[Game Story] The Last of Us 2 – Seraphites, Sekte Primitif dengan Kepercayaan dan Dogma yang Aneh

capture

Artikel ini berisi spoiler. Jangan melanjutkan membaca apabila Kalian belum memainkan The Last of Us 2.

Meski cerita The Last of Us 2 ini berfokus pada Ellie dan Abby, namun dinamika konflik yang terjadi di dunia mereka justru semakin terbuka lebar dan memiliki latar belakang ceritanya sendiri. Dari sudut pandang Ellie, mara bahaya yang ia hadapi tiga kali lebih sulit dari Abby. Selain harus bertaruh nyawa melewati kawanan zombi, Ellie juga harus melewati dua kelompok yang sedang berperang; Mereka adalah Scars dan Wolf. Pada kesempatan di artikel kali ini, Kita akan membahas sejumlah informasi mengenai salah satu kelompok yang dimaksud.

Keep on reading.


Let go of me!

Ketika Ellie memutuskan untuk pergi menjalankan misinya sendirian, maka dapat dipastikan tak ada satupun wilayah di Seattle yang memberikan rasa aman bagi dirinya. Setelah lolos dari serbuan sejumlah Stalker, Ellie terjun dari gedung dan terbawa oleh derasnya arus sungai sampai-sampai ia tiba di saluran air bawah tanah. Beruntung Ellie menemukan jalan keluar dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit melewati sebuah taman rekreasi yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan dan pepohonan besar.

Tanpa Ellie sadari, ia sebetulnya sedang memasuki sebuah wilayah yang dikuasai oleh sebuah kelompok misterius nan berbahaya; Mereka adalah Seraphites atau lumrah disebut Scars.

Apabila ingatan Kalian masih segar, Scars merupakan sebuah kelompok yang lebih mirip dengan sebuah sekte. Ciri anggotanya adalah selalu mengenakan jubah panjang berwarna cokelat dengan hoodie. Mereka pertama kali diperkenalkan melalui trailer sinematik The Last of Us 2 beberapa tahun silam. Di video tersebut, sesosok wanita misterius muncul dan mencoba merobek isi perut Abby sebelum terinterupsi oleh kehadiran dua pria yang sedang menyeret seorang gadis muda. Wanita tersebut, yang terlihat seperti pemimpin grup, melontarkan umpatan ‘apostate’ kepada si gadis muda bernama Yara. Yara, yang merupakan salah satu dari mereka, nampaknya telah membelot atau menyalahi aturan sekte tersebut sehingga ia dihukum secara sadis; sendi lengannya dihancurkan dengan palu. ‘Apostate’ atau murtad adalah sebutan khas masyarakat yang memegang suatu keyakinan dan Scars jelas adalah mereka yang dimaksud.

Scars merupakan satu dari tiga faksi yang hidup di dunia The Last of Us 2. Intensi kelompok tersebut tidak jauh berbeda dengan gerombolan lain yang masih hidup; Mereka membunuh, merampok, memperkosa, memperbudak, dan melakukan tindakan amoral lainnya. Di zaman apokalips tersebut tentu saja mengubah bagaimana cara manusia hidup secara total. Selain daripada itu, pergeseran moral yang terjadi juga sangat jauh dari yang mungkin kita bayangkan.


SEKTE PRIMITIF; KEPERCAYAAN dan DOGMA ANEHNYA.

Scars sama berbahayanya dengan kelompok Wolves ataupun Rattlers. Bedanya, Scars tidak memiliki persenjataan lengkap seperti pada ‘Old World’ layaknya anggota militer atau pemberontak. Mereka menolak untuk menggunakan teknologi sisa dari zaman modern dan menganggap hal tersebut adalah sebuah ‘dosa’ besar. Jika diperhatikan, penjelasan mengenai asal-muasal kelompok tersebut juga unik.

Sebagaimana dogma suatu kepercayaan, Seraphites tentu saja memilikinya. Mulai dari informasi mengenai ciri-ciri, ritual aneh, hingga sosok panutan yang mereka percaya tergambar dengan cukup jelas di The Last of Us 2. Sekte primitif ini nampaknya sudah terbentuk belum lama setelah dunia hancur pasca serangan virus fungus. Tentu saja mereka ada bukan tanpa sebab. Ide-ide tentang agama yang bercampur dengan pengalaman mengerikan paska ‘kiamat’ kecil memungkinkan lahirnya ideologi yang mereka berhasil wujudkan. Hadirnya Scars sangat relevan dengan ‘kiamat’ kecil yang terjadi puluhan tahun silam.

Di setiap kelompok, pastilah memiliki sosok pemimpin yang dipercaya dapat membawa perubahan. Kelompok Scars meyakini seorang wanita tua yang entah berdasarkan alasan apa dianggap sebagai Sang Nabi atau Mesiah. Mereka sering menguacapkan “May she guide us.” Sebagai tanda penghormatan kepada pemimpinnya tersebut. Ellie atau Abby sayangnya tidak akan pernah bertemu atau melawan wanita misterius tersebut, melainkan ia hanya direpresentasikan dalam bentuk catatan harian, percakapan, ataupun simbol khas kelompok mereka yang terbesar di area Seattle.

Buat kamu yang pengen topup Google Play, Steam Wallet, PlayStation Network, ataupun Nintendo eShop yang paling murah dan terjamin, coba cek RRQ TopUp ya! Jangan lupa juga, gunakan kode voucher “GAMEBROTT” di RRQ TopUp untuk dapet potongan harga spesial buat kamu.

Namun berdasarkan petunjuk di atas, kemungkinan besar sosok wanita suci tersebut sudah mati sebetulnya oleh sebab yang tidak pasti.

Ketika episode Abby, ada satu level di mana ia menemukan markas Seraphites di sebuah pulau besar yang disebut dengan The Haven. Di sana Kita diperlihatkan bahwa kehidupan lain masih ada namun tersembunyi. Nampaknya mereka telah membangun struktur-struktur tradisional tersebut sudah lama. Mdan hanya bisa dilalui menggunakan perahu. Nampaknya, Scars sendiri sangat menghindari penggunaan teknologi modern beberapa dekade setelah serangan pandemic fungus (kecuali pistol) dan mahir berburu menggunakan panah.

It never ends well.

Bagi Scars, orang-orang di luar kelompok mereka adalah pendosa. Para pendosa tersebut dianggap semakin banyak dosanya karena menggunakan teknologi dari masa modern. Salah satu dogma khas Seraphites adalah mengucapkan “Set them free.” Sebelum membunuh para musuhnya. Pembersihan dosa tersebut mereka anggap harus menggunakan satu cara, yaitu mengadopsi ritual eksekusi. Cara mereka melakukan eksekusi akan dengan mudah ditemukan. Ellie akan diperlihatkan sejumlah mayat yang digantung pada langit-langit gedung atau pepohonan dengan isi perut yang dikeluarkan begitu saja. Bagi penulis, tindakan mereka tentu saja tidak jauh dengan contoh ritual pemujaan setan beserta penyerahan tumbalnya.

Selain daripada itu, jika Kita perhatikan pipi anggota Scars terlihat codet sobekan atau sayatan. Ternyata mendapatkan ‘tanda’ tersebut adalah suatu kewajiban. Hal ini mengindikasikan bahwa Seraphites menjunjung tinggi loyalitas kelompok. Ini mengingatkan penulis dengan kelompok nyata seperti Yakuza Jepang yang wajib memotong jari kelingkingnya agar memenuhi syarat bergabung. Mengerikan, bukan?


RIVAL ORGANISASI WOLVES

Keahlian yang dimiliki para anggota Scars juga tidak bisa diremehkan. Mereka savant dalam berburu menggunakan panah juga berkomunikasi perang gerilya. Tidak heran Jika area operasi yang dikuasai sekte satu adalah lingkungan yang lebat akan tanaman dan pepohonan. Karena mereka datang secara berkelompok, maka gerilya adalah strategi yang sama baiknya melawan Scars. Rata-rata dalam satu grup mereka memiliki satu atau dua orang pemanah, kemudian dua orang lagi memegang pistol laras panjang dan palu berukuran besar.

Perseteruan antara Scars dan Wolf nampaknya sudah terjadi sejak lama pasca hancurnya dunia. Namun, sejarah mengapa keduanya saling berperang satu sama lain tidak dijelaskan secara eksplisit, melainkan hanya dugaan kuat soal perebutan wilayah kekuasaan di Seattle.

Namun, pada akhirnya ada anggota Scars yang akhirnya memutuskan untuk ‘berdamai’ dengan kelompok Wolf dan bertualang bersama sampai beberapa chapter ke depan.

Hemat penulis, Seraphites tampil sebagai ancaman baru yang dirasa perlu digali lebih dalam eksistensinya karena masih meninggalkan sejumlah pertanyaan. Musuh yang satu ini sangat menarik. Bekas-bekas kelompok tersebut yang masih hidup mungkin saja akan melahirkan kawanan baru di masa depan seperti Firefly yang berubah menjadi WLF. Semoga Naughty Dog kembali melanjutnya proyek The Last of Us ketiga di masa depan.

Exit mobile version