Karyawan Activision Blizzard – Pandemi COVID-19 telah berakhir dan sekarang banyak karyawan yang sudah kembali ke kantor dan aktivitas bekerja kembali seperti semula. Namun, beberapa Karyawan dari Activision-Blizzard justru ogah kembali ke kantor dan merasa lebih nyaman work from home (WFH).
Padahal, Activision Blizzard sendiri sudah memerintahkan para karyawannya untuk kembali melakukan aktivitas kantoran di perusahaan mereka pasca pandemi.
Karyawan Activision Blizzard Ogah Kembali Bekerja di Kantor dengan Berbagai Alasan
Dilansir dari Game Developer, Activision Blizzard sudah memberikan edaran untuk mengakhiri WFH para pekerjanya begitu pandemi dinyatakan selesai oleh pemerintah setempat. Karyawan dari developer pencipta Overwatch dan Call of Duty tersebut akan kembali produktif pada 10 April 2023.
Sementara, Karyawan meminta kepada perusahaan untuk memperpanjang waktu WFH mereka hingga 10 Juli 2023. Padahal lingkungan kerja developer game tersebut menerapkan sistem hybrid dan para karyawan hanya diwajibkan untuk ke kantor setidaknya 3 hari dalam sepekan.
Mengenai pemaksaan ini, salah seorang pengguna Twitter @LeastMyHairIsOk yang mengaku bekerja di divisi Costumer Service Activision-Blizzard angkat bicara mewakili karyawan lainnya. Pada thread yang cukup panjang, Ia mengatakan bahwa para karyawan enggan kembali ke kantor karena berbagai keuntungan yang mereka rasakan saat bekerja di rumah masing-masing.
LeastMyHairIsOk menjabarkan berbagai keuntungan tersebut. Mulai dari bisa memiliki waktu luang lebih banyak dan bisa lebih dekat dengan keluarga, bisa menekan biaya bahan bakar transportasi mengingat harga BBM di Amerika Serikat sedang mahal, hingga bisa menghindari uang kontrakan rumah serta biaya hidup yang mahal di kota tempat kantor mereka berada.
Selain itu, LeastMyHairIsOk juga mengabarkan beberapa karyawan ingin resign dari kantor karena telah menemukan pekerjaan di bidang video game dengan gaji yang lebih besar dan bisa dilakukan secara WFH.
Sederet Kasus yang Menimpa Activision Blizzard
Selain masalah yang sebenarnya bisa dituntaskan dengan negosisasi ini, Activision Blizzard juga tengah dilanda berbagai kasus yang tengah disorot internasional baik dari kalangan gamers maupun investor dan pengamat bisnis.
Salah satu yang cukup baru adalah SEC (Securities and Exchange Commission) menggugat Activision-Blizzard untuk membayar denda sebesar 35 juta dolar atau setara dengan Rp.525 miliar. Tuntutan ini dilakukan karena SEC menganggap perusahaan game tersebut lalai dalam managemen dalam hal memberikan lingkungan kerja yang sehat serta dinilai menutup-nutupi bahkan mengancam saksi mata dalam investigasi kasus pelecehan karyawan.
Selain masalah internal, ada pula kasus akusisi Activision Blizzard yang dilakukan Microsoft meunai banyak kontra. Banyak lembaga-lembaga negara seperti Federal Trade Commission (FTC) yang menentang akuisisi tersebut karena akan berujung pada monopoli dan anti persaingan, karena game-game Activision Blizzard akan menjadi milik Xbox lewat deretan game eksklusif.
Bagaimana? Menurutmu apakah pemaksaan yang dilakukan Activision Blizzard sudah tepat? Atau malah karyawan yang terlalu manja dan jadi pihak yang salah kali ini?
Baca berita terupdate Gamebrott terkait Activision Blizzard dan informasi seputar gaming menarik lainnya dari saya Ananda Pratama. For any further collaboration, Contact me at author@gamebrott.com.