Selesai sudah pegelaran akbar dota 2 tahunan yang diselenggarakan oleh perfect world ini. Team Invictus Gaming yang merupakan juara TI pertama ini muncul sebagai juara setelah “tenggelam” selama kurang lebih 2 tahun belakangan.
IG yang pada putaran semifinal kalah oleh OG dan harus terpaksa turun ke lower bracket, secara mengejutkan menumpas Newbie 2-0 untuk kembali menghadapi OG di grand final dan mempertontonkan highest level of dota keluar sebagai juara dengan hasil sempurna 3-0 dari laga best of 5.
Daftar isi
Game 1
Mari ban cancer dan kita gantikan dengan cancer yang lainnya. Yep rikimaru, seperti belajar dari kesalahan game ke 3 di laga semi finalnya, 2 ban pertama IG adalah Naga Siren dan Monkey King. Pilihan OG untuk core mereka adalah alchemist, terrorblade dan Puck. Sementara IG memilih magnus dan juggernaut di fase pertama picknya dan warlock di fase berikutnya. Storm spirit dan puck di sandingkan sebagai pick ke 4 dan secara mengejutkkan pick ke 5 IG adalah rikimaru.
Strategi ini terbukti ampuh dengan mengunci puck pada paruh pertama sehingga tidak berfungsi dengan sepenuhnya dan berada di posisi 6 dalam perolehan networth mengantarkan IG ke pintu kemenangan game pertama meskipun Alchemistnya Ana membelikan aghanim ke 3 hero OG.
Game 2
Ajang unjuk gigi rikimaru yang lainnya. Seperti tidak belajar dari kesalahan OG membiarkan IG Memilih rikimaru sebagai posisi 4 nya yang membawa malapetaka. Rikimaru yang dimainkan oleh boboka dari awal game mengganggu kestabilan permainan OG dengan mengunci enigma Jerax yang farming di hutan. Hasilnya Invoker (Ana) yang kerap meninggalkan lane untuk membantu Enigma ketinggalan farm dan level dari Lina.
Dengan permainan agresif yang hampir tanpa kesalahan oleh Lina dan keapikan decision making dari Magnus membuat OG tidak mempunyai celah untuk mengejar ketertinggalan dan pada akhirnya berujung pada skor 33-11.
Game 3
Di game 3 kita mulai bisa melihat sedikit kecemasan di wajah OG, ketika mereka mulai memilih hero-hero andalan mereka. Fly dengan Visage, Ana dengan Ember Spirit, n0tail dengan Lone Druid dan sisanya adalah Monkey King dan s4 sebagai Axe.
Sementara di pihak IG, pemirsa Dota sedikit dikejutkan ketika Shadow Fiend itu dipilih sebagai hero mid dan Vengeful Spirit sebagai safelane core oleh Burning.
4 protect 1 strategy di game terakhir ini bisa terbilang cheesy. Tapi tebak? It works! Keputusan Burning 2 kali menyelamatkan SF dengan swap di posisi krusial dan juga build pipe of insight dan solar crest menjadikan nya semi support sukses membuat SF sebagai ujung tombak tak terkejar oleh hero-hero core tim lawan.
Dan pada akhirnya mengantarkan IG untuk Mengamankan “Burning Rapier” (trofi juara DAC) tetap ditanah air mereka, Negeri tiongkok.
Konklusi
Pertandingan final DAC pada dasarnya merupakan adu kekuatan antara meta barat dan meta timur. OG yang mengusung meta barat dengan orientasi “greedy” early game dan “safe” at the late game menitik beratkan pada hero-hero mid yang kuat disetiap tahapan pertandingan seperti alchemist dan ember. Dibarengi dengan pilihan core safelane yang mempunyai potensi untuk mengirimkan damage phisycal yang gak neko-neko di late game.
Sementara IG disatu sisi merupakan tim yang paling paham dalam mengeksploitasi ke”OP”an monkey king. Lebih menitik beratkan pada mid-game dan mengunci keunggulan secepat-cepatnya.
Kenyataan bahwa OG adalah satu-satunya tim yang bertahan di 4 besar seharusnya menjadi cambukan peringatan bagi tim-tim eropa dan amerika sebelum kiev major. Meta game itu kejam, seperti yang pernah dikatakan Charles Darwin : “penyintas adalah mereka yang beradaptasi dengan perubahan bukan mereka yang mempunyai karakteristik terbaik dan terkuat”.