[Opini] Kenapa Game Bully Belum Memiliki Pesaing dengan Gameplay Serupa?

Game Bully

Game Bully merupakan sebuah masterpiece dari Rockstar selain Grand Theft Auto dan Midnight Club pada masa keemasan PS2. Meskipun konsep dari open world Bully memang terinspirasi berat dari GTA yang merupakan saudaranya, game ini sukses dengan caranya sendiri serta memiliki identitas yang sangat sulit untuk ditiru oleh developer lain.

Sejak perilisannya di tahun 2006, game ini belum mendapatkan pesaing besar yang mampu menantang game bertemakan anak sekolahan ini. Hingga muncul game Troublemaker buatan developer Indonesia bernama Gamecom Team yang berani menantang Bully dengan konsep nyaris sama, namun dengan identitas nuansa Indonesia yang begitu kental pada cerita serta gameplay.

Tentunya kita bertanya-tanya, apa yang membuat Bully begitu lama mendapatkan pesaing yang layak? Padahal apabila kita telusuri, banyak lahir konsep game-game open world yang begitu unik namun justru tidak menyentuh tema yang fokus pada anak sekolahan seperti Bully.

Game Bully Belum Memiliki Pesaing dengan Tema dan Gameplay Serupa

Game Bully Belum Memiliki Pesaing Langsung

Sedikit sejarah, game Bully dirilis pada tahun 2006 dan digarap oleh salah satu cabang Rockstar yaitu Rockstar Vancouver untuk konsol PS2. Sementara, versi remastered dengan beberapa ekspansi dan tambahan konten dirilis untuk konsol Xbox 360, Wii, serta PC pada tahun 2008. Bully kembali dirilis untuk konsol yang lebih modern yaitu PS4, Xbox One, serta platform mobile pada tahun 2016.

Bisa dibilang, game Bully merupakan versi ‘family friendly’ dari seri raksasa GTA yang juga sama-sama besutan Rockstar. Bully dan GTA sama-sama mengambil genre open world dan juga kebebasan melakukan apapun pada dunia game tersebut, tentunya dengan konsenkuensi yang berlaku pada masing-masing game.

Lantas, kenapa belum ada game-game bertemakan simulasi sekolah kalau hanya ada Bully sebagai kompetitor terkuatnya? Berikut ulasannya!

Belum ada Developer yang Berani Mengambil Tema Sekolah dan Kenakalan Remaja

Rockstar Vancouver yang Menggarap Game Bully

Apabila kamu sudah memainkan keduanya, kamu akan bertanya kenapa Rockstar justru memperbanyak seri GTA yang di setiap serinya selalu mengundang kontroversi, dibandingkan Bully yang bisa dibilang lebih jinak karena kejahatan yang bisa kita lakukan pada game tersebut mayoritas hanya kenakalan remaja.

Selain Rockstar yang belum memberikan informasi resmi lebih lanjut terkait pengembangan sequel Bully, belum ada developer game skala triple A yang ingin menggarap game open world bertemakan sekolah secara serius.

Persona Juga Bertemakan Remaja Sekolah Namun Tidak Bisa Dibilang Pesaing Game Bully

Kalaupun ada, hanya sebatas developer indie seperti game Yandere Simulator dan Troublemaker garapan developer tanah air, atau jika ingin memasukkan game triple A, kamu bisa masukkan seri Persona meskipun sedikit maksa karena kehidupan sekolah hanyalah gameplay sampingan untuk memperkuat karakter kamu.

Tidaklah sulit rasanya untuk game-game bertemakan sekolah untuk sukses dipasaran. Sebagai contoh, Hogwarts Legacy yang mengambil sekolah sihir Hogwarts sebagai jualan utamanya hingga sukses dipasaran dan berhasil memuaskan baik para gamer maupun penggemar Harry Potter itu sendiri. Lalu juga ada persona yang berhasil menggambarkan kehidupan anak sekolah Jepang dengan sangat baik.

Hogwarts Legacy Sukses Besar Dengan Menggandeng Tema Sekolah Hogwarts

Penyebab utama ketakutan developer game mengambil tema ini karena game Bully dianggap menargetkan remaja sebagai audiens mereka dikarenakan tokoh utamanya juga seorang remaja. Sehingga, game Bully dinilai lebih memberikan dampak buruk yang signifikan terhadap psikologis remaja yang memainkannya.

Tema Kenakalan Remaja Cukup Sensitif dan Rawan Kontroversi

Kontroversi Game Bully

Pada awal perilisannya, Bully memang mendapat banyak kecaman dan tidak boleh sepenuhnya beredar di Brazil. Sementara, banyak negara lain seperti Inggris dan Amerika Serikat menuntut Rockstar untuk menaikkan rating game ini dari teen ke mature kalau ingin game Bully beredar di negaranya.

Kontroversi tidak hanya datang dari gameplay kebebasan melakukan berbagai macam kenakalan remaja pada gamenya. Tema seksual juga sempat dikecam publik dimana sang karakter utama Jimmy Hopkins bisa berpacaran dengan total 5 perempuan dan akan mendapatkan bonus HP apabila berhasil berciuman dengan mereka.

Side Mission Dari Guru Olahraga Yang Mengundang Kontroversi

Tidak hanya itu, ada juga sebuah misi dimana seorang guru olahraga meminta kamu sebagai player untuk mencuri celana dalam di asrama para siswi demi ‘riset’ sang guru untuk menjauhkan para anak laki-laki dari kecanduan pornografi.

Mengingat topik-topik ini makin sensitif belakangan ini terutama di negara-negara barat sana. Tentunya membuat developer harus memutar otak lagi bagaimana cara membuat game bertamakan sekolah yang ceritanya bisa menyentil aktivitas-aktivitas menyimpang di tempat pendidikan tersebut.

Rawan Kontroversi Membuat Developer Tak Bebas Mengembangkan Gamenya

Game Developer Tidak Bebas Mengembangkan Gamenya

Melanjutkan poin sebelumnya, rawannya kontroversi penyimpangan remaja karena bisa merusak para remaja itu sendiri membuat developer yang hendak mengambil tema ini harus hati-hati dalam meracik baik itu cerita maupun gameplay. Mungkin Bully bisa sedikit bebas pada waktu perilisannya karena publik masih belum banyak protes mengenai hal ini, namun maraknya gerakan woke akan membuat konten-konten yang menjadi kontroversi di masa lalu semakin sensitif kedepannya.

Apa yang membuat game Bully menjadi sukses dan diinginkan sekuelnya adalah konten yang berani dari Rockstar. Seperti yang sudah banyak gamers ketahui, developer yang merancang GTA ini memang selalu hadir dengan konten-konten kontroversi yang terkadang ada di titik ekstrim hingga sulit untuk ditiru untuk developer lain.

Developer Harus Siap Dengan Kosenkuensi Hukum

Developer yang ingin mengadaptasi tema dari Bully juga harus sangat berhati-hati, yang berbanding lurus dengan tidak leluasanya developer untuk mengembangkan cerita dan gameplay yang mampu menggaet para gamers. Kreatifitas developer akhirnya terkurung dan gamenya menjadi melempem duluan pada perancangan konsep sehingga rasanya justru membuang waktu, uang, serta tenaga untuk sebuah game yang bisa saja menjerumuskan mereka ke meja hijau.

Lantas, Kenapa Bully 2 Tak Kunjung Dirilis?

Banyak rumor soal game Bully 2 yang terus bermunculan di internet

Rumor Bully 2 sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kamu yang sering mengikuti forum-forum yang membahas game-game besutan Rcosktar, seakan game tersebut sudah menjadi urban legend di dunia video game.

Ada banyak faktor kenapa Rockstar tak kunjung mengembangkan atau setidaknya mengumumkan secara resmi pengembangan Bully 2. Bisa saja karena mereka sedang mengembangkan IP baru, ingin fokus ke pembuatan GTA 6, atau kemungkinan terburuknya adalah disuntik mati karena berbagai macam hal.

Concept Art Bully 2 Yang Sempat Beredar Di Internet

Meskipun begitu, antusias fans dalam meminta rockstar membuat sekuel Bully tak pernah redup. Hal ini bisa kamu jumpai dari banyaknya rumor yang beredar baik itu yang disebarkan oleh orang-orang yang kurang kredibel atau dataminer yang sudah populer dan selalu akurat dalam memberikan bocoran.

Apabila Bully 2 Rilis, tentunya bisa jadi angin segar untuk kamu gamers muda yang menginginkan gameplay segar atau gamers tua yang ingin nostalgia pada game pertamanya. Artinya, Rockstar tidak perlu takut merugi ataupun mendapatkan review jelek selama game tersebut masih di jalan yang benar dan ditambahkan fitur-fitur game modern saat ini.

Troublemaker Jadi Satu-Satunya Pesaing Langsung Game Bully

Troublemaker akan Jadi Pesaing Langsung Bully

Butuh waktu kurang lebih 17 tahun hingga Bully mendapatkan spiritual successor, dan hebatnya game pesaing tersebut bernama Troublemaker yang datang dari developer Indonesia yaitu Gamecom Team. Tentunya, game ini akan membawa tema budaya sekolah Indonesia yang sebagian besar kita sudah pernah merasakannya.

Lucunya, game ini juga sempat mengalami kontroversi. Sebelumnya, game ini berjudul Parakacuk yang dinilai sebagian orang Jawa kurang sopan dan berkonotasi kasar. Pada akhirnya, nama game berganti menjadi Troublemaker agar lebih mudah disebutkan oleh para gamers luar negeri juga.

Gameplay Troublemaker

Hanya Troublemaker yang berani menantang konsep Bully yang sudah berumur belasan tahun tersebut. Game ini juga disambut baik gamers lokal dan gamers mancanegara yang juga sudah rindu dengan game semacam ini.

Itulah beberapa faktor yang membuat Bully memiliki sedikit sekali pesaing meskipun game ini sudah berumur belasan tahun. Bagaimana? Menurut kamu adakah game lain selain Troublemaker yang bisa menjadi pesaing Bully kedepannya?


Baca pula informasi Gamebrott lainnya tentang Bully beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Ananda Pratama. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.

Exit mobile version