7 Game yang Dipuji Kritikus, Tetapi Dibenci oleh Gamer

Game yang Dipuji Kritikus

Game yang Dipuji Kritikus – Pendapat gamer dan juga media biasanya sejalan ketika membicarakan kualitas sebuah game. Game yang mendapat review buruk juga tidak akan disenangi oleh gamer, dan ketika mendapat review bagus, sekurang-kurangnya mereka temukan game tersebut “fun” di aspek tertentu.

Namun terkadang ada kontradiksi pendapat antara kedua pihak di mana media memuji habis-habisan sebuah game dan memberi skor gemilang, tetapi gamer maupun fans merasa kecewa dan tidak temukan alasan mengapa hiburan yang mereka mainkan itu bisa dipuji sepositif itu.

Pada list ini, kami akan membicarakan deretan game dengan skenario tersebut. Sebagai catatat, artikel ini berdasarkan perbandingan skor review dari media dan user dan pandang netizen terhadap game-game yang bersangkutan.

Disclaimer: Artikel ini dibuat berdasarkan kumpulan informasi pada beberapa judul game yang memiliki pendapat pro dan kontra antara kritikus dengan komunitas gamer.

Game yang Dipuji Kritikus, Tetapi Dibenci oleh Gamer

Game yang Dipuji Kritikus, Tetapi Dibenci oleh Gamer

Berikut ini 7 game yang dipuji kritikus namun dibenci oleh para gamer:

1. The Last of Us Part 2

The Last of Us Part 2

The Last of Us Part 2 menjadi salah satu game dengan skor review tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Game ini mencapai angka 93 di Metacritic dengan puluhan skor sempurna dari banyak outlet. Tetapi game yang sama juga menjadi salah satu yang kontroversial di tahun 2020 dan bahkan hingga sekarang.

Dari sisi gameplay, TLOU 2 meningkatkan segala aspek mulai dari skala level, animasi, kebebasan dalam menyelesaikan konfrontasi senjata, dan juga interaksi menarik yang membuat gameplay menjadi lebih seru.

Tetapi untuk game yang begitu menjanjikan naratif yang mewah, fans merasa kecewa akan deretan keputusan yang Naughty Dog ambil khususnya terhadap nasib karakter Joel.

Tanpa memberika spoiler, fans tidak puas dengan konklusi cerita karakter tersebut dan game juga dipandang terlalu mendepankan agenda politik liberal yang dipandang merusak imersi pemain. Hal tersebut tentunya subjektif, tetapi mayoritas yang memprotes game tersebut miliki opini yang sejalan.

2. Halo 4

Halo 4

Setelah Bungie tinggalkan Microsoft dan juga franchise Halo, sebuah studio baru dibangun untuk lanjutkan seri game FPS andalan Xbox tersebut yakni 343 Industries. Halo 4 menjadi game di mana mereka memegang penuh kontrol dan direksi game dan pada awalnya resepsi dari game tergolong positif khususnya oleh para kritikus.

Game berhasil raih 87 di Metacritic dan menjadi salah satu game dengan skor tertinggi di tahun 2012, tetapi fans berpendapat berbeda akan game keempat tersebut. Mereka tidak menyukai direksi visual baru yang terlalu “silau” dan kurang klaritas.

Itu karena direksi yang ingin tampil lebih realistis, jalan cerita yang tak sebagus seri terdahulu, serta mekanik gameplay yang terkesan meniru Call of Duty.

3. Deathloop

Deathloop

Deathloop menjadi game dengan konsep unik dari Arkane Studios, developer yang dikenal akan franchise Dishonored. Pada game ini, kamu terjebak dalam time loop dan harus membunuh deretan target seefektif mungkin hingga loop terpecahkan.

Game ini bagaikan perpaduan antara Hitman dan juga film Groundhog Day. Deathloop juga miliki komponen PvP di mana pemain lain dapat invasi dan hentikan aksimu menghentikan time loop.

Secara konsep, game ini sangatlah unik dan itu cukup untuk membuat game mendapat skor gemilang dan juga deretan penghargaan dari banyak outlet. Tetapi gamer justru merasa game ini terkesan overrated.

Game tidak sebebas Dishonored dalam membiarkan pemain eksekusi misi, opsi yang kamu miliki hanyalah “stealth atau loud”. Desain game tidak begitu menggugah, serta repetisi tanpa banyak variasi membuat banyak pemain merasa bosan sebelum mencapai klimaks.

4. Evolve

Evolve

Dibuat oleh mantan developer Left 4 Dead yakni Turtle Rock Studios, Evolve menjadi salah satu game paling diantisipasi pada tahun 2015 lalu. Dengan gameplay asymetrical di mana satu pemain berperan sebagai monster dan 4 orang menjadi pemburu menjadi konsep yang masih terkesan unik dan fresh pada saat itu.

Game mendapat resepsi yang baik dari media karena impresi awal yang memang menyenangkan, tetapi game semacam ini membutuhkan replaybility yang tinggi agar dapat terus menarik perhatian pemain dan Evolve gagal akan hal tersebut.

Evolve sangat kurang variasi pada kontennya, pemain dibuat jenuh setelah beberapa jam dan temukan meta yang efektif. DLC yang begitu bejibun sampai memotong separuh konten di game memperparah pandangan gamer terhadap Evolve.

Game sempat diubah menjadi free-to-play karena terus kehilangan pemain, tetapi bahkan dengan dibuat gratis, gamer senggan untuk memberinya kesempatan kedua.

5. The Legend of Zelda: Skyward Sword

The Legend of Zelda: Skyward Sword

Menjadi satu-satunya game Zelda di Nintendo Wii, The Legend of Zelda: Skyward Sword dicap sebagai seri terburuk dari mainline utama Zelda. Game dianggap kurang eksplorasi, dunia yang ditawarkan terasa kosong, dungeon terlalu mudah, dan gameplay terlalu fokus pada motion control yang kaku.

Menariknya kritikus memuji game ini hingga mendapat skor 93 di Metacritic. Mereka menganggap Skyward Sword sebagai langkah baru untuk franchise Zelda dan sebuah inovasi pada sistem kontrol baru mereka. Sebuah perbedaan yang besar dengan apa yang dilihat oleh fans.

6. Dragon Age 2

Dragon Age 2

Dragon Age Origins menjadi salah satu RPG modern yang dicintai oleh fans Bioware dan juga penggemar RPG. Game ini dipandang sebagai suksesor dari Neverwinter dan juga Baldur’s Gate, dua franchise DnD yang pernah digarap oleh Bioware.

Game ini miliki jalan cerita yang apik, gameplay yang pas antara modern dan klasik, karakter-karakter yang memorable, dan semesta yang kompleks dan penuh akan lore. Game kedua dipandang menjadi iterasi yang memaksakan diri ingin menarik perhatian gamer casual atau juga penggemar RPG yang lebih action-based.

Dragon Age 2 miliki gameplay lebih cepat dan flashy, tetapi hilang aspek taktikal yang ada pada game pertama. Dari segi visual dan juga cerita, game kedua dipandang fans alami downgrade yang signifikan.

Menariknya game ini berhasil mendapat review yang sangat positif, meski banyak di antaranya sependapat dengan fans khususnya di segi cerita.

7. Gone Home

Gone Home

Gone Home menjadi game salah satu game dengan skor review tertinggi di tahun 2013 dengan berhasil cetak angka 86 di Metacritic. Game dipandang “berani” memperlihatkan kisah yang menceritakan dilema dua pasangan lesbian yang di mana cinta mereka terhalang oleh pandangan keluarga dan juga lingkungan di sekitar mereka.

Game ini dipandang sebagai meme oleh gamer dan menciptakan subgenre baru yang kita sekarang kenal sebagai walking simulator. Hal ini karena Gone Home dari aspek gameplay hanya memberikan pemain kontrol keliling rumah kosong dan membaca deretan surat dan dokumen lainnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Game ini dapat diselesaikan dalam waktu 1 jam atau 45 detik jika kamu speedrun langsung ke ending. Untuk game yang waktu itu dihargai $20, sebuah hal yang dapat diekspektasi kenapa game dibenci gamer.


Baca pula informasi Gamebrott lainnya tentang Game Terbaik beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Exit mobile version