Kreator dari Nier Automata Deskripsikan Dirinya sebagai Sosok yang “Rusak”

20183919196 1

Yoko Taro mungkin menjadi salah satu desainer game paling aneh yang pernah ada sekarang ini. Tak hanya karena topeng yang selalu dia bawa kemana-mana untuk menutupi wajahnya, tetapi juga game yang dia buat selalu dipenuhi oleh kumpulan konsep yang unik dan aneh di waktu yang sama. Taro tak ingin dirinya dipotret oleh seseorang selagi tidak menggunakan topeng ikoniknya, meskipun telah disebarkan wajahnya di internet beberapa kali. Alasan dibalik ketidakmauan tersebut adalah dirinya tak mau orang kecewa melihat wajah dibalik topeng tersebut.

“Penjelasan yang sering saya berikan adalah, ketika orang temukan jika seseorang yang menulis sebuah novel pornografi adalah pria tua, kamu seakan kehilangan rasa kegembiraan tersebut. Hal yang sama terjadi pada pembuatan game, dimana beberapa orang akan kehilangan ekspektasi atau rasa girang mereka akan sebuah game ketika mereka temukan siapa dibalik game tersebut. Jadi saya mencoba untuk hilangkan faktor kekecewaan tersebut sebisa mungkin. Andai saja saya setampan Taura-san (desainer dari Platinum Games), mungkin wajah saya sudah dimana-mana. Dan mungkin saya akan dikencani banyak gadis, seperti Taura-san sekarang.”

Komentar seperti ini bukanlah sesuatu yang baru lagi dari sosok Yoko Taro. Sebelumnya dia pernah bercanda jika game developer harus stop membuat game karena dia lelah dengan kompetisi ketat yang ada di industri game. Yoko Taro sering menyindir diri sendiri dan selalu berfirasat negatif akan apa yang dia lakukan, bahkan setelah rilisnya Nier Automata yang terjual 2.5 juta kopi, dia masih merasa dirinya bukan apa-apa dan jauh dari kata “sukses”.

“Saya memang kurang percaya diri. Saya selalu berpikir jika saya ini tua, tembem, botak, dan sering mabuk, dan tak punya pacar. Namun dalam satu tahun terakhir, Twitter saya mencapai 100 ribu follower, dan saya telah pimpin game yang terjual 2.5 juta kopi, ketika saya lihat angka-angka tersebut, saya rasa saya sudah tergolong orang sukses. Akan tetapi saya masih merasa saya belum berhasil mencapai apapun. Ketika saya berpikir demikian, saya rasa saya ini tampaknya rusak dalam beberapa hal.”

Yoko Taro (dibelakang) bersama dengan Takahisa Taura (didepan)

Dengan kesuksesan yang didapatkan dari Nier Automata, Yoko Taro juga merasa sedikit tidak nyaman. Sebelumnya dia hanya membuat game yang tergolong niche, dengan kesuksesan yang diraih lewat Automata, popularitasnya sebagai director game naik drastis. Namun dirinya tak mau dianggap sebagai yang “bertanggung jawab” atas keberhasilan game tersebut.

“Tentu saja, saya mengerti darimana kesuksesan tersebut datang, karena saya director dari game, dan saya juga yang urus game sebelumnya. Namun orang yang benar-benar membuat game ini adalah developer-developer muda di Platinum Games, jadi saya lebih ingin menyorotkan kesuksesan game pada mereka.”

Meskipun Yoko Taro dan Platinum Games terlihat dekat satu sama lain, kemungkinan keduanya akan berkerja sama lagi masih menjadi tanda tanya – begitu juga halnya dengan game Nier lainnya. Bagi Toro, mengejar audiens yang lebih besar bukanlah tujuan hidupnya. Dia ingin dirinya terus “gagal” agar tahu apa tujuan yang dia ingin ambil selanjutnya.

Karakter dari Yoko Taro dibalik layar ini membuat Yoko Taro sosok desainer game yang unik untuk diikuti. Kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Yoko Taro menunjukkan jika bahkan dengan sebuah kesuksesan, persepsi dan kepercayaan diri tak selalu datang bersamaan dengan itu.

Source: Kotaku

Exit mobile version