Kisah Clair Obscur: Expedition 33 — Game perdana dari Sandfall Interactive, Clair Obscur Expedition 33 naik daun sejak diluncurkan 24 April 2025 lalu. Membawa turn-based RPG, game ini disertai kisah yang menarik buat diikuti.
Meski meraih kepopuleran berkat cerita dan gameplay epik, beberapa di antara kamu mungkin belum tahu atau masih bingung dengan kisah atau jalan cerita dari game secara detail.
Untuk itu, Gamebrott bakal bagiin kisah Clair Obscur: Expedition 33 mulai dari awal hingga akhir serta ending dari game tersebut!
DISCLAIMER: Keseluruhan tulisan dalam artikel ini mengandung SPOILER!!
Daftar isi
Detail Kisah Clair Obscur Expedition 33

Inilah detail cerita game mulai dari awal hingga akhir, serta penjelasan mengenai ending-nya!
Prolog

Awal Kisah Expedition 33 diperlihatkan kota Lumiere yang bangkit dari kehancuran setelah bencana yang mengerikan. Gustave, protagonis dalam game sedang melihat Monolith di pulau di ujung lautan bertuliskan angka “33” di puncaknya.
Berselang kemudian, remaja perempuan berambut merah bernama Maelle menghampirinya dan mengajaknya bergabung dalam festival yang diadakan masyarakat setiap tahun. Maelle sendiri adalah gadis kecil yang sudah dianggap Gustave sebagai adik.
Singkat cerita, keduanya bergabung di festival tahunan Lumiere bernama Gommage, di mana usia maksimal semua orang dikurangi satu tahun dan semua orang yang lewat dari batas usia itu akan menghilang selamanya.
Dalam festival, Gustave bertemu dengan kekasihnya Sophie. Festival kali ini menjadi hal baru untuk keduanya karena Sophie telah resmi berusia 34 tahun, dan masyarakat tampak antusias menikmati acara berbentuk tradisi tersebut.

Singkat cerita, The Paintress pun “bangun dari tidurnya”. Dengan kuas raksasanya, Paintress menulis angka “33” di Monolith, mencatat zaman baru bagi para warga Lumiere.
Festival yang penuh kegembiraan, tawa, canda, dan kebahagiaan, seketika berganti menjadi ketakutan, panik, hingga kesedihan. Puluhan orang-orang, termasuk Sophie hilang dalam Gommage, menyisakan kepedihan mendalam bagi Gustave.
Bersamaan dengan festival, setiap tahunnya warga Lumiere mengadakan perjalanan jauh untuk mencapai Monolith. Semua dimulai dari angka 100, dan “33” menunjukkan angka ekspedisi di tahun itu.
Sejauh ini, belum ada ekspedisi yang berhasil kembali dengan selamat. Berbekal tekad tanpa informasi apapun dari ekspedisi sebelumnya, Gustave dan tim Expedition 33 berangkat menaklukkan Paintress demi musnahkan Gommage yang telah menyiksa warga Lumiere.
Act I

Perjalanan Gustave sebagai anggota Expedition 33 dimulai saat tiba di pulau Old Lumiere dengan menggunakan kapal. Begitu tiba di sana, para Expeditioner terkejut bertemu seorang pria tua yang masih hidup, mengingat seluruh orang tua di dunia itu telah musnah oleh Gommage.
Alih-alih menolong, pria tua itu malah membantai seluruh kelompok Expedition 33 habis-habisan hingga hanya menyisakan Gustave seorang. Ketika sudah sadar, ia menyadari Maelle hilang, membuatnya putus asa dan ingin mengakhiri hidup.
Untungnya, Lune berhasil menyelamatkan Gustave, kemudian meyakinkan dirinya untuk mencari Maelle. Sepanjang perjalanan, mereka bertemu dengan Nevron, makhluk yang melindungi The Paintress dari para ekspedisi dan tersebar di manapun, dan warna putih menunjukkan bahwa Nevron tersebut berkelakuan baik.
Sepanjang perjalanan, Gustave dan Lune menemukan mansion besar dinamai Flying Manor. Gustave dan Lune masuk ke tempat itu, memanggil nama Maelle dengan penuh harap. Mereka menemukannya, namun Maelle tampak bingung mengapa ia bisa datang ke mansion tersebut.

Tiba-tiba, sebuah entitas mirip manusia datang dari pintu dan menatap mereka. Sosok itu bernama Curator, yang mana akan membantu pemain menaikkan Lumina Point dan memperkuat karakter andalan pemain sepanjang perjalanan menuju Monolith.
Gustave, Lune, dan Maelle keluar dari tempat itu dan melanjutkan perjalanan. Namun di tengah jalan, tepatnya di tengah hutan, mereka diserang oleh makhluk bernama Sakapatate. Gustave dan kawan-kawan mengalahkannya, yang ternyata berisi makhluk Gestral kecil dan mengajak ketiganya masuk ke Gestral Village yang dipimpin oleh Golgra.
Gestral sendiri adalah entitas yang hidup berkelompok, baik, dan dapat berinteraksi dengan manusia. Mereka tak bisa mati, namun bereinkarnasi dengan Chroma, zat yang membuat makhluk-makhluk tersebut untuk hidup kembali.
Ketika sampai, Gestral Village sedang mengadakan turnamen untuk tentukan siapa yang terkuat. Ketika mereka berbicara dengan Golgra, ia memberitahu untuk bertemu Esquie agar bisa seberangi lautan, juga menyuruh mereka ikut dalam turnamen.
Karena berhasil dapatkan informasi untuk menuju Monolith, Gustave dan kawan-kawan ikut berpartisipasi dalam turnamen sebagai balas budi dan harus mengalahkan empat jagoan Gestral.
Setelah mengalahkan Gestral ketiga, pembawa acara turnamen mengumumkan sang terkuat dari turnamen sebelumnya, Sciel. Sciel adalah anggota Expedition 33 yang mengira hanya dirinya yang berhasil hidup di Gestral Village sebelum bertemu Gustave dan kawan-kawan.

Karena masih dalam pertandingan, salah satu dari anggota ekspedisi harus melawan Sciel. Mereka pun berhasil mengalahkan Sciel dalam turnamen, dan Sciel resmi masuk sebagai anggota tim mereka.
Malam pun datang. Gustave dan kawan-kawan berkemah di bukit berseberang jauh dari Monolith, yang bakal semakin dekat seiring game berjalan.
Di sini, pemain bisa ngobrol dengan karakter lain hingga menulis jurnal, hal yang dilakukan para ekspedisi sebagai petunjuk menuju Monolith (jurnal lainnya dapat kamu temukan di berbagai tempat selama perjalanan).
Saat bercengkerama, suasana mendadak jadi hitam putih. Maelle bermimpi bertemu dengan sosok gadis kecil bertopeng. Lagi, pria tua berambut putih muncul dan memanggilnya “Alicia”, bercerita tentang “keluarga” dan memberi peringatan ke Maelle agar kembali ke rumah.
Mimpi itu hilang. Maelle shock hingga membuat Gustave dan kawan-kawan khawatir. Mereka mencoba menenangkannya, kemudian beristirahat dan melanjutkan perjalanan menuju tempat makhluk dari cerita legenda Lumiere, Esquie.

Keesokan harinya, Gustave dan kawan-kawan pergi menuju Esquie’s Nest. Sesampai di sana, mereka bertemu dengan Esquie dan ingin menumpang menyeberangi lautan menuju Monolith.
Esquie setuju, tapi ia butuh Florrie untuk bisa membawa mereka berempat dan salah satunya ada di “musuh besarnya”, Francois. Francois yang merasa terganggu atas kedatangan Gustave dan kawan-kawan tak mau menyerahkan Florrie, dan pemain harus melawannya hingga ia menyerah dan berikan batu itu untuk Esquie.
Sayangnya, batu yang diberikan Francois palsu, dan sejak awal ia tak memilikinya karena benda itu ada di Stone Wave Cliffs. Demi bisa seberangi lautan, Gustave dan kawan-kawan mencarinya agar Esquie bisa berenang menuju Monolith.
Sesampai di Wave Stone Cliffs, Esquie merasakan ada yang tak beres. Benar saja, di tengah perjalanan, The Lampmaster muncul dan ingin menghancurkan mereka. Selesai menumbangkannya, Sciel menemukan Florrie dan memberikannya ke Esquie, membuatnya punya kemampuan untuk menopang lebih dari 4 orang.

Sebelum berangkat ke Monolith, Gustave dan Maelle meluangkan waktu untuk bermain lempar batu. Tiba-tiba, pria tua itu kembali datang dan langsung membunuh Gustave tepat di depan mata Maelle.
Maelle tak mampu menyelamatkannya karena dihalangi oleh kekuatan pria tua. Gustave berusaha keras menyerang pria tua itu dengan sisa tenaganya, hingga akhirnya mati di tangan pria tua.
Pria tua itu mendatangi Maelle yang tak berdaya, mendorong jiwa Maelle ke kegelapan. Suara-suara aneh datang menghampirinya, dan berjanji akan membawanya kembali pulang. Jiwa Maelle mendadak kembali ke tubuh aslinya, dan pria tua berniat membunuhnya. Namun, usahanya berhasil digagalkan oleh sosok pria dewasa.
Anehnya, pria tua sangat familiar dengannya. Pria dewasa meminta ke pria tua agar Maelle pergi, namun ditolak. Sang pria menunjuk ke atas tebing, dan gadis bertopeng yang ditemui Maelle di mimpi ternyata sudah ada di sana saat Gustave terbunuh.
Pria dewasa itu mengulurkan tangan, menyuruh Maelle kembali ke teman-temannya. Kesedihan mendalam dirasakan Maelle dan kawan-kawan karena kematian Gustave, dan kita melihat momen Esquie memeluk Maelle.
Tak hanya Maelle, Lune dan Sciel juga turut bersedih atas kematian Gustave. Ketika larut dalam duka cita, pria dewasa itu kembali muncul di hadapan mereka membawa jurnal milik Gustave.

Rasa curiga membuat Lune dan Sciel waspada, melayangkan berbagai pertanyaan ke pria tersebut. Singkat cerita, pria itu mengaku adalah Expeditioner dari Expedition Zero, immortal (tak dapat menua), dan tak terpengaruh oleh Gommage.
Ia juga menyebut pria tua yang menyerang mereka adalah Renoir, mantan Commander-nya. Renoir ternyata juga immortal, dan merasa itu adalah berkah dari The Paintress dan ingin hidup abadi dengan membantai seluruh Expeditioner untuk melindungi Paintress.
Karena tak bisa menolong Gustave, ia ingin membayar kesalahannya dengan membantu mereka untuk sampai ke Monolith. Dan Verso, nama pria itu akhirnya resmi bergabung di tim Expedition 33.
Act II

Masuk ke bagian kedua Expedition 33, kelompok Maelle berduka atas kematian Gustave namun tetap melanjutkan misi. Dalam perjalanan, Maelle bersikeras ingin mengubur Gustave dengan layak. Setelah dikuburkan, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Di tengah perjalanan, Verso menyarankan untuk mengunjungi teman lamanya Monoco di Old Lumiere, karena Paintress hanya bisa dikalahkan jika perisainya dihancurkan dengan cara memainkan “hati”nya, dan mereka harus ke rumah bangsawan tua The Manor. Karena itu, mereka membutuhkan bantuan tambahan.
Singkat cerita, mereka akhirnya tiba di tempat Monoco. Awalnya tim mengira ia adalah manusia, namun ketika menyerang Verso, ia ternyata adalah seorang Gestral dan bisa berbicara bahasa manusia karena bantuan Verso, disertai Noco yang ternyata adalah Gurunya yang telah bereinkarnasi menjadi bocah Gestral.

Monoco awalnya tak mau diajak bergabung karena skeptis apapun yang dilakukannya untuk membantu Verso selalu gagal. Tapi Verso terus membujuk dan meyakinkannya dan akhirnya Monoco dan Noco resmi bergabung dalam tim.
Di tempat lain, Sciel menemukan Dorrie dan Lune menemukan jurnal milik tim Expedition 58. Lune membukanya, berharap temukan informasi baru. Namun yang ia temukan adalah “hal tak terduga”, dan ketiganya bergegas temukan Maelle dan Verso.
Sayangnya, Maelle dan kawan-kawan terpisah karena sebuah insiden. Verso menemukan Maelle dan melanjutkan perjalanan, tapi ketika di tengah-tengah, Verso hilang, membuat Maelle terus bergerak maju mencarinya.

Sementara Maelle berjalan tak tentu arah, ia malah menemukan The Manor yang telah terbengkalai. Ia berjalan mendekati pintu masuk (yang terbuka dengan sendirinya), dan malah bertemu dengan gadis bertopeng bersama sosok yang harus mereka taklukkan, Paintress.
Saat gadis bertopeng mendekati Maelle, Verso langsung meng-confront keduanya namun terhalang oleh “invisible shield” (perisai yang tak tampak). Tak lama kemudian, Renoir muncul di hadapan mereka dan memanggil Verso dengan sebutan “son“.
Dari sini, baru diketahui kalau Renoir adalah Ayah Verso dan ia hadir untuk melindungi Paintress dan gadis bertopeng. Ia mengeluarkan dua makhluk mengerikan, kemudian bersiap melawan Verso dan kawan-kawan.

Setelah Renoir tumbang, Renoir mengeluarkan kekuatannya dengan putus asa. Dengan satu ayunan, ia menembakkannya tepat ke tim mereka dan menghilang. Naas, kekuatan itu mengenai Noco dan tewas di tempat.
Penuh emosi, Maelle kembali menyerang Renoir dan tak mempan. Renoir kembali melayangkan serangan, namun dicegat Verso sambil berteriak “ALICIA!”, dan dunia seketika menjadi hitam putih dan waktu pun terhenti.
Dari Manor, gadis bertopeng itu kembali muncul, membuka topengnya di hadapan Maelle dan memegang tangannya. Seketika memori asing menghampiri ingatan Maelle, kebingungan mengapa hanya ia yang diberi ingatan tersebut.
Pelan-pelan, gadis bertopeng itu kembali ke Manor. Begitu pintu gedung tertutup, saat itu juga ia menghilang seperti ditelan Bumi, dan waktu kembali berjalan seperti semula. Verso putus asa, misinya gagal menaklukkan mereka.
Kembali ke Camp, Sciel menemukan Dorrie dan memberikannya pada Esquie agar bisa berenang. Suasana jadi tegang saat Lune meminta Verso menjelaskan semuanya, termasuk bahwa Paintress, gadis bertopeng, dan Renoir adalah keluarganya.
Maelle bertanya tentang siapa gadis bertopeng dan kenapa ia selalu mendekatinya, yang dijawab Verso adalah adik kandungnya bernama Alicia. Ia memakai topeng karena wajahnya rusak akibat kebakaran dan tidak tahu apa tujuannya pada Maelle.
Verso berkata mereka bukan keluarganya, menjelaskan bahwa itu hal privasi dan merasa mereka tak perlu terlibat dengan masalahnya. Meski begitu, Sciel berkata tak boleh ada yang dirahasiakan selama perjalanan menuju Monolith.
Sementara itu, Monoco tengah berduka atas kematian Noco. Lune bertanya apakah Gestral bisa bereinkarnasi. Monoco mengiyakan, namun semua ingatannya akan hilang dan jadi Gestral baru.

Verso ungkap mereka tak lagi punya akses untuk bisa ke Monolith. Namun, Lune mendapat informasi dari jurnal Expedition 58 kalau Verso punya cara untuk bisa sampai ke sana, yaitu bertemu dengan Curator yang ternyata muncul tak jauh dari tempat mereka beristirahat.
Mereka pun menghadap Curator. Namun, hanya Maelle yang dapat berkomunikasi dengannya. Untuk bisa ke Monolith, mereka harus membawa minimal dua Chroma murni Axon dan memberikannya ke Curator untuk ditempa menjadi senjata.
Setelah menemukannya dan saat memberikan dua Chroma itu, Maelle dibayang-bayangi ingatan yang tidak ia kenali. Keduanya ditempa menjadi Rapier yang dapat menembus perisai Monolith.
Semuanya telah siap, besok adalah hari mereka berhadapan dengan Paintress. Mereka mengadakan perjamuan sederhana terakhir sebelum berangkat, dan Verso memisahkan diri dari mereka.

Ketika bersantai di tepi bukit, gadis bertopeng alias Alicia muncul di hadapannya dan memberi sepucuk surat. Verso menyimpannya, membuka topeng Alicia dan memeluknya. Renoir muncul di hadapan mereka, menanyakan semua konsekuensi yang dihadapi Verso setelah menaklukkan Paintress.
Pagi harinya, mereka menyeberangi lautan. Tampak wanita raksasa meringkuk, menandakan mereka telah sampai Monolith. Dengan Rapier-nya, Maelle sekuat tenaga berhasil menghancurkan perisai dan berhasil memasuki area.
Mereka pun tiba dan melawan Paintress. Meski berkali-kali mengeluarkan kekuatan terbaik bahkan Gradient Attack, serangan itu tak mempan dan tidak bisa ditembus. Hal ini membuat Maelle sadar bahwa raksasa itu bukanlah Paintress.

Tiba-tiba dunia jadi hitam putih, memperlihatkan sosok wanita mirip Curator yang mereka temui di Manor dan membakar tubuh Maelle dan teman-temannya kecuali Verso. Verso langsung mendekatkan diri ke Maelle, membiarkan tubuhnya terbakar oleh api hingga hilang dengan sendirinya.
Sesaat kemudian, sosok itu membuka jalan dan Verso mengajak Maelle dan kawan-kawan masuk ke sana. Sesampainya di dalam, Maelle dapat merasakan “hati” Paintress ada di puncak atas Monolith.
Keping demi keping memori muncul di udara, dan Maelle merasakan itu ingatan The Paintress, tahu karena merasa dapat “membaca” Chroma di sana. Kejadian itu terus berlanjut hingga mereka tiba di puncak menara.
Memori itu semakin jelas memperlihatkan seorang pria dan wanita saling memeluk satu sama lain. Ingatan itu pelan-pelan menghilang, dan Renoir muncul di hadapan Verso dan kawan-kawan.

Perdebatan terjadi antara Verso dan Renoir. Sang pria tua bersikukuh tak ingin kehilangan dirinya, berkata mereka adalah keluarga. Di sisi lain, Verso lelah terus-terusan hidup abadi dan ingin menaklukkan Paintress. Tak terima, Renoir akhirnya kembali melawan mereka.
Meski telah ditaklukkan, Renoir terus-terusan berkata ingin melindungi dirinya dan menancapkan tongkatnya ke tanah. Aura hitam perlahan-lahan akan menghancurkan Verso dan kawan-kawan, namun langsung terhenti saat Curator muncul.
Curator mengarahkan Maelle ke hadapan Renoir, meletakkan tangan gadis kecil itu tepat di jantung sang pria tua. Renoir berkata “aku mencintai mereka juga”, dan raganya pun hilang bersama Curator.
Verso dan kawan-kawan akhirnya masuk ke puncak Monolith, menemui Paintress yang berdiri di ujung jalan.
Paintress terkejut melihat Verso, berkata “kau telah kembali” sambil mendekatinya pelan-pelan. Pandangannya juga terlihat ke Maelle, memanggilnya Alicia hingga membuat Lune dan Sciel kebingungan.
Akhirnya, Lune dan Sciel sadar kalau Alicia adalah anak perempuan Paintress yang hilang dan wajah Maelle mengingatkannya pada sang anak. Paintress mengulurkan tangan, mengajak Verso pulang, dan ia menolak.
Paintress terdiam, pelan-pelan menyadari kalau Maelle bukanlah Alicia dan Verso bukan anaknya. Verso berkata kalau sang anak “sudah mati”, dan Paintress seakan tak mau menerima, bilang semua itu adalah tipuan semata, tak ingin “Dia” (read: His) merebut Canvas dan bertarung melawan tim Expedition 33.

Singkat cerita, Paintress berhasil ditaklukkan. Dalam keadaan terluka, ia tertatih-tatih dan akhirnya terjatuh di pangkuan Verso. Maelle mengarahkan tangannya ke jantung Paintress, dan “Alicia” adalah ucapan terakhir darinya dan tubuhnya menghilang.
Paintress telah mati. Angka 33 yang jadi malapetaka dalam dunia tersebut perlahan-lahan menghilang. Misi selesai, dan tim Expedition 33 menancapkan bendera sebagai bukti mereka berhasil mengalahkan Paintress.
Kelimanya pulang ke Lumiere dengan perasaan kelam. Apakah pulang ke kampung halaman dan hidup bahagia menjadi jawaban? Ada begitu banyak pertanyaan yang tak terjawab untuk mereka.
Warga menyambut hangat Verso dan kawan-kawan begitu tiba di Lumiere. Pesta, jamuan, dan lainnya disiapkan untuk merayakan kemenangan menaklukkan Paintress, dan Verso memilih memisahkan diri dan duduk di tepi laut, teringat surat yang diberikan Alicia padanya.
Naas, begitu selesai membaca surat, badai Gommage menghantam Lumiere dan seluruh warga larut menjadi debu, termasuk Maelle, orang terakhir yang ikut hilang bersama mereka.
Act III

Pada bagian ketiga cerita Expedition 33 ini, seluruh rahasia akhirnya terungkap. Dunia yang kita lihat selama ini ternyata hanyalah sebuah lukisan di Canvas milik Verso.
Verso dikenal sebagai Painter berbakat yang dapat hidupkan lukisan-lukisan imajinatif bahkan masuk ke dalam lukisan tersebut. Ketika ia meninggal, sebagian jiwanya masih tersisa di Canvas. Gestral, Esquie, hingga Monoco adalah ciptaan Verso.
Renoir dan Aline adalah pasangan suami-istri sekaligus Ayah dan Ibu dari Clea, Verso, dan gadis kecil bertopeng Alicia. Renoir adalah kepala keluarga Dessendre dan seorang Painter. Verso dan Renoir yang kita lihat sepanjang cerita, hanyalah karya yang digambar Aline.
Maelle sebenarnya adalah Alicia. Ia juga masuk ke Canvas atas bantuan Clea untuk mengeluarkan orang tuanya, namun kekuatan Aline terlalu kuat hingga ia terlahir sebagai Maelle, tanpa ingatan dan identitas asli karena tak punya kekuatan Paintress seperti orangtuanya.
Keluarga ini tinggal di dunia nyata di Paris, tepatnya di Manor yang ternyata adalah rumah mereka. Namun, Verso meninggal bertahun-tahun lalu karena insiden kebakaran. Kesedihan sangat dalam membuat Aline tenggelam di lukisan Verso, karena sebagian jiwanya masih tersimpan di sana.
Saat ini, Renoir sedang berjuang menyelamatkan Aline, sang istri yang sedang berduka dan menciptakan Verso di dunia Canvas. Maelle alias Alicia, kembali ke Lumiere dan bertemu Verso.
Meski seutuhnya menjadi Paintress, Alicia tetap merasa dirinya Maelle dan menyesal tidak mendengarkan Maman-nya (read: Ibu) dan “Writers” hingga Verso mengorbankan dirinya dari kebakaran.
Walau begitu, Verso tak ingin ia terus hidup abadi dan ingin Canvas musnah. Sebaliknya, Alicia ingin pertahankan Lumiere dan ingin Ayahnya memperbaiki keadaan. Semua itu jadi penentuan ketika keduanya bertemu dengan sang Ayah Renoir asli, yang ternyata wujud dari sang Curator ketika mereka bertemu di taman kota.

Renoir menolak permintaan Alicia, menyadari putri bungsunya tenggelam dalam ilusi Canvas sama seperti Aline. Ia coba sadarkan Alicia, tak ingin kejadian sama terulang lagi. Dan nihil, Alicia telah sepenuhnya terpengaruh di dunia itu.
Melihat itu, Renoir mengamuk dan kumpulkan seluruh Chroma, termasuk Verso hingga terbentuk Axon, monster mengerikan di bawah kendali sang Ayah.
Alicia cepat-cepat menyelamatkan Painted Verso sebelum terkena Gommage, kemudian menyimpan sebagian Chroma di udara. Esquie dan Monoco datang, menyelamatkan mereka dan kabur dari Lumiere.
Sampai di Camp, Alicia kesulitan gunakan kemampuannya sebagai Paintress. Verso melihatnya, kemudian mengajarkan gadis kecil itu melukis dan berhasil hidupkan Lune dan Sciel kembali.
Alicia mengakui kalau ia adalah putri Aline dan juga seorang Paintress. Lune meluapkan amarahnya pada Verso, merasa terkhianati karena sejak awal pria itu tahu mereka hanya karya seni keluarga Dessandre, memilih bungkam selama ini.
Sciel bertanya apakah Alicia bisa menghidupkan kembali orang-orang. Alicia mengiyakan, namun ia butuh chroma dan saat ini semuanya dikuasai oleh Renoir. Lune teringat tak semuanya bisa hidup, namun Gustave pernah memberitahunya mereka bisa dapatkan chroma dengan cara mengambilnya dari para ekspedisi yang tewas diserang Nevron.
Singkat cerita, mereka berkeliling mengumpulkan seluruh chroma yang tersisa., dan Alicia percaya dapat taklukkan Renoir dengan itu agar ia bisa keluar dari Canvas, dan mereka kembali ke Lumiere untuk berperang melawan Renoir asli.

Singkat cerita, mereka akhirnya menaklukkan Renoir. Ia membuka lorong waktu memperlihatkan Aline yang kesakitan dan wajahnya terkelupas akibat terlalu lama di dalam Canvas.
Di sini, terungkap Renoir juga pernah terjebak dalam Canvas dan Aline menyelamatkannya. Untuk melupakan rasa sedih kehilangan Verso, mereka melukis dan membuat dunia yang kita kenal sekarang selama 67 tahun (waktu dalam Canvas).
Namun, rasa sedih karena kehilangan Verso membuat Aline ikut terjebak di dalam ilusi lukisan hingga berefek samping pada tubuhnya di dunia nyata. Inilah yang Renoir sadari kalau ia harus mengeluarkan Aline dan Alicia, serta hancurkan Canvas agar mereka bisa melanjutkan hidup meski tanpa Verso.
Alicia menolak, ia memohon pada Ayahnya agar Canvas tetap ada karena ia sudah banyak kehilangan kebahagiaan, serta meminta untuk tinggal sebentar lagi di dunia tersebut. Renoir ragu-ragu, tapi Alicia meyakinkannya dan berjanji menjaga seluruh kenangan di dalam Canvas.

Keduanya berpelukan, dan Renoir menghilang tertiup debu. Verso mendekati lorong waktu itu dan masuk ke dalam, dan terlihat seorang anak kecil yang melukis sesuatu di kanvas besar.
Dari sini, terungkap itu adalah jiwa Verso kecil. Jiwa itu terperangkap dan jadi inti mengapa dunia lukisan dapat hidup dan bergerak karena melukis tanpa henti. Verso mendekatinya, namun Alicia menghentikannya.
Alicia datang, berkata tak seharusnya Verso di sini karena berbahaya. Tapi Verso sadar, apa yang gadis kecil itu katakan pada Renoir terkait Canvas adalah bohong, dan Renoir sadar itu. Namun, ia ingin percaya dan sejauh mana Alicia bertahan.
Verso menyuruh Alicia kembali ke dunia nyata, dan bisa datang kapan saja selama Canvas masih ada. Alicia menolak, karena selain hidup dengan wajah buruk rupa, tanpa suara, dan hidup dalam kesendirian, ia takut Renoir akan hancurkan Canvas karena semua yang ia butuhkan ada di sini.
Verso mendekati jiwa Verso kecil, membujuknya agar berhenti untuk melukis. Alicia tiba-tiba mengayunkan pedang dan menghalangi upaya Verso, lalu keduanya bertarung demi menentukan takdir dunia Canvas.
Ending

Uniknya, Expedition 33 memiliki dua ending berbeda. Karena di sini, kita dihadapkan oleh pilihan: bertarung sebagai Verso, atau bertarung sebagai Maelle (Alicia).
Verso Ending

Jika memilih Verso, ia akan mengembalikan Maelle ke keluarganya di dunia nyata, menghancurkan Canvas dan bebaskan jiwa terakhir Verso, dan seluruh dunia ilusi hilang selamanya.
Selanjutnya, kita akan dibawa ke scene keluarga Dessendre datang ke makam Verso yang saling menguatkan satu sama lain, serta kembali melanjutkan hidup.
Akan ada momen Verso beserta kawan-kawan melambai ke Alicia, kemudian hilang perlahan-lahan sebagai memori yang tak terlupakan bagi gadis kecil tersebut.
Maelle Ending

Sebaliknya jika memilih Maelle, maka ia akan menyelamatkan Canvas dan membunuh Verso. Ikatan erat terhadap dunia ilusi membuatnya pelan-pelan membangun hidup baru.
Kita akan melihat seluruh warga Lumiere berkumpul di gedung teater, termasuk Gustave. Tampak Maelle duduk bersama teman-temannya di kursi penonton dan sosok laki-laki yang kita kenal, Verso hidup kembali dan jadi musisi, cita-cita terpendamnya sejak dulu.
Akhirr cerita menunjukkan Maelle sebagai Paintress sejati, melanjutkan siklus kehidupan semu yang awalnya dimulai oleh Ibunya sendiri.
Nah, itulah dia keseluruhan kisah dari Clair Obscur: Expedition 33 mulai dari awal, akhir, hingga ending. Gamenya sudah dapat kalian mainkan di PlayStation 5, Xbox Series X/S, dan PC via Steam.
Baca juga informasi menarik Gamebrott lainnya terkait KISAH atau artikel lainnya dari Nadia Haudina. For further information and other inquiries, you can contact us via author@gamebrott.com.
















