Video game, tentunya kata ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak sekali definisi mengenai video game, namun menurut saya pribadi definisi video game adalah sebuah permainan digital yang bisa kita mainkan melalui konsol maupun PC. Perkembangan video game dimulai dari tahun 1958 dengan game yang bisa dimainkan di salah satu nenek moyang perangkat yang sekarang kita sebut dengan PC. Perangkat tersebut bernama Analog Computer dan oscilloscope dengan game berjudul Tennis for Two, yang kemudian dilanjutkan dengan Spacewar yang muncul di tahun 1962 di PDP-1(one). Video game kemudian berkembang di Arcade, ATARI, Nintendo, hingga PlayStation dan XBOX.
Video game juga memiliki beragam genre baik dari sports, RPG, RTS, FPS, hingga Simulation dan yang lain. Banyak konten yang disajikan di beberapa genre tersebut, baik teka-teki, ketangkasan, kekerasan ringan, kekerasan berat (termasuk sadisme), hingga konten seksual. Konten-konten yang disajikan dalam video game khususnya kekerasan hingga konten seksual pada tahun 90-an menuai berbagai kecaman, contohnya seperti kecaman untuk game Mortal Kombat yang memiliki konten yang sangat brutal. Kecaman-kecaman tersebut membuat Entertainment Software Association atau yang sebelumnya dikenal sebagai Interactive Digital Software Association mendirikan Entertainment Software Rating Board atau yang lebih kita kenal sebagai ESRB pada tahun 1994.
ESRB bertugas untuk memberikan rating sesuai konten yang ada di dalam game yang dibuat oleh para developer agar game tersebut bisa dimainkan sesuai dengan usia pemainnya. ESRB juga me-maintain kode etik periklanan dan promosi video game, agar beberapa game yang dipromosikan mencantumkan rating yang telah diberikan oleh ESRB. Tujuannya tidak lain agar game tersebut mendapatkan pemain yang sesuai dengan usianya. ESRB menjadi perusahaan rating berstandar internasional yang pelayanannya digunakan oleh developer game dari seluruh dunia. Peranan ESRB sangat berpengaruh di perusahaan game. Bahkan perusahaan besar seperti SONY atau Microsoft tidak akan melisensi game buatan developer apabila mereka tidak memiliki rating dari ESRB. Terdapat 7 tingkatan rating ESRB, yaitu:
Daftar isi
1. RP (Rating Pending)
Simbol ini hanya bisa digunakan untuk mengiklankan sebuah game yang masih dalam proses penilaian ESRB. Dengan kata lain, proses penilaian ESRB untuk game yang memiliki rating ini masih belum selesai.
2. EC (Early Childhood)
Game dengan rating ini menandakan bahwa, konten yang ada pada game ini layak dimainkan oleh anak berumur 3 tahun keatas. Game yang memiliki rating ini biasanya adalah game edukasi seperti Learning with PooYoos – Episode 1 di PS3, Sesame Street Elmo’s A-to-Zoo Adventure The Video Game di Nintendo wii, Kinect Sesame Street TV di XBOX360, dan yang lain.
3. E (Everyone)
Game dengan rating ini bisa dimainkan oleh semua umur. Terdapat beberapa kekerasan ala kartun yang tidak begitu memberikan efek berbahaya bagi pemainnya. Game yang masuk kategori ini adalah Rocket League di PC, PS4, dan XBOX ONE, Dirt Rally di PS4, PC, dan XBOX ONE, Roller Coaster Tycoon World di PC, Mac, Steam Machine, dan yang lain.
4. E10+ (Everyone 10+)
Game dengan rating ini bisa dimainkan oleh mereka yang berumur 10 tahun keatas. Biasanya game dengan rating ini berisi konten yang sama dengan konten dari rating Everyone, namun dengan konten kekerasan ringan kartunis yang sedikit lebih banyak dan konten humor. Game yang masuk kategori ini adalah Bounce Rescue! di PS4, Super Dungeon Bros di PC, PS4, dan XBOX ONE, Star Fox Zero di Nintendo Wii U, dan yang lain.
5. T (Teen)
Game dengan rating ini bisa dimainkan oleh mereka yang berumur 13 tahun keatas. Berbeda dengan E10+ game ini memiliki tingkat kekerasan yang masuk level medium karena dalam game dengan rating T akan sedikit menampilkan darah, dan penggunaan bahasa kasar yang juga medium. Game yang termasuk kategori ini adalah Final Fantasy XIV di PS3, PS4, dan PC, Bravely Second: End Layer di Nintendo 3DS, Digimon Story: Cyber Sleuth, dan yang lain.
6. M (Mature)
Game dengan rating ini hanya boleh dimainkan oleh mereka yang berumur 17 tahun keatas. Game dengan rating ini berisi kekerasan, kekejaman (darah, kesadisan, mutilasi, penggambaran tentang kematian), konten seksual, sedikit konten nudity atau penelanjangan, dan bahasa yang sangat kasar. Game yang termasuk dalam kategori ini adalah Grand Theft Auto V di PS3, XBOX360, PS4, XBOX ONE, dan PC, Tom Clancy’s Rainbow Six Siege di XBOX ONE, PS4, dan PC, Dark Souls III di PC, XBOX ONE, dan PS4, dan yang lain.
7. AO (Adults-Only)
Game dengan rating ini hanya boleh dimainkan oleh mereka yang berumur 18 tahun keatas. Game dengan rating ini memiliki konten seksual, kekerasan, dan kekejaman yang sangat kuat lebih parah dari game dengan rating M. Beberapa game yang termasuk kategori ini adalah Manhunt 2 di PC (un-cut version), Hatred di PC, dan yang lain.
Selain ESRB, terdapat lembaga rating lain seperti PEGI, dan CERO. Namun standar internasional rating game paling utama adalah ESRB.
Lalu dengan adanya rating ini, apakah semua negara menerimanya? Tentu saja banyak kontroversi yang datang dari pihak politikus Amerika dan pihak lain. Kontroversi ini juga terjadi di Indonesia, dimana KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tetap bersikukuh bahwa game adalah permainan yang hanya ditujukan untuk anak-anak. Munculnya beberapa poster entah itu asli atau palsu yang ditulis oleh kemendikbud juga menuai berbagai kontroversi. Sayangnya pihak-pihak tersebut memiliki pemikiran yang sangat out-of-date dan kuno ketika mereka menyalahkan game sebagai pemicu kekerasan yang ditimbulkan oleh anak-anak.
Mereka tidak melihat rating sebagai acuan, namun tetap bersikukuh game adalah permainan untuk anak-anak. Ini berarti mereka tetap bersikukuh menganggap game baik dari yang ber-rating EC sampai AO adalah game yang diperuntukkan untuk anak-anak. Saya pribadi menganggap kelakuan mereka ini sebagai kelakuan yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Belum lagi sempat tersebar kabar bahwa, mereka berniat akan memblokir game yang mereka sebut sebagai game yang berbahaya bagi anak, bahkan kebanyakan dari list game yang mereka sebutkan sudah tidak ada lagi gamenya di dunia ini bahkan game jadul untuk PS1 pun ada. Lucunya, rata-rata yang disebut berbahaya adalah game online. Apapun bentuk game online selamanya tidak akan pernah cocok untuk anak-anak. Pasalnya, kita bermain game online sembari berinteraksi dengan semua orang dari berbagai kalangan yang tentunya bisa memberikan pengaruh baik maupun buruk terhadap anak jika mereka tidak siap mental. Bisa saja mereka bertemu pedofil, orang yang suka mengatakan kata-kata kotor melalui voice chat maupun text chat, hingga orang-orang yang bisa merubah kepribadian anak. Oleh karena itulah ESRB lepas tangan apabila menyangkut online interactions.
Menurut saya, seharusnya mereka memiliki pemikiran dewasa yang dapat kita contoh, mereka bisa berpikir logis bahwa game dengan rating M tidak seharusnya diberikan kepada anak-anak di bawah umur. Ini sama halnya dengan memberikan DVD porno kepada anak SD kelas 1 kemudian menyalahkan DVD pornonya. Mereka seharusnya bercermin, apakah mereka sudah merawat dan memperhatikan anaknya dengan baik? Bagaimana mereka bergaul, mengajarinya mana yang baik, dan mana yang seharusnya tidak mereka lakukan. Karena anak adalah cerminan orang tuanya, apabila anak berkelakuan A maka orang tuanya pasti juga berkelakuan A baik dulu maupun sekarang.
Apabila game yang disebutkan memang sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak, berikan anak game yang sesuai umurnya. Jangan berikan game online yang menyediakan fitur chat baik text maupun voice chat. Lihat rating terlebih dahulu sebelum memberikan game kepada anak-anak tercinta. Jangan menjadi manusia yang tidak mau tahu/buta akan rating dan tetap mendoktrin bahwa game yang disebutkan berbahaya bagi anak. Lihat dahulu ratingnya di website ESRB, mereka sudah menyediakan rating search yang bisa dicari mulai dari mencari judul, rating, konsol, hingga kontennya. Tujuan ESRB memberikan fitur ini adalah agar orangtua mengetahui apakah game yang disebut sesuai dengan anak berumur sekian dan seterusnya.
Saya pribadi pernah bermain game yang tidak seharusnya saya mainkan. Dulu pada saat saya masih duduk di bangku SD kelas 4, saya memainkan Counter-Strike (pada saat itu masih versi 1.4) yang jelas-jelas ber-rating M dan bermain secara LAN. Namun karena didikan orangtua saya sangat baik, saya hanya menganggap game tersebut hanya sebuah permainan yang membuat saya ketagihan. Efeknya bagi saya? Saya tidak mendapatkan efek negatif kecuali ketagihan memainkannya. Entah kenapa saya dan kebanyakan anak-anak zaman saya tidak terpengaruh dengan game yang kami mainkan zaman dulu, justru game yang kami mainkan memberikan banyak sekali manfaat baik belajar bahasa asing, teknologi, menjadi lebih taktis, dan yang lain. Atau, mungkin anak zaman sekarang yang lahir di dunia digital ini berbeda didikannya dengan saya dulu hingga membuat game menjadi sesuatu yang sangat berbahaya? Atau memang orang tua zaman sekarang sedikit lebih malas untuk mengajari anaknya sebuah moral kehidupan yang akan dialami anaknya nanti?
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu sebagai anak zaman sekarang mengalami hal-hal negatif selama memainkan game yang tidak cocok dengan umurmu? Atau, mungkin kamu berpendapat game yang memiliki rating M keatas tidak seharusnya dimainkan anak-anak di bawah umur? Atau, memang seharusnya orangtua mendidik anaknya dengan pendidikan moral agar anaknya bisa membedakan apa yang baik dan buruk, sehingga kamu bisa memandang sebuah game hanya sebagai game saja?