Pimpinan bagian HR Bungie pergi meninggalkannya.
Tempat kerja yang toxic tidak membuat banyak orang bisa betah bertahan lama untuk terus berkontribusi. Situasi ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk pimpinan atau kepala bagian yang ada dalam perusahaan termasuk developer game.
Kasus seperti Activision Blizzard dan Ubisoft menjadi beberapa contoh bagaimana lingkungan kerja yang tidak sehat dalam developer game membuat banyak orang pergi meninggalkannya. Kali ini Bungie, developer pertama seri Halo dan Destiny menjadi sorotan setelah laporan perlakuan tidak adil dari para petingginya.
Kepala Human Resource / HR (bagian merekrut dan mengurus karyawan, red), Gayle D’Hondt harus pergi meninggalkan Bungie setelah laporan ketidak adilan dalam perusahaannya mengemuka.
Menurut laporan IGN, D’Hont menceritakan bagaimana pekerjaannya menangani semua masalah karyawan Bungie dari diskriminasi, rasisme, dan pelecehan seksual. Ia juga ceritakan bagaimana pelaku pelecehan yang awalnya ia anggap teman namun malah melecehkannya.
D’Hont menjelaskan bahwa pelakunya adalah seorang eksekutif yang menjadi alasan utama ia meninggalkan Bungie. Menurutnya Bungie harus terus move on dengan mereka yang baru mengenal perusahaannya, orang-orang yang bisa dipercaya, bukan dilabeli sebagai “orang yang bisa melakukan sesuatu”.
Kasus ini membuat beberapa karyawan harus pergi tinggalkan Bungie di saat CEO-nya, Pete Parsons meminta maaf dan berempati kepada para korban pelecehan dan budaya lembur. Ia juga jelaskan akan tinjau ulang praktik perekrutan, kompensasi, dan promosi untuk mencegah dan menghentikan masalah ini.
Baca lebih lanjut tentang Berita, atau artikel video game Jepang dan non-mainstream lain dari Ayyadana Akbar.
For japanese games, jrpg, shooter games, game review, and press release, please contact me at: author@gamebrott.com