Hingga sekarang, Fortnite menjadi salah satu game terpopuler saat ini bahkan dengan berbagai kompetitor hadir untuk tundukkan game tersebut. Salah satu alasan awetnya relevansi game ini ialah karena update konten yang cepat dan selalu memberikan sesuatu yang unik terhadap gameplay yang sudah ada. Tetapi tentu saja semua konten bertahap ini membutuhkan usaha keras dari seluruh developer yang ada di Epic Games. Dan lewat kabar terbaru yang tersebar, Epic Games disebut-sebut miliki kondisi kerja yang buruk.
Dilansir dari Polygon, beberapa karyawan melaporkan bahwa mereka berkerja sangat keras untuk pertahankan popularitas Fortnite. Beberapa diantaranya klaim jika mereka berkerja hingga 100 jam per minggu. Permintaan komunitas yang terus bertambah serta perinta para atasan yang ingin game ini tetap relevan meski dengan banjirnya para kompetitor baru membuat banyak developer di Epic Games harus terus lembur setiap harinya.
Salah satu karyawan menuturkan sebagai berikut:
“Saya berkerja setidaknya 12 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dan telah berkerja setidaknya 4-5 bulan. Banyak diantaranya saya berkerja sampai jam 3 atau 4 pagi.”
Beberapa karyawan juga menyebutkan bahwa mereka harus terus membuat patch hampir setiap saat. Para eksekutif dari Epic Games disebut-sebut terus memperhatikan kondisi dan posisi game, maka apabila ada sesuatu yang buruk terjadi pada game, para developer harus segera perbaiki masalah tersebut secepatnya.
“Para eksekutif disini terus bereaksi dan mengubah sesuatu. Semuanya harus dilakukan sesegera mungkin. Kami tidak boleh habiskan waktu untuk lakukan hal lain apapun. Apabila ada sesuatu yang rusak – contohnya senjata di game – kami tidak bisa sekedar ‘mematikannya’ dan perbaikinya lewat patch selanjutnya. Senjata tersebut harus diperbaiki secepat mungkin, dan diwaktu yang sama, kami masih mengerjakan patch besar untuk minggu depan. Sangatlah brutal.”
Selain waktu kerja yang ekstrim, Epic Games juga dilaporkan lakukan perlakuan yang buruk terhadap para kontraktor. Menurut beberapa sumber yang Polygon dapatkan, banyak diantara kontraktor ini dipecat atau mengundurkan diri karena stres akan harus terus mencapai deadline tanggal rilis.
Kontraktor di Epic disebut-sebut selalu dipandang sebelah mata. Mereka tidak mendapatkan hormat sama sekali dari para senior dan akan dibuang begitu saja setelah tugas mereka terpenuhi. Setelah kontrak mereka selesai, mereka akan langsung diganti oleh sosok baru yang masih “fresh” dan tidak akan komplain lagi akan budaya kerja disana. Sedikit diantara kontraktor ini yang diangkat menjadi karyawan tetap dan kebanyakan yang diangkat ialah mereka yang memang melebihi dari apa yang ditugaskan.
Tentunya kepastian informasi ini masih menjadi tanda tanya. Epic Games belum memberikan respon atas beredarnya informasi ini.
Budaya kerja ekstrim sebagai mana media memanggilnya “crunch” menjadi topik permasalahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Telltale, sebelum ditutup, dilaporkan pernah memberikan perlakuan yang buruk terhadap karyawannya dimana mereka harus berkerja lembur dikarenakan sistem episodik mereka yang harus mencapai deadline rilis. Rockstar juga pernah mengalami kasus ini sebelum perilisan Red Dead Redemption 2. Meskipun para atasan dari studio tersebut telah membantah kebenaran isu tersebut beberapa kali, pengakuan dari mantan karyawan sana terus memanaskan berita tersebut.