Game Terbaik 2020 dan GOTY Pilihan Andy J

Arknights Big Brain

Di penghujung 2019 lalu, banyak dari kita yang tentunya mengekspektasikan tahun 2020 akan menjadi tahun yang spesial, tidak terkecuali untuk industri video game. Namun naas, tahun bernomor cantik yang hanya akan muncul 1010 tahun sekali ini justru tercela berkat virus COVID-19, dimana membuat segala hal yang sudah direncanakan menjadi kacau.

Video game kemudian menjadi salah satu pelarian utama selama masa lockdown maupun social distancing. Berbagai game AAA yang dirilis tahun 2020 seperti The Last of Us Part 2, Ghost of Tsushima, Watch Dogs: Legion dan Cyberpunk 2077 diharapkan menjadi penenang atas kekhawatiran di masa-masa sulit ini. Sayangnya, dari semua game tersebut tidak satupun berhasil memenuhi ekspektasi, setidaknya untuk saya pribadi.

Ketika diminta untuk membuat tulisan tentang pilihan game terbaik tahun 2020 versi saya sendiri, sulit menentukan game mana yang layak karena hampir tidak ada satupun di antaranya berikan pengalaman bermain yang benar-benar berbeda. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih Arknights sebagai game terbaik saya di tahun terkutuk ini.

Disclaimer: Terakhir kali saya memainkan Arknights adalah sekitar bulan Mei, sehingga opini ini sepenuhnya didasarkan pada pengalaman bermain selama sekitar lima bulan pertama semenjak rilis secara global di bulan Januari.

‘Big Brain’ dengan Arknights

Mungkin terdengar edgy dan “pengen beda” memilih Arknights yang notabene hanya sebuah game mobile. Terlebih ketika ada game lain seperti Genshin Impact (crossplatform antara mobile, PC dan PS4) dengan konten lebih besar yang juga sukses mencuri hati gamer. Namun bagi saya, konten besar bukan berarti selalu lebih bagus, dan Arknights tentunya jadi salah satu bukti nyata bahwa game mobile juga tetap berikan pengalaman bermain yang spesial. Ulasan Arknights selengkapnya bisa kamu cek pada halaman ini.

Arknights Official Art

Arknights sendiri sering dianggap sekadar game Plant vs Zombie ber-gacha yang penuh dengan waifu. Awalnya-pun saya ragu untuk mencobanya karena game gacha cenderung berkakhir menjadi pay-to-win. Namun ketika mencobanya selama beberapa hari, ekspektasi saya ternyata berbanding terbalik, game besutan Studio Montagne and Hypergryph ini sukses mengemas konsep permainan tower defense menjadi begitu intriguing, setidaknya bagi saya yang suka tantangan hingga memeras otak.

Sejatinya, jargon pay-to-win tidak eksis di Arknights karena seluruh permainannya sendiri sampai sekarang hadir tanpa elemen kompetitif dan berlangsung secara singleplayer walau diwajibkan online. Jika luck-mu ampas seperti saya, tidak perlu khawatir ketika operator (sebutan untuk karakter dalam Arknights) yang diinginkan tidak kunjung didapatkan lewat gacha. Tidak usah salty ketika teman-teman di media sosialmu pamer hasil gacha operator bintang lima atau enam, karena saya yakin tidak sedikit dari mereka yang belum tentu bisa menuntaskan sebuah level sulit dengan sempurna jika hanya memanfaatkan operator langka saja.

Memahami keunggulan dan kelemahan operatormu, kemampuan musuh-musuhmu, hingga level yang akan kamu mainkan adalah hal yang wajib kamu lakukan. Banyak level yang bisa kamu tuntaskan dengan sempurna bermodalkan skuat dengan komposisi operator bintang tiga dan empat, bahkan satu dan dua masih cenderung berguna bila kamu bisa ‘big brain’ dalam Arknights.

Sebagai contoh, berikut video in-game footage yang memperlihatkan saya menyelesaikan level farming EXP tersulit dengan sempurna, bermodalkan tiga operator bintang lima dan sisanya bintang dua, tiga dan empat.

Menghabiskan waktu berjam-jam mempelajari dan mengulangi sebuah level; memahami kemampuan musuh dan urutan mereka masuk ke arena, menyusun strategi lokasi dan timing penempatan para operator yang tepat, hingga akhirnya menyelesaikan level tersebut dengan sempurna (dan kepala yang panas) benar-benar berikan pengalaman bermain yang sangat memuaskan, dimana hampir tidak saya temukan di game-game yang sangat saya ekspektasikan tahun ini. Bagi saya, memamerkan kesuksesan menyelesaikan sebuah level yang sulit tentunya lebih tinggi derajatnya daripada memamerkan hasil gacha.

Apresiasi tentu patut dilayangkan pada sang developer maupun publisher, terutama mereka yang dari China ketika berani memutuskan untuk hadirkan game mobile dengan microtransaction yang dapat dihindari sepenuhnya. Walau demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada banyak pemain yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan waifu atau husbando yang mereka inginkan. Pemain yang kebanyakan uang tentunya juga bisa menghabiskannya dengan membeli skin para operator Arknights, dimana tidak berikan efek ataupun status tambahan kecuali terlihat keren saat bertempur

Skin Hibiscus ini dapetnya gratis sih

Tentunya bukan berarti Arknights hadir tanpa cela. Salah satu hal yang paling saya tidak suka adalah farming material tingkat tinggi yang bergantung pada keberuntungan. Sudah menghabiskan banyak Sanity (sebutan untuk semacam sistem stamina di Arknights) namun tidak kunjung mendapatkan material yang diincar terasa buang-buang waktu. Memperoleh material tingkat tinggi tersebut juga bisa didapatkan melalui crafting material serupa di tingkat yang lebih kecil, dimana bisa didapatkan lebih pasti. Namun jika dihitung-hitung, waktu yang dihabiskan bisa mencapai tiga kali lipat lebih lama.

Terakhir, hal yang patut diapresiasi lainnya adalah karakter-karakter dalam Arknights yang tidak dibuat kelewat seksi. Kamu yang gemar berselancar game-game mobile, terutama segmen RPG tentu memahami betapa banyaknya developer Jepang maupun China yang memanfaatkan hawa nafsu sebagai penarik perhatian pria-pria mesum untuk memainkan game mereka. Walau minim para operator Arknights yang menggoda, hampir semuanya didesain dengan konsep fashion yang modis, sehingga banyak karakter Arknights yang tetap terlihat keren dan menawan.

Operator yang bawa fidget spinner ke pertempuran

Sebelum mengakhiri opini tidak penting ini, berikut honorable mention kepada beberapa game lain yang setidaknya cukup tinggalkan kesan berarti buat saya di tahun ini

Desperados III

Desperados III garapan Mimimi Games hadir sebagai game yang sama-sama sukses memeras otak saya hingga ‘big brain’ ketika memainkannya. Namun tidak saya pilih sebagai GOTY pribadi karena formula permainannya sebagian besar sama persis dengan game pendahulunya — Shadow Tactics, tanpa perbedaan yang berarti kecuali temanya yang wild west.

Kamu bisa cek ulasan Desperados III selengkapnya dari saya di halaman ini.

Nioh 2

Saya akui bahwa Team Ninja adalah yang terbaik dalam menghadirkan karakter-karakter yang sangat memanjakan mata, tak terkecuali untuk game soulslike mereka — Nioh. Pada Nioh 2, hadir ragam mekanisme baru yang bisa dibilang benar-benar mengakomodasi gaya permainan saya yang cenderung agresif. Disaat bersamaan, ragam mekanisme baru tersebut juga membuat Nioh 2 jadi game yang ramah bagi gamer yang ingin terjun ke dunia soulsike. Walau demikian, pemain veteran mungkin akan merasa bahwa Nioh 2 ini tidak semenantang seperti instalasi pertamanya.

Ulasan Nioh 2 selengkapnya bisa kamu cek disini.

Othercide

Sebagai penggemar game turn-based ala XCOM, Othecide besutan Lightbulb Crew juga merupakan salah satu game favorit saya tahun ini. Satu hal yang sangat saya suka dari game ini adalah nuansa noir yang memperlihatkan kedepresian latar belakang dunianya. Namun sayang, keseluruhan permainan ala roguelike-nya terasa sangat repetitif tanpa randomness yang berarti.

Game-game yang menantang otak ataupun muscle memory mulai menjadi faktor penting buat saya semenjak menyelesaikan Bloodborne. Tahun 2019 pun Sekiro: Shadows Die Twice menjadi GOTY pilihan pribadi berkat gameplay-nya yang luar biasa menantang. 2021 dirumorkan kan hadir Elden Ring dari FromSoftware, dimana hadir sebagai kandidat kuat dalam menghadirkan tantangan berarti dan menyiksa, namun saya berharap developer lain mulai berani hadirkan tingkat kesulitan yang tidak melulu artificial di waktu mendatang.

Nah, kira-kira apa pendapatmu soal game Arknights ini? Apakah kamu punya pilihan GOTY sendiri yang berbeda? Share langsung di kolom komentar ya.


Baca juga informasi menarik lainnya terkait Game of the Year atau artikel keren lainnya dari Andy Julianto. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version