Kisah di Balik Kesuksesan Game Developer Supercell, Rovio, & Niantic

5454000444488

Apakah kamu salah satu penggemar game-game mobile seperti Pokemon Go, Clash Royale, Clash of Clans, dan Angry Birds? Pada kenyataanya, para developer game ini harus membanting tulang dan memeras keringat terlebih dahulu untuk akhirnya dapat menghasilkan game sepopular sekarang ini.

Ya, karena membuat game bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Para developer harus menghabiskan banyak waktu untuk menyeleksi ide, merancang dan menulis kode-kodenya hingga akhirnya merampungkan sebuah game yang dapat popular secara global seperti sekarang ini. Berikut merupakan kisah perjalanan para developer dalam merampungkan game mereka.

 

1. SUPERCELL – Developer Clash of Clans, Hay Day, Boom Beach dan Clash Royale


Image by supercell.com

Pada musim panas 2010, Supercell lahir di sebuah ruangan kecil berukuran 30 meter persegi dengan 6 meja bekas dan sebuah mesin kopi untuk penyemangat 15 personilnya dikala kantuk. Sangking padatnya ruangan tersebut, IIkka, sang CEO Supercell terkadang sampai harus bekerja di atas meja kardus. Saat itu, mereka tidak tahu akan menjadi seperti apa perusahaannya nanti. Mereka hanya tahu bahwa mereka ingin membuat game yang menarik untuk dimainkan orang-orang selama bertahun-tahun.

Game pertama Supercell adalah Gunshine, sebuah game role play online yang dapat dimainkan banyak orang sekaligus secara bersamaan. Game yang diluncurkan pada tahun 2011 ini mencapai puncak kejayaannya pada musim panas tahun 2011 dengan setengah juta pemain aktif setiap bulannya.

 


Image by playmassive.de

Sayangnya, para pemain mulai merasa bosan setelah bermain selama satu hingga dua bulan. Hal inilah yang membuat Supercell mengambil keputusan sulit, yaitu untuk membunuh game tersebut dan mulai mengembangkan game jenis baru yang masih selaras. Mereka membunuh banyak game hasil pengembangan mereka, seperti: Gunshine, Magic, Pets vs. Orcs, Tower, Battle Buddies,dll; untuk menghasilkan game yang menarik dan dapat diterima secara global.

 

“It’s usually better to kill games earlier rather than later.”  – Supercell

 

Supercell yakin bahwa setiap kegagalan adalah kesempatan yang unik untuk belajar, dan setiap pelajaran akan membuat mereka menjadi lebih baik. Keyakinan inilah yang membuat mereka berhasil melahirkan Clash of Clans, Hay Day, Boom Beach dan Clash Royale yang merupakan game-game papan atas saat ini. Dan kesuksesan inilah yang mendorong Supercell untuk mulai melebarkan sayap dengan memasarkan game-game tersebut ke pasar global.


 

2. Rovio – Angry Birds


Image by starwars.wikia.com

Rovio merupakan sebuah perusahaan yang telah banyak mengembangkan game, bahkan sebelum Angry Birds diluncurkan. Pada tahun 2009, Rovio mengalami kesulitan keuangan dan hanya dapat mengembangkan satu game saja. Mereka ingin mempertaruhkan nasib mereka dengan mengembangkan sebuah game mobile dan menugaskan game designer mereka untuk membuat rancangan game baru. Para game designer Rovio telah berulang kali mengajukan beberapa gagasan. Namun, semua gagasan ditolak oleh jajaran direksi karena dianggap terlalu rumit atau terlalu membosankan.

 


Image by genk2.vcmedia.vn

Jaakko IIisalo, selaku game designer Rovio yang gagasannya selalu ditolak, mulai menyadari bahwa sebuah game haruslah menyenangkan dan mempunyai karakter utama yang kuat. Kemudian, secara kebetulan ide-ide mulai terbentuk dikepalanya. Ia mulai membuat sketsa berbagai macam kawanan burung dengan bentuk dan ekspresi wajah yang lucu. Beberapa minggu kemudian, Jaakko menyajikan gambar-gambar burung dan konsep game yang telah ia pikirkan kepada atasannya. Siapa sangka, ternyata karakter-karakter ini disukai dan konsep game ini diterima untuk dilanjutkan ke proses pengembangan.

Dua tahun kemudian, Angry Birds berhasil menjadi game terpopuler dengan jutaan orang pengunduhnya. Kesuksesan game Angry Birds inilah yang berhasil mendorong pengembangan game ini ke platform lain, seperti Play Station, Xbox dan Wii. Selain itu, kamu juga dapat melihat karakter-karakter burung yang lucu ini diangkat menjadi serial animasi dan film lebarnya loh.


3. Niantic Labs – Developer Pokemon GO


Image by androidcommunity.com

John Hanke, seorang pria berumur 49 tahun merupakan sosok di balik kesuksesan Pokemon GO. Perjalanan John Hanke berawal saat ia masih mahasiswa. Ia menciptakan ‘Meridian 59’, MMO pertama (Massively Multiplayer Online Game) yang kemudian dijual kepada perusahaan 3DO agar dapat mengembangkan proyek selanjutnya. Setelahnya, John meluncurkan game Keyhole dengan konsep AR pertama di dunia. Game ini diakuisisi oleh Google (sekarang dikenal sebagai Google Earth) dan membuatnya menjadi salah satu anggota tim Google. John terlibat dalam pembuatan Google Maps dan Google Street View hingga tahun 2010. Di sini, ia bertemu dengan beberapa orang yang akhirnya turut membantunya dalam menciptakan game Pokemon GO.

 


Image by ardiyansyah.com

John mendirikan Niantic Labs pada tahun 2010 dan mendapatkan pendanaan dari Google untuk membangun game berkonsep pemetaan berbasis geo pertama yang disebut dengan Ingress. Suatu hari, John membuat lelucon untuk menangkap Pokemon dengan menggunakan aplikasi Google Map. Siapa sangka, John akhirnya benar-benar dapat merealisasikan ‘leluconnya’ tersebut dan menjadikan setiap titik pertemuan pemain Ingress, menjadi Pokestop dan Gyms di Pokemon GO.

 

Image by www.businessnewsdaily.com

Dalam mengembangkan game tersebut, Niantic Labs mendapatkan pendanaan sebesar US$25 juta (sekitar Rp327,3 miliar) dari Google, Nintendo, Pokémon Company, dan investor lainnya. John mengembangkan game Pokemon GO bersama dengan 40 orang tim di dalamnya dari Desember 2015 hingga Februari 2016. Pokemon GO yang dirilis pada tanggal 6 Juli 2016 di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru berhasil memecahkan rekor karena telah didownload oleh lebih dari 10 juta orang di minggu pertamanya. Hingga saat ini, Pokemon GO telah melampaui jumlah pengguna aktif Twitter dan melampaui waktu rata-rata penggunaan Facebook, Snapchat, Instagram & WhatsApp. Selain itu, saham Nintendo juga meroket naik hingga US$12 miliar (sekitar Rp157 triliun) dan mendapat keuntungan lebih dari US$2 juta (sekitar Rp26 miliar) dalam semalam.


 

Nah, bagi kamu yang pengen seru-seruan bermain game bersama komunitas pencinta game lainnya, datang aja ke Colony Collection Market: Toys & Games yang akan diadakan pada tanggal 3-4 Desember 2016 di Jakarta Convention Center. Di acara tahunan yang diselenggarakan oleh Colony ini, kamu tidak hanya dapat bermain game mobile loh. Kamu juga bisa menikmati permainan lainnya seperti game virtual reality, motion sensor, dan board game. Selain itu, kamu juga dapat bertemu dengan tokoh-tokoh ikonik di dunia toys & games, berburu barang koleksi yang ada di Wanted List-mu, mengikuti berbagai kegiatan seru seperti kompetisi cosplay serta rare item auction.

Sumber: colony.co.id

(Diedit oleh Elvina Tineke)
Kolaborasi Gamebrott Media & PT Colony Komunitas Kolektindo.

Exit mobile version