnya menggunakan keycaps jenis Cherry Profile yang naik turun seperti kondisi keuangan dan switch Akko Snow Blue Gray. Setelah saya tanya, Dek Benu menghabiskan sekitar Rp. 675.000-an untuk build ini.
3. Gamen Titan Elite
Saya tak berhenti sampai di Dek Benu saja. Korban saya selanjutnya adalah Dek Zikri yang juga memiliki mechanical keyboard yang tak kalah mencolok bentuknya. Berharap merasakan sensasi yang sama, ternyata ekspektasi saya malah jauh berbeda.
Ketika saya coba bawa mengetik, rasanya agak… aneh. Terlalu ringan untuk otot jari saya yang selama ini kerjanya berat. Setiap key yang saya pencet membawa saya jatuh ke dalam lubang tanpa ada jeda sama sekali. Saya langsung berkesimpulan: “saya ga cocok sama yang ini.”
Setelah saya tanya, ternyata saya gak cocok sama switch KTT Red Wine yang dipakai oleh Zikri. Tapi, saya lumayan tertarik dengan keycaps yang dia pakai. Bentuknya mirip dengan CSA milik Mas Bima, namun keycaps Shimmer XDA milik Dek Zikri lebih gemoy dan bervariatif.
Untuk buildnya sendiri, Dek Zikri sudah menghabiskan sekitar Rp. 680.000-an. Sebab dia tak hanya menggunakan satu switch saja. Namun ada KTT Ash Gray juga yang ia pakai di beberapa bagian.
4. VortexSeries GT-65
Korban testing mechanical keyboard selanjutnya adalah Mas Andi. Si pendiam yang mau aja saya gangguin. Dan setelah sakit otot setelah menggunakan keyboard Dek Zikri, jari saya kembali enakan setelah nyobain punya Mas Andi ini.
Dari segi suara, mereka sama-sama redam, namun milik Mas Andi lebih ke ‘klok klok klok klok‘ daripada Mas Bima yang ‘klak klak klak klak‘. Dan sensasi saat mengetik menggunakan keyboard Mas Andi juga jauuuuh berbeda!
Setelah saya coba liat dari samping, ternyata keycaps Mas Andi berbeda banget dengan Mas Bima. Keyboard Mas Andi menggunakan keycaps jenis Cherry Profile yang naik turun seperti kondisi keuangan dan switch Ajazz X Huano Banana.
Berbeda dengan keyboard karyawan lain yang linear, Mas Andi ini satu – satunya yang menggunakan switch tactile sendirian sehingga dia sering ‘dianak-tirikan‘ oleh karyawan lain. Namun, kita tidak boleh tutup mata pada nominal yang ia keluarkan untuk build keyboard kecenya ini dimana ia sudah menghabiskan Rp. 1.250.000-an.
5. VortexSeries VX64 Lite
Terakhir ada keyboard milik Fauzan. Ketika saya coba angkat, keyboard ini terasa jauh lebih berat dibandingkan keyboard karyawan yang lain. Saya tidak tahu menahu apa yang membuatnya berat, tapi, cukup membuat saya yakin bahwa Fauzan tidak main – main di hobi mechanical keyboard ini.
Saya akui pula dari semua keyboard, keyboard Fauzan yang paling membuat saya tertarik. Dari segi suara yang dihasilkan, tidak terlalu berisik sehingga tidak menganggu sekitar. Suaranya lebih ke ‘kluk kluk kluk kluk‘. Ditambah dengan keycaps Captain America-nya yang semakin meyakinkan saya.
Namuuuun, saya menanyakan total harga, saya langsung mengembalikan keyboard tersebut kepada pemiliknya diiringi dengan ucapan “Dasar orang gila.” Bagaimana tidak? Fauzan menghabiskan Rp. 2.380.000 untuk switch Moyu Hades dan keycaps Captain America senilai Rp. 1.500.000-an di toko online.
Kesimpulan? Ini hobi mahal. Isinya orang gila semua.
Rakit Keyboard Mechanical Pertama Kali
Mas Bima tak pantang menyerah untuk membawa saya ke sekte mechanical keyboard ini. Ia beberapa kali mengajak saya untuk nyobain rakit keyboard yang baru dia bawa ke kantor. Awalnya saya tak begitu tertarik, namun, lama – lama dilihat saya sendiri yang akhirnya mengajukan diri untuk mencoba.
Terhasut kalimat “Coba aja dulu~” membuat saya akhirnya mengangkat keycaps puller. Awalnya merasa kesulitan karena bingung bagaimana harus menariknya. Mungkin karena saya masih first timer, jadi takut barang mahal ini malah rusak di tangan saya.
Namun, pada akhirnya saya mulai terbiasa untuk mencopot keycaps dan switch yang tertanam di papan ketik itu. Meskipun belum bisa secepat Mas Bima yang sudah profesional, setidaknya saya boleh berbangga sedikit.
Bagian yang paling saya sukai adalah ketika memasang keycaps. Apalagi kalau keycapsnya imut – imut dan menarik perhatian, pastilah mengundang semangat untuk meneruskan kegiatan ini.
Singkatnya, impresi saya terhadap kegiatan rakit merakit keyboard ini berada di nilai 10/10! Rasanya seperti menyusun puzzle dan tentunya harus lebih berhati – hati. Ada rasa bangga tersendiri ketika keyboard tersebut selesai dirakit.
Kesimpulan
Setelah mencoba seluruh keyboard karyawan Gamebrott dan bahkan membongkar pasang keyboard mekanikal milik Mas Bima, saya sampai di satu keputusan. Dimana akhirnya saya putuskan untuk membeli keyboard mechanical.
Pilihan saya jatuh kepada Bajeal K100 atas saran dari Mas Bima juga (Terimakasih Mas Bima~). Untuk keperluan saya yang tidak terlalu berat, beliau merasa saya cocok menggunakan keyboard ini.
Dengan pertimbangan bahwa jika ada satu key yang rusak, hanya key itu saya yang diganti switch-nya. Lebih efisien dan hemat daripada keyboard membran yang jika sudah rusak harus diganti seluruhnya.
Awal menggunakan keyboard ini, saya merasakan keanehan. Kenapa keyboard ini jauh lebih berisik dibandingkan keyboard teman – teman saya dikantor. Setelah bertanya ke Mas Bima, hal ini dikarenakan keyboard saya dibekali dengan Blue Switch.
Sejujurnya, aneh bukan berarti saya tidak menyukainya. Justru, keyboard inilah yang saya cari selama ini. Suaranya berisik dan clicky, yang mana mungkin cukup menganggu non-pengguna.
Namun, saya pribadi sangat menikmati bunyi ‘teketek ketek ketek’ keyboard saya. Rasanya, saya menjadi orang paling produktif di dunia!
Planning Ke Depan
Setidaknya sudah satu bulan saya menggunakan keyboard ini. Selama saya memakainya, tidak saya temukan ketidaknyamanan baik dalam aktifitas mengetik artikel atau bermain game.
Saya mengira ketertarikan saya terhadap mechanical keyboard berhenti sampai di sini saja. Namun, tidak sampai Mas Bima yang menunjukkan satu keycaps jenis OEM yang mirip seperti kue pudding.
Dan mungkin, jika tak ada halangan apapun (berupa khilaf make up atau top-up game), saya akan coba membeli keycaps pudding ini. Pastinya dia sangat cocok dengan keyboard saya yang penuh RGB warna – warni.
Baca juga informasi menarik Gamebrott terkait Tech atau artikel lainnya dari Sofie Diana. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com