• Berita
  • TECH
  • G | LIST
  • Review
  • Tutorial
  • OPINI
  • Video
    • TikTok
    • YouTube
    • Facebook
  • GB Live!
  • Freebies
    • Free Games
    • Giveaway
  • TopupNEW
No Result
View All Result
  • Android
  • iOS
  • PC
  • PS4
  • PS5
  • Switch
  • XBOX One
  • Xbox Series X
  • Genshin Impact
  • GTA
  • GB Live!
Gamebrott.com
  • Berita
  • TECH
  • G | LIST
  • Review
  • Tutorial
  • OPINI
  • Video
    • TikTok
    • YouTube
    • Facebook
  • GB Live!
  • Freebies
    • Free Games
    • Giveaway
  • TopupNEW
No Result
View All Result
Gamebrott.com
No Result
View All Result

Gamebrott > OPINI > Kenapa Mayoritas Film Adaptasi Video Game Tidak Sesuai Ekspektasi?

Kenapa Mayoritas Film Adaptasi Video Game Tidak Sesuai Ekspektasi?

by Muhammad Maulana
26 Februari 2022
in OPINI, PC, PS 4, PS 5, XBOX One, Xbox Series X
Reading Time: 7 mins read
A A
0
Video Game Movie Posters
0
SHARES
4.8k
VIEWS
Bagikan ke FacebookShare on Twitter

Ketika bicara soal film adaptasi video game, selalu ada 2 kriteria orang; yang pertama adalah fans dari game tersebut yang berharap filmnya akan sebagus gamenya. Kedua, fans yang sudah pesimis terlebih dahulu, berpikir film tersebut akan menjadi buruk dan sekedar menjadi easy-cash dengan memanfaatkan popularitas game tersebut. Kriteria orang kedua ini bukan karena tidak ada alasan, film adaptasi video game memang belum ada satu pun yang dianggap bagus. Banyak yang selalu berakhir buruk dan melenceng dari sumber yang diadaptasi.

Dari 48 film yang diadaptasi dari video game sejauh ini, hanya ada 3 film yang mampu mencapai skor 60% di Rotten Tomatoes yang dimana menjadi skor paling minimum untuk dianggap “fresh” atau bisa dibilang “layak tonton”. Mungkin Anda tidak terlalu setuju dengan penilaian film melalui Rotten Tomatoes atau bahkan tidak setuju dengan pendapat para kritikus. Namun Anda harus akui bahwa kualitas keseluruhan adaptasi video game hingga saat ini lebih rendah dibanding dengan jenis adaptasi lain seperti buku ataupun komik.

rt

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa bisa begitu? Berikut adalah beberapa opini saya mengapa film adaptasi game selalu gagal.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa bisa begitu? Berikut adalah beberapa opini saya mengapa film adaptasi game selalu gagal.

Daftar isi

  • 1. Pemilihan Penulis Naskah yang Salah
  • 2. Sutradara yang Ditunjuk Tidak Berkualitas
  • 3. Merangkum Video Game Menjadi Film Berdurasi 2 Jam Bukan Tugas yang Mudah
  • 4. Hollywood Tak Peduli dan Tak Hargai Video Game Sebagai Media Cerita
  • A New Hope

1. Pemilihan Penulis Naskah yang Salah

How to Become a Pro Scriptwriter: ULTIMATE Guide - Industrial Scripts®

Ok, Anda punya franchise yang dikenal mempunyai jalan cerita yang menarik dan potensial membawa cerita tersebut menjadi sebuah mahakarya di sinema. Anda dapatkan aktor dan aktris Hollywood yang berbakat untuk memainkan peran karakter utama dari game tersebut. Ditambah lagi, franchise yang akan Anda adaptasi punya fans yang banyak. Apa yang Anda perlukan sekarang? Seorang penulis naskah yang tahu tentang game tersebut, atau setidaknya peduli untuk melakukan riset akan apa yang dia tulis.

Sayangnya, Hollywood lebih mencari penulis yang tak tahu apa-apa soal game yang akan diadaptasi. Dikarenakan akan lebih murah dan cepat, juga sisa modal lainnya bisa dipakai untuk produksi film.

2. Sutradara yang Ditunjuk Tidak Berkualitas

Video game filmmaker Uwe Boll quits, but still gets the last laugh - Polygon

Pernahkah Anda perhatikan jika film adaptasi dari buku novel ataupun komik yang Anda cintai itu disutradarai oleh sutradara yang memang memiliki pengalaman serta kreativitas yang tinggi? Seperti halnya Christopher Nolan pada The Dark Knight trilogy ataupun Peter Jackson pada Lord of The Rings. Kedua sutradara tersebut habiskan waktu lama melakukan riset tentang apa yang akan mereka buat. Mereka memang dikenal sebagai sutradara yang professional dan berbakat.

Bandingkan dengan sutradara film adaptasi video game sejauh ini yang tak punya pengalaman sama sekali. Mereka dikenal selalu membuat film yang jelek, atau mereka bahkan tak tahu apa itu video game. Sama halnya seperti penulis nashkah yang sebelumnya dijelaskan. Bayangkan perbedaan seperti apa yang terjadi jika Anda berikan franchise dengan cerita menganggumkan seperti Max Payne ataupun Hitman kepada sutradara berbakat. Bukan Uwe boll ataupun Paul W. S. Anderson.

3. Merangkum Video Game Menjadi Film Berdurasi 2 Jam Bukan Tugas yang Mudah

warcraft%20movie%201

Video game biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 10-14 jam, bahkan lebih lama lagi kalau game tersebut RPG. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dibuat menjadi film yang mayoritas berdurasi 2 jam.

Anda peduli dengan karakter yang Anda mainkan beserta karakter lain yang ada di game. Juga mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam game tersebut. Dikarenakan Anda telah habiskan waktu berjam-jam untuk ikut serta dalam pengembangan karakter dan jalan cerita game tersebut.

Sebagai contoh, dapatkah Anda ceritakan ke teman Anda seluruh kejadian di Mass Effect atau Metal Gear Solid dalam waktu 2 jam? Jika iya, dapatkah Anda membuat film yang dapat merangkum semua kejadian dari kedua game tersebut dengan sinematografi yang baik, hingga dapat diterima gamer, non-gamer, berserta kritik?

Video game itu sendiri tidak selalu memiliki jalan cerita yang linier seperti di film. Kebanyakan game, khususnya di zaman modern ini memiliki cerita yang bercabang. Bahkan bisa berubah tergantung pada cara bermain atau keputusan Anda. Sebagai contoh, kita ambil saja Heavy Rain. Dalam game tersebut, karakter yang Anda mainkan ditentukan nasibnya dari keputusan serta ketepatan Anda dalam quick time event. Ada puluhan kemungkinan game tersebut dapat berakhir, membuat  hal tersebut tidak dapat diciptakan lewat film. Dikarenakan film sifatnya hanya menceritakan suatu cerita secara

4. Hollywood Tak Peduli dan Tak Hargai Video Game Sebagai Media Cerita

Doom Gallery 12

Tidak semua orang di balik pembuatan film menganggap video game sebagai suatu “media storytelling”. Kebanyakan dari mereka berpikir video game hanya sekedar permainan anak-anak yang mungkin dapat menghasilkan profit jika dibawa ke sinema. Sebagai contoh, kita ambil mereka yang tidak tahu apa-apa soal gaming. Jika ditanya soal Grand Theft Auto V, kemungkinan besar mereka melihat game tersebut sebagai “game penuh kekerasan yang memperbolehkan Anda membunuh orang dan datang ke strip club melihati hooker”. Bukan kisah dari 3 pria yang mencari kehidupan mewah dengan cara kriminal.

Anda mungkin berpikir proses Greenlight project suatu film di sebuah studio berkerja seperti ini, “Hey, saya suka game ini dan saya tahu semua lore yang ada di dalamnya. Saya punya ide untuk membuat film yang dapat membuat gamer dan pecinta film suka.”

Sayangnya, Hollywood tidak berkerja seperti itu. Mereka mencari franchise yang dapat menghasilkan keuntungan paling besar dan mempunyai fans yang banyak. Mereka juga akan mencari sutradara dan penulis yang mengerjakan projek tersebut. Apakah kedua orang tersebut tahu sesuatu tentang game yang diadaptasi? Tidak, bukan masalah. Tetapi, apakah film yang mereka hasilkan sebelumnya mendapatkan banyak uang? Ya, itu yang penting.

Video-Game-Movies-2016-1021x555

Film adaptasi video game bukan lagi hal yang baru. Dan walau sudah puluhan kali gagal membawakan adaptasi yang sesuai harapan fans game, hal ini akan terus terjadi. Melihat betapa populernya video game sekarang ini sebagai media hiburan dan film-film sebelumnya masih menghasilkan keuntungan meskipun dibenci habis-habisan oleh penonton.


A New Hope

The Video Game Adaptation 'Curse' Is Officially Dead : The Indiependent

Memang banyak film adaptasi video game berkualitas “busuk” secara keseluruhan, namun muncul sebuah trend dalam beberapa tahun terakhir dimana video game mulai dihargai sebagai media cerita dan kebanyakan dari mereka muncul dalam format serial (series).

Castlevania dan Arcane: League of Legends menjadi dua contoh apabila kamu bisa mengadaptasi video game menjadi sebuah media cerita pasif yang menyenangkan dan menggugah penontonnya. Kedua serial ini mengambil sumber material sebagai fondasi, dan membangun cerita fokus karakter lengkap dengan sinematografi, aksi, gaya visual, dan presentasi yang menarik perhatian. Ironisnya ialah kedua serial ini yang dimana bisa saya sebut sebagai adaptasi game terbaik sejauh ini ialah dua serial yang sumber materialnya tidak fokus pada aspek naratif sama sekali.

Castlevania ialah game yang orang kenal karena platforming yang sulit dan musik dan tema vampir yang ikonik, sedangkan League of Legends ialah game MOBA yang dimana orang lebih fokus akan meta dan kata rasis apa yang ingin dilontarkan saat kalah ketimbang lore masing-masing karakter.

Cuphead dan Dota: Dragon’s Blood menjadi 2 serial lain yang juga miliki kualitas yang cukup lumayan. Memang tidak sebagus Castlevania dan Arcane, tetapi kedua serial ini memunculkan tanda tanya “apakah format serial TV memang lebih cocok untuk adaptasi video game?” Dengan The Last of Us produksi HBO dan juga HALO produksi Paramount segera tiba, pertanyaan tersebut mungkin dapat terjawab lebih jelas lagi.

Sementara itu, untuk format film 2 jam sendiri sedikit ada peningkatan. Sonic the Hedgehog, Angry Birds 2 dan Detective Pikachu menjadi beberapa contoh terbaru yang sedikit memecahkan kutukan buruk adaptasi video game. Ketiga film ini memang bukan film mahakarya yang pantas masuk penghargaan akademi Oscar, tetapi setidaknya lebih memunculkan usaha dan rasa hormat sedikit terhadap sumber material yang menginspirasi serial dan TV tersebut lewat jalan cerita yang menghibur dan tidak membelokkan fakta atau aturan yang dibuat oleh game yang diadaptasi.

Apakah era baru dari adaptasi video game akan membaik dari sekarang? Kita lihat saja nanti.


Baca pula informasi lainnya beserta dengan kabar-kabar menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.

For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com

Tags: Film adaptasi gameOpinipcPS4XBOX ONE
SummarizeShareTweetSend
Previous Post

Mengapa Game Lama Dulu Dibuat Lebih Sulit Dibandingkan Game Modern Sekarang?

Next Post

Gabe Newell Akui Sering Bermain Final Fantasy XIV Bersama Anak Menggunakan Steam Deck

Muhammad Maulana

Muhammad Maulana

Seseorang yang menghabiskan waktunya mengamati Video Game dan Film.

Related Posts

Mantan CEO Intel Memprediksi

Mantan CEO Intel Ungkap Era GPU akan Tamat Sebelum Akhir Dekade Ini

by Bima
1 hari ago
0

Dunia teknologi dihebohkan dengan pernyataan dari mantan CEO Intel, Pat Gelsinger yang baru-baru ini mengungkapkan bahwa dirinya memprediksi era GPU...

AYANEO NEXT II 2025

AYANEO NEXT II Bakal Usung Layar Lebih Besar, Begini Spesifikasinya

by Bima
1 hari ago
0

Di penghujung November 2025 ini, brand AYANEO kembali goda handheld terbarunya yang dinamakan AYANEO NEXT II. Konon, handheld tersebut bakal...

Kabel 12VHPWR Meleleh 2025

Kabel 12VHPWR Meleleh, RTX 5090 Ini Langsung Tidak Bisa Digunakan

by Bima
2 hari ago
0

Sudah bertahun-tahun sejak insiden kabel 12VHPWR meleleh, dan hingga kini pun kasus tersebut masih saja terjadi. Kali ini korbannya adalah...

Microsoft Akui Teams Makan RAM Saat Idle 2025

Microsoft Akui Teams Makan RAM Saat Idle, Bikin Sistem Makin Berat?

by Bima
2 hari ago
0

Setelah sebelumnya mengakui Task Manager membuat sistem makin berat, kini kembali Microsoft akui Teams makan RAM bahkan saat idle dan...

Load More
Please login to join discussion
Rectangle Desktop Bleach Gamebrott

Gamebrott Latest

game horror terbaik 2025

10 Game Horror Terbaik 2025, Bikin Merinding!

by Sofie Diana
41 menit ago
0

Game Action Terbaik 2025

10 Game Action Terbaik 2025 yang Seru Buat Dimainin

by Nadia Haudina
2 jam ago
0

Light No Fire Sean Murray Bos Hello Games

Bos Hello Games Ungkap Light No Fire Dikerjakan oleh Tim Kecil

by Andy Julianto
2 jam ago
0

Game Online Terbaik 2025

10 Game Online Terbaik 2025 yang Seru Dimainkan!

by Javier Ferdano
3 jam ago
0

Game Tembak-tembak Terbaik 2025

10 Game Tembak-tembak Terbaik 2025 yang Bisa Kamu Cobain!

by Nadia Haudina
4 jam ago
0

Gamebrott Live

Gamebrott Trending

Cheat GTA

Cheat GTA Terlengkap Bahasa Indonesia Terbaru November 2025!

by Muhammad Faisal
4 minggu ago
0

brand laptop

Brand Laptop Setop Jual RAM Terpisah Imbas Banyaknya Scalper

by Andi
3 hari ago
0

Mantan CEO Intel Memprediksi

Mantan CEO Intel Ungkap Era GPU akan Tamat Sebelum Akhir Dekade Ini

by Bima
1 hari ago
0

Nama Squad Mobile Legends

2000+ Nama Squad Mobile Legends (ML) Keren dan Artinya yang Berkualitas

by Jeri Utama
2 tahun ago
0

cover 39 low end games gamebrott

120 Game PC Ringan Terbaik di Dunia yang Takkan Buat Laptop dan PC Kentang Kalian Meleleh

by Muhammad Maulana
11 bulan ago
33

© Gamebrott.com Ltd. 
Untuk say hello, kerjasama, Press Release, dan kolaborasi lainnya silahkan hubungi;
Career
: hrd@gamebrott.com
Partnership: info@gamebrott.com
Press Release: pr@gamebrott.com
Phone/Whatsapp: (+62)-852-7134-8676

POWERED BY

Visit our GMA team:
Vietnam – EXP GG VN
Taiwan HK – EXP GG TW
Thailand – GamingDose

  • About Us
  • Contact Us
  • advertising
  • SITEMAP

© 2024 Gamebrott Limited

Share

Facebook

X

LinkedIn

WhatsApp

Copy Link
×
No Result
View All Result
  • Berita
  • Review
  • G | LIST
  • PLATFORM
    • Android
    • iOS
    • PC
    • PS4
    • PS5
    • Switch
  • TECH
  • Tutorial
  • Popular Games
    • Mobile Legends
    • Free Fire
    • PUBG Mobile
    • GTA
    • Genshin Impact
  • Videos
    • TikTok
    • YouTube
    • Facebook
  • GB Live!
  • Freebies
    • Free Games
    • Giveaway
  • Topup

© 2024 Gamebrott Limited